Advertisement
Pikun Pada Lansia Bukan Hal yang Normal, Ini Penjelasan Dokter Saraf

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PP PERDOSSI) DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) mengungkapkan pikun bukan kondisi alami atau normal dan merupakan sebuah tanda adanya masalah.
"Kepikunan biasanya dialami lansia, kondisi ini bukan hal yang normal, tetapi kadang pikun ini tidak hanya dijumpai pada usia lanjut tapi juga usia yang belum lanjut atau usia produktif," ujar Dodik dalam acara webinar, Senin (14/9/2020).
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Baca juga: Menurut Penelitian di Brasil: Diet Keto Bikin Jumlah Sperma Meningkat
Adapun gejala pikun atau yang dikenal juga sebagai alzheimer, umumnya seperti sering hilang ingatan, sulit melakukan kegiatan harian, sering bingung, sulit menentukan kata dan angka, dan sering berubah suasana hati atau perilaku.
Meski terjadi di usia lanjut, pikun tetap harus dicari tahu penyebabnya. Apakah hanya kondisi lupa biasa atau memang menderita alzheimer. Ini, kata Dodik, sangat penting mengingat pikun bisa berdampak luas dari sisi ekonomi, psikososial, hingga menjadi beban negara.
"Biasanya diawali keluarganya dulu baru ke masyarakat, dan akhirnya pada Bangsa, karena kadang diderita juga pada orang yang masih produktif," ungkap dr. Dodik.
Baca juga: Hasil Penelitian: Orang Jomlo Lebih Bahagia dan Tidak Mudah Stres saat Pandemi
Ia juga mengungkap data estimasi jumlah penderita alzheimer pada 2013 mencapai 1 juta orang dan bisa meningkat dua kali lipat pada 2030 mendatang. Dodik bahkan menyinggung bagaimana penderita pikun diprediksi semakin meningkat dari tahun ke tahun.
"Jadi estimasi ada empat juta orang penderita alzheimer pada 2050. Insiden ini bukannya menurun. Ini karena semakin banyak lansia, harapan hidup meningkat, dan tentu pikun dan alzheimer makin meningkat," tuturnya.
Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut bukan hanya tugas dokter yang bertanggung jawab untuk menurunkan angka penderita alzheimer, tapi juga perlu peran serta masyarakat dan stakeholder untuk bisa mendeteksi alzheimer secara dini dengan e-Memory Screening (EMS).
"Harapannya secara berkesinambungan masyarakat bisa deteksi secara dini adanya kepikunan alzheimer ini," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Sempat Tertunda karena Pandemi, Pembangunan Masjid Agung Jateng di Magelang Akhirnya Dimulai
Advertisement

Ini Nih... Wisata di Solo yang Instagramable, Ada yang di Dalam Pasar!
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungan Wisatawan di Bantul Merosot 5 Persen dalam Sepekan
- Cerita Perajin Desa Wisata Krebet Belum Pulih Akibat Pandemi
- Gunungketur Dinobatkan Sebagai Desa Cantik 2022 Oleh BPS RI
- Bupati Bantul Yakin Jembatan Kretek 2 di JJLS Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
- Jalan Wates Km 8 Nihil Kecelakaan Setelah Dipasang Pembatas
Advertisement
Advertisement