Wow! Jamur Ini Memegang Rekor Paling Beracun di Dunia

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Amanita phalloides, umumnya dikenal sebagai jamur 'topi kematian', memegang Rekor Guinness untuk "jamur paling beracun di dunia".
Keberadaan jamur ini selalu memesona para ilmuwan baik karena amatoksinnya yang mematikan maupun caranya berhasil menaklukkan daratan baru dalam waktu singkat.
Melansir Oddity Central, jamur topi kematian ini berasal dari Eropa. Ia tumbuh dengan menggali ke dalam akar pohon Oak Eropa dan membentuk hubungan simbiosis dengan mereka.
Walau demikian, entah bagaimana jamur ini berhasil menjajah setiap benua kecuali Antartika. Prestasi yang mengesankan ini telah membingungkan para ilmuwan selama bertahun-tahun berkaitan dengan betapa cepatnya proses itu.
Jamur ini kemungkinan besar diperkenalkan di California sekitar abad ke-19, dengan menumpang dengan bibit pot tanah dari Eropa, jamur beracun dengan cepat menyebar ke seluruh negara bagian AS, dari Bay Area lebih jauh ke pantai, akhirnya menjadi lebih melimpah daripada di negara asalnya, Eropa.
Setelah beberapa dekade penelitian, para ilmuwan sekarang tahu bagaimana penaklukan wilayah oleh jamur itu cepat terjadi. Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan pada 31 Januari di BiorXiv, sampel topi kematian yang dikumpulkan dari seluruh California adalah salinan sempurna satu sama lain. Klon itu diproduksi secara aseksual, tanpa perlu kawin untuk menyebarkan spora mereka di wilayah baru yang belum ditaklukkan. Kemampuan reproduksi ini mengejutkan para peneliti, karena sampel DNA dari jamur topi kematian Eropa dengan jelas menunjukkan bahwa ia bereproduksi secara seksual. Hal yang sama berlaku untuk jamur yang dikumpulkan dari New Jersey dan New York.
Pengurutan DNA menunjukkan bahwa jamur topi kematian di California mengandung materi genetik yang sama persis dan kemampuan untuk bereproduksi secara aseksual selama sekitar 30 tahun. Para ilmuwan berteori bahwa Amanita phalloides mampu mengaktifkan reproduksi aseksual untuk membantunya menyebar dengan cepat ke wilayah baru, dan kemudian beralih kembali ke reproduksi seksual setelah kolonisasi selesai.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mempelajari bagaimana dan kapan reproduksi aseksual diaktifkan, dan apakah ini merupakan kemampuan khusus untuk topi kematian, atau juga strategi jamur invasif lainnya.
Jamur ini punya tutup berhijau berwarna, batang putih, dan insang putih. Jamur yang tampak rapuh ini menyerupai beberapa spesies yang dapat dimakan yang biasa dikonsumsi manusia dan dikatakan memiliki rasa yang agak enak juga, yang hanya membuatnya lebih berbahaya.
Diketahui bahwa orang yang mengonsumsi jamur ini akan merasakan gejalanya enam hingga tujuh puluh dua jam setelah dikonsumsi. Amatoksin dalam jamur ini masuk ke hati melalui saluran usus dan kemudian berikatan dengan enzim penghasil protein, mencegahnya melakukan tugasnya. Tanpa produksi protein, hati mulai mati. Kondisi ini menyebabkan mual dan diare, yang sering diikuti dengan kegagalan organ lainnya, hingga koma, bahkan kematian.
Amatoksin yang diproduksi oleh Amanita phalloides bersifat termostabil, yang berarti tahan terhadap perubahan akibat panas, sehingga efek racun sama sekali tidak berkurang melalui pemasakan. Diperkirakan setengah dari jamur topi kematian cukup untuk membunuh manusia dewasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Oddity Central
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kaesang Masih Ikut KK Gibran, Erina Tidak Bisa Nyoblos di Solo
Advertisement

Pesta Daging Iftar Ramadan di Horison Ultima Riss Malioboro Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- Cegah Banjir, Kelurahan Gedongkiwo Galakkan Pembuatan Biopori
- Pemkab Sleman Belum Batasi Mobilitas Hewan Ternak
- Gunungkidul Targetkan Kemiskinan Turun Jadi 13% di 2024
- Perempuan Ditemukan Termutilasi di Kamar Mandi Hotel di Pakem Sleman
- Sah! Haryadi Eks Wali Kota Jogja Jadi Penghuni Lapas Sukamiskin
Advertisement