Advertisement
Cerita Bersambung Sandyakala Ratu Malang: Bagian 158
Advertisement
158
Pada anak pengidap DS terjadi surplus kromosom nomor 21, lazim disebut kromosom ganda, yang mengakibatkan keguncangan pada sistem metabolisme yang kemudian memunculkan down syndrome.
Advertisement
Warsi tak tahu itu. Yang ia tahu, sawan menimpa anaknya, Karna Lembu Peteng. “Ini anak spesial. Gusti ikhlas menitipkan kepadamu, Nyi, karena tahu nyai ibu spesial.”
Srikabumi benar. Warsi memang ibu spesial. Ia bisa menerima kenyataan segetir apapun dengan positif. Tanpa hujatan, tanpa caci maki. “Aku akan merawat tole dengan baik,” ujarnya.
Setiap bayi lahir dengan pesan, kata seorang penyair, bahwa Tuhan belum jera dengan manusia. Warsi tulus dan berpikir positif akan menjadi ibu spesial bagi sang anak, dan membuat Tuhan tidak kapok dengan manusia. Tapi mengarungi kehidupan tidak cukup dengan ketulusan. Ada hal lain di luar itu. Bayi, yang diterima ikhlas sekaligus bahagia oleh Warsi, ternyata tidak berumur panjang. Rupanya Tuhan punya skenario lain. Ia menganulir keputusan-Nya.
Warsi kembali sebatang kara. Mundingsari, bayi yang ia produksi bersama Kertapati, tak berumur panjang, meninggal saat pandemi bersama ratusan anak-anak bernasib sama. Kini tole, menyusul kakaknya. Tanpa suami, tanpa kerabat, tanpa anak, Warsi karantina mandiri nasibnya.
“Gusti, dosaku banyak. Aku menyadari. Tapi Engkau memberi cobaan seberat ini, tentu memiliki pertimbangan tersendiri.”
Warsi tidak runtuh waspa. Kering sudah air matanya. Ia lupa bagaimana cara menangis yang benar. Ia berusaha tabah walau batinnya remuk.
Mungkin ketabahan itu yang membawanya ke kawasan tamasya syahwat. Ia tidak punya apapun, bahkan harapan. Rajabrana pemberian suaminya, semua “dijarah” Lohgawe. Hanya satu dua perhiasan yang menempel tubuhnya terbawa ketika ia menjadi orang usiran. Giwang subang, anting, gelang keroncong, kalung, cincin, satu demi satu dijual untuk menyambung hidup. Kota raja, tempat ia mencoba mengadu peruntungan, ternyata kota yang garang. Sesuai jargon, bahwa, ibu kota lebih kejam dari ibu suri.
“Ketabahan yang mengantarku ke sini.”
“Betapa menyakitkan cobaan yang mendera Dik War.” Darmi memandang iba.
“Sakit mbakyu. Sakitnya di sini.” Warsi menunjuk dadanya yang gempal cemekel.
Pagi bagi Warsi adalah berkemas diri. Berdandan habis-habisan. Pagi bagi Warsi adalah memintas di jalan makadam, menuju gumuk tempat ia merentalkan alat produksinya, juga tempat ia mengingat tentang dosa, haram, najis, barangkali sifilis. Serta sedikit rasa bersalah. Pagi bagi Warsi adalah waktunya mencari upah, bukan mencari laki-laki. Pagi bagi Warsi adalah penantian dengan harap-harap cemas: adakah tamu hari ini. Pagi bagi Warsi adalah dersik angin samudra, yang menghangatkan pembaringan kusamnya.
Warsi duduk di depan meja yang terbuat dari kayu sengon. Hujan baru selesai menghajar pemukiman lusuh itu. Beda dengan Darmi atau Soblah, ia tidak memasang make-up mencolok di wajah manisnya. Dua tahun menjadi pengasong syahwat, Warsi dikenal banyak pelanggan. Jam sebelas siang, ia biasa menerima dua bahkan tiga pengunjung. Mereka saling tahu, siapa datang dulu, ia berhak mendapat prioritas, tanpa saling cemburu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Sempat Cerah Berawan lalu Hujan, Simak Prakiraan Cuaca Wonogiri Jumat 26 April
- Ini Dia Ernando Ari Sutaryadi, Pahlawan Kemenangan Timnas U-23 atas Korsel
- Luar Biasa! Sikat Korsel, Indonesia Cetak Sejarah ke Semifinal Piala Asia U-23
- Indonesia Gagal Pertahankan Keunggulan, Pertandingan Lanjut ke Extra Time
Berita Pilihan
Advertisement
Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
- DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
- Jadwal Layanan Samsat Keliling Jogja Kamis 25 April 2024
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 25 April 2024, Giliran Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo
- Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA
Advertisement
Advertisement