Advertisement

Promo November

Viral ASI Diolah Jadi Susu Bubuk, Ini Kata Ikatan Dokter Anak Indonesia

Newswire
Jum'at, 10 Mei 2024 - 18:42 WIB
Maya Herawati
Viral ASI Diolah Jadi Susu Bubuk, Ini Kata Ikatan Dokter Anak Indonesia Asi beku / Ilustrasi Freepik

Advertisement

 Harianjogja.com, JAKARTA—Belakangan viral video tentang metode pembekuan ASI dan mengolahnya menjadi bubuk atau disebut freeze-dryed.

Metode yang dikenal juga sebagai teknik lyophilization, dilakukan dengan tujuan memperpanjang umur simpan ASI dari semula enam bulan di dalam freezer menjadi tiga tahun, dengan alasan penghematan ruang penyimpanan ASI dan kenyamanan ibu yang ingin terus memberikan ASI di luar masa cuti melahirkan.

Advertisement

Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) mengatakan proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata Dr Naomi berdasarkan keterangan pers yang diterima, Kamis (11/5/2024).

Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrem -50 Celsius selama tiga hingga lima jam, kemudian mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi, yaitu transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair. Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Pembekuan ASI yang lazim dilakukan pada praktik rumahan, telah diteliti dapat menimbulkan serangkaian perubahan fisik pada komponen utama ASI seperti pecahnya membran gumpalan lemak dan perubahan misel kasein, penurunan komposisi faktor bioaktif protein seiring lamanya penyimpanan beku.

Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya. Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI.

Dengan demikian maka risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.

BACA JUGA: Guguran Lava Teramati 25 Kali di Gunung Merapi

“Menyusui dan memerah ASI untuk bayi mungkin terasa melelahkan, dan dapat dimengerti bila ibu ingin mencari cara termudah untuk memastikan bayi tetap memperoleh ASI. Menyusui langsung dari payudara ibu sangat direkomendasikan agar dapat terjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman dan meningkatkan ikatan orang tua-anak. Menyusui bukan sekadar memberikan ASI,” ujar Dr Naomi.

Metode ini adalah temuan yang relatif masih sangat baru, belum lengkap pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), AAP, atau FDA.

Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia juga memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dryed ASI kepada bayi, apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Viral Ratusan Burung Pipit Ditemukan Mati di Bandara Ngurah Rai, Ini Penjelasan BKSDA

News
| Senin, 25 November 2024, 09:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement