Advertisement

IDAI Dorong Inisiatif Peningkatan Pemberian ASI

Newswire
Minggu, 03 Agustus 2025 - 21:27 WIB
Sunartono
IDAI Dorong Inisiatif Peningkatan Pemberian ASI Asi beku / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Naomi Esthernita mengatakan sejumlah inisiatif bisa dilakukan pemerintah, tenaga kesehatan, media massa, hingga masyarakat untuk meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) secara nasional.

Inisiatif-inisiatif itu disampaikan bertepatan dengan momen peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2025 yang jatuh pada awal Agustus, belum optimalnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi berusia 0-6 bulan.

Advertisement

"Sebagai pemegang keputusan regulasi, pemerintah juga punya peran penting terutama dalam regulasi cuti melahirkan enam bulan, penegakan kode internasional (untuk pemasaran produk pengganti ASI ), dan dalam pendirian ruang laktasi di tempat kerja serta di ruang publik," kata Naomi Minggu (3/8/2025).

BACA JUGA: Prediksi Skor Manchester United vs Everton

Adapun cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sendiri masih terbilang belum optimal, survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2022 menunjukkan cakupan pemberian ASI baru dilakukan oleh 52,5 persen penduduk.

Padahal target nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menargetkan pemberian ASI eksklusif seharusnya bisa mencapai lebih dari 70 persen. Naomi mengingatkan pemerintah perlu mengambil inisiatif untuk menegaskan kebijakan yang berpihak pada ibu menyusui agar cakupan pemberian ASI nasional meningkat.

Hal itu tidak hanya menyangkut pemberian izin cuti melahirkan yang baiknya bisa dimaksimalkan hingga enam bulan, tapi juga dalam hal penegasan penyediaan fasilitas-fasilitas publik yang mendukung seperti ruang laktasi yang memadai.

Kedua hal tersebut diyakini bisa membantu ibu untuk menjaga ritme kerjanya baik sebagai seorang ibu maupun sebagai pekerja setelah cuti melahirkan selesai.

"Karena kalau tidak ada tempat memerah ASI sehingga putus pemberian ASI eksklusif, risiko anaknya lebih gampang sakit. Kalau ibunya sakit akhirnya tidak masuk [bekerja], lebih rugi lagi dibandingkan jika diberikan waktu dan fasilitas untuk memerah ASI, jadi ini peran pemerintah," katanya.

Selanjutnya, inisiatif untuk meningkatkan angka pemberian ASI secara nasional juga bisa didukung masyarakat umum dengan mau menerima edukasi yang juga diterima ibu menyusui.

Masyarakat umum yang terdiri dari keluarga hingga lingkungan pertemanan yang dimiliki ibu menyusui, perlu turut ambil bagian dalam memberikan dukungan emosional kepada ibu yang sedang menyusui agar memiliki kepercayaan diri saat menyusui.

"Jadi solidaritas komunitas yang mendukung ibu dan bayi ini benar-benar penting. Masyarakat umum harus ada di belakang ibu, artinya yang benar-benar mendukung, karena sebenarnya menyusui itu bukan hanya tugas ibu namun dukungan dari semua pihak," kata dokter yang juga tergabung dalam American Breastfeeding Medicine itu.

Doktor lulusan Universitas Indonesia itu menyebut, media massa juga dapat berperan dalam meningkatkan pemberian ASI secara nasional dengan memastikan peredaran informasi terkait kampanye menyusui berbasis bukti.

Saat ini praktik promosi produk pengganti ASI, lanjut dia, kerap mengaburkan fakta-fakta penting tentang manfaat ASI yang seharusnya menjadi asupan prioritas bagi bayi khususnya yang baru lahir dan sering kali akhirnya orang tua yang tidak teredukasi memilih untuk tidak memberikan ASI.

Hal-hal seperti ini dapat dicegah oleh peran dan inisiatif media untuk menghadirkan informasi-informasi berimbang dan mengentaskan mitos tentang pemberian ASI dengan demikian pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir di Indonesia tentunya bisa meningkat seiring dengan informasi yang beredar merupakan informasi berbasis fakta.

Ketua Satgas ASI IDAI itu menyebutkan inisiatif yang bisa dilakukan tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan mengedukasi masyarakat dan ibu menyusui sehingga pemberian ASI nasional bisa lebih maksimal lagi ke depannya.

Pemberian edukasi tentang menyusui ASI harus dilakukan secara berkesinambungan bahkan sejak dalam masa kehamilan dan tidak hanya dilakukan saat ibu sudah melahirkan.

BACA JUGA: 16 Anak Usia Pelajar di Wonogiri Hamil di Luar Nikah, Ajukan Dispensasi

"Sejak antenatal (saat kehamilan) itu kita harus memberikan edukasi ke ibu-ibu, paling tidak mereka mendapat bekal dan tahu jika pada hari pertama melahirkan ASI itu belum keluar tidak apa-apa, itu memang suatu proses fisiologis. Akan tetapi bayi harus tetap disusui supaya hormonnya yang memproduksi ASI bisa naik," jelas Naomi.

Jika mengikuti panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maka setidaknya ada beberapa momen untuk tenaga kesehatan terus memberikan dukungan edukasi kepada para ibu agar menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Momen-momen itu pada saat kehamilan (antenatal), setelah melahirkan, pada saat pemberian MPASI, hingga pada saat ibu harus kembali bekerja jika ibu tersebut bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

HUT RI ke 80, Komunitas 76Riders Jogja Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro

HUT RI ke 80, Komunitas 76Riders Jogja Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro

News
| Minggu, 03 Agustus 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement