Advertisement
Puluhan Karya Seniman Neurodivergen Tampil di Pameran Bertajuk STRUGGLE

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL – Studio Tanjakan 98, ruang kolektif seni rupa kontemporer di Jogja menggelar pameran bertajuk “STRUGGLE” yang menampilkan karya empat seniman neurodivergen di Ruang Dalam Art Space, Kasihan, Bantul 23 Agustus-29 Agustus 2025.
Pameran ini menjadi ruang ekspresi sekaligus pengakuan terhadap kemampuan anak-anak dengan spektrum autisme dalam dunia seni rupa.
Advertisement
Pengelola Studio Tanjakan 98, Samodro menjelaskan, pameran ini bukan sekadar ajang seni, tetapi juga upaya untuk membuka perspektif masyarakat bahwa individu autistik memiliki potensi besar di bidang kreatif.
BACA JUGA: Siap-siap Cuti, Ada Long Weekend di Awal September, Berikut Hari Liburnya
“Anak-anak autistik sebenarnya lebih tepat jadi seniman. Hidup mereka cenderung independen, tidak banyak bersosialisasi, dan seni rupa memberi ruang bagi mereka untuk bebas berekspresi,” kata Samodro disela pembukaan pameran yang digelar Sabtu (23/8/2025).
Pameran ini menghadirkan karya dari empat seniman neurodivergen yakni Anugrah Fadly Kreatoseniman (Uga) – Jogja; Raphael Jason Imanuel (Rapha) – Jakarta; Reynaldi Kristian (Aldy) – Jogja dan Sandy Salman Wahyudi (Way) – Jakarta. Total ada sekitar 58 karya lukisan yang ditampilkan. Raphael mendominasi dengan 19 karya, disusul Aldi dengan 15 karya, Anugrah 13–14 karya, dan Sandi sekitar 10 karya.
Karakteristik karya tiap seniman berbeda. Rapha mengangkat dunia kanak-kanak dan gaya kartun yang sarat imajinasi. Uga menonjolkan tema-tema besar, seperti visi Asia dan kritik terhadap kondisi kota Jakarta.
Aldy mengekspresikan keseharian, termasuk kenangan di Kalimantan dan ketertarikannya pada dunia penerbangan. Sementara Way banyak menampilkan potret kehidupan sederhana seperti pos ronda dan interaksi sosial di sekitar.
“Setiap karya lahir dari cara pandang yang unik, berbeda dengan pola pikir manusia neurotipikal. Ini yang membuat karya-karya mereka menarik,” ujar Samodro.
Menurut Samodro, seni rupa adalah medium yang ideal bagi individu dengan autisme untuk menyalurkan kreativitas tanpa tekanan struktur kerja seperti profesi lain. “Kami ingin menunjukkan bahwa anak autistik bukan hanya mampu berkarya, tapi karya mereka bisa keren dan punya nilai artistik tinggi,” ungkapnya.
Pameran “STRUGGLE” menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi jembatan inklusivitas sekaligus mengubah stigma terhadap penyandang autisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Aliran Dana Pemerasan K3, KPK: Immanuel Ebenezer Terima Rp3 miliar
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Jumlah Pengangguran di Jogja Terbanyak dari SMK, Ini Respons Disdikpora DIY
- Hasil Pembuangan Lindi TPST Donokerto Dipastikan Aman
- Pekerja BPU Kini Bisa Mendaftar Melalui Agen Perisai BPJamsostek
- Soal Pemangkasan Danais 2026, Begini Respons BKAD Sleman
- Jadwal KA Prameks, Sabtu 23 Agustus 2025, dari Stasiun Kutoarjo Purworejo
Advertisement
Advertisement