Advertisement

Selain Diabetes, Bau Badan Bisa Jadi Pertanda 4 Penyakit Lain

Tri Indah Lestari (ST22)
Minggu, 14 Mei 2023 - 07:47 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Selain Diabetes, Bau Badan Bisa Jadi Pertanda 4 Penyakit Lain Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kurang menjaga kebersihan sering dikaitkan sebagai penyebab bau badan. Namun berdasarkan penelitian bau badan bisa jadi tanda awal penyakit tertentu.

Mengutip Antara dari Medical Daily bau badan terjadi saat keringat bercampur dengan bakteri namun faktor seperti hormon, pola makan, obat-obatan tertentu, dan kondisi kesehatan dapat juga memengaruhinya.

Advertisement

Termasuk pula faktor lain yakni kelembapan, genetika, kelebihan berat badan, dan olahraga. Bahkan ahli memaparkan perubahan bau badan dapat disebabkan oleh perubahan hormonal seperti menstruasi dan ovulasi.

Bagaimana bisa penyakit mempengaruhi bau badan? Para ahli menyatakan seseorang yang mengidap suatu penyakit dapat memengaruhi cara kerja tubuhnya.

Proses biokimia yang berbeda pada tubuh saat sakit menyebabkan produksi molekul kecil yang mudah menguap di dalam tubuh, diangkut oleh darah ke seluruh tubuh kemudian mengeluarkannya melalui napas, urine, serta keringat.

Baca juga: Deteksi Dini Kanker Payudara Agar Penanganan Lebih Mudah, Begini Penjelasannya

"Menurut literatur ilmiah, ada bukti aroma tersebut mungkin mengandung penanda untuk kanker paru-paru, kanker payudara, diabetes, melanoma dan banyak lagi," kata peneliti biomedis di Ben-Gurion University's Kiryat Bergman Campus di Be'er-Sheva, Israel, Yehuda Zeiri kepada Reader's Digest.

Berikut lima penyakit yang bisa dideteksi melalui penciuman:

1. Preeklampsia

Sebuah gangguan hipertensi yang terjadi selama kehamilan. Komplikasi biasanya berlangsung usai 20 minggu kehamilan pada wanita yang tidak memiliki masalah tekanan darah. Kondisi ini menyebabkan kadar protein dalam urine akan meningkat sekaligus indikasi dari kerusakan ginjal serta tanda-tanda kerusakan organ lainnya.

Bila tidak ditangani, preeklampsia bisa berakibat fatal sebab berpotensi memicu komplikasi bagi ibu hamil dan anak yang belum lahir.

2. Kanker Paru

Kondisi ketika adanya pertumbuhan sel-sel di paru-paru secara tidak normal. Tahap awal kanker paru-paru dapat diidentifikasi menggunakan Na-Nose yakni alat tes napas sederhana.

Penggunaan teknologi ini diharapkan para pengembang dapat diperluas guna mendeteksi tanda-tanda awal penyakit serius lainnya seperti Parkinson, penyakit ginjal, penyakit hati, Alzheimer, dan multiple sclerosis (MS).

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan kondisi ketika satu atau kedua ginjal berhenti berfungsi, penyebabnya bisa terjadi pada seseorang dengan riwayat diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.

Sekelompok ilmuwan dari University of Illinois mengembangkan sebuah perangkat sekali pakai yang mampu mendeteksi jejak napas dari gagal ginjal kemudian menemukan bahwa amonia dalam napas mengindikasikan gagal ginjal.

"Dalam pengaturan klinis, dokter menggunakan instrumen besar, pada dasarnya seukuran meja besar, untuk mendeteksi dan menganalisis senyawa ini. Kami ingin membagikan chip sensor murah kepada pasien sehingga mereka dapat menggunakannya," jelas Ying Diao, pemimpin tim yang mengembangkan teknologi tersebut.

4. Diabetes

Menurut penelitian bau buah dapat tercium pada pasien diabetes, terjadinya ketoasidosis menyebabkan insulin yang tidak mencukupi atau tidak efisien dalam tubuh, sehingga tubuh pun membakar lemak sebagai bahan bakar.

5. Gagal hati

Dampak dari melambat atau berhentinya fungsi hati membuat sejumlah racun dan kontaminan menumpuk di urine, keringat, dan napas. Gagal hati pun dikaitkan dengan bau ikan mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenko Perekonomian: Ada Plafon Rp107 Miliar untuk Beli Alsintan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 08:37 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement