Gondongan Merebak, Dokter Spesialis Anak RS Dr Sardjito Beberkan Pencegahan Penularannya
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Selama Agustus hingga September 2024, banyak anak-anak terpapar parotitis atau gondongan. Hal ini menjadi perhatian penting untuk menjaga kesehatan anak.
Gondongan merupakan infeksi yang terjadi pada kelenjar ludah yang letaknya ada di bawah daun telinga. Meski bisa sembuh dengan sendirinya, komplikasi pada tingkatan yang berat dapat berakibat fatal bagi penderitanya.
Advertisement
Dokter Spesialis Anak RSUP Dr. Sardjito, Rr. Ratni Indrawanti, menjelaskan infeksi penyebab gondongan disebabkan oleh virus bernama paramyxovirus. Penderita yang mengalami gondongan disebut Ratni akan merasakan gejala 16–18 hari lamanya.
Pada 2–3 hari pertama pasca terinfeksi, gejala yang mungkin muncul berupa demam, pusing, badan tidak nyaman, bahkan terkadang disertai batuk atau muntah. Gejala selanjutnya yang biasanya terlihat ialah pembesaran pada kelenjar ludah yang terasa sakit.
"Pembesaran ini berlangsung 5–7 hari dan bisa terjadi di dua sisi leher. Setelahnya gondongan akan mengecil dengan sendirinya," jelas Ratni pada Senin (21/10/2024).
Sekalipun mayoritas kasus dapat sembuh dengan sendirinya, gondongan dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat fatal. "Jika menjalar sampai otak, bisa menyebabkan radang otak," lanjut Ratni.
Beberapa gejala yang lebih parah, infeksi ini menimbulkan kejang hingga penurunan kesadaran. Bahkan komplikasi lainnya dari infeksi ini bisa menimbulkan pneumonia dan pankreatitis atau peradangan pada pankreas.
Pada usia remaja atau dewasa, komplikasi yang berat dari infeksi ini bisa menyebabkan orchitis atau peradangan testis pada laki-laki dan ovaritis atau peradangan ovarium pada wanita. Bila menjangkiti ibu hamil, komplilasi berat yang terjadi bahkan bisa berakibat pada keguguran.
"Ibu hamil juga turut terancam komplikasi berat hingga berakibat pada keguguran, terutama jika terjangkit saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu," tegasnya.
Meski ancaman gejala yang ditimbulkan beragam, sayangnya penularan gondongan dijelaskan Ratni tergolong mudah. Sebagian besar penularan gondongan terjadi melalui droplet atau cipratan liur. Droplet ini biasanya keluar saat bersin, berteriak atau batuk.
Tak sampai di situ, virus yang berada dalam droplet selanjutnya punya kemampuan untuk tetap hidup selama beberapa jam. Kemampuan tersebut kemudian memungkinkan terjadinya penularan tidak langsung. Penularan tidak langsung ini akan terjadi apabila seseorang menyentuh droplet yang ada di permukaan benda, lalu menyentuh hidung atau mulut. Karenanya,
Melihat cara penularannya, Ratni menyarankan agar penderita yang menderita gondongan untuk menjalani isolasi selama lima hari terhitung sejak mulai timbul gejala demam. Selanjutnya untuk langkah preventif, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) wajib diterapkan agar virus segera mati dan tidak menyebar. Langkah kedua bisa dilakukan melalui pemberian vaksin MMR.
"Ini adalah vaksin kombinasi, bisa untuk mencegah tiga penyakit, jika pernah terjangkit gondongan dengan dibuktikan oleh tes antibodi, maka vaksinasi MMR boleh tidak diberikan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Sekjen PBB Serukan Penyelidikan Tewasnya Staf WFP di Sudan
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Waspada! BMKG Terbitkan Peringatan Dini Hujan Lebat Angin Kencang Disertai Petir
- Tol Jogja-Solo: Begini Rute Keluar dan Masuk di Exit Toll Prambanan dari Tol Trans Jawa, Wajib Kartu E-Toll Meski Gratis
- Grand Max Terguling di Bantul, Satu Orang Meninggal Dunia
- Aptisi DIY Ungkap Tantangan Sejumlah PTS di 2025
- Ratusan Perempuan Ikuti Olahraga Lari, Keliling Tempat Wisata di Jogja
Advertisement
Advertisement