Advertisement
Tayang 22 Januari, Esok Tanpa Ibu Ungkap Dampak Teknologi ke Keluarga
Esok Tanpa Ibu di JAFF 2025 mengangkat konflik keluarga modern dan pengaruh teknologi terhadap komunikasi anak dan orangtua. - Istimewa.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Film Esok Tanpa Ibu resmi diputar di Jogja-Netpac Asia Film Festival (JAFF) 2025 pada Kamis (4/12/2025). Film ini membawa pesan penting tentang hubungan antara anak dengan orangtua di era perkembangan teknologi.
Film ini dibintangi Dian Sastrowardoyo sebagai ibu, Ringgo Agus Rachman sebagai ayah dan Ali Fikri sebagai anak. Film ini dijadwalkan mulai tayang di bioskop pada 22 Januari 2026 mendatang.
Advertisement
Secara umum film ini mengisahkan hubungan anak dengan ibu yang dekat, namun kemudia terpisah. Akan tetapi anak mendapatkan teknologi AI sebagai pengganti ibu, di tengah ketidakmampuan ayah untuk bisa hadir sebagai sosok ibu.
Dian Sastro mengaku film Esok Tanpa Ibu menjadi film pertama baginya memerankan ibu yang memiliki anak remaja. Ia pun harus merasakan susahnya berkomunikasi dengan anak. Karena anak seringkali menganggap gadget lebih menarik dibandingkan sekadar ngobrol dengan orangtua.
BACA JUGA
"Ibaratnya kita kirim pesan WA ke anak, belum tentu sempat dia baca. Di meja makan juga dicuekin, kita kadang bingung, apakah ini merupakan kesalahan orangtua yang memang tidak update dengan kondisi anak zaman sekarang," ucap Dian, Kamis (4/12/2025).
Film ini sebenarnya membawa pesan pentingnya komunikasi antara anak dengan orangtua. Karena pertemuan antarkeduanya dimungkinkan tidak berlangsung lama. Anak harus bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup dari orangtua sebelum akhirnya meninggalkannya di dunia.
"Film ini bisa menjadi bahan diskusi baru bagi orangtua untuk memberikan pendampingan kepada anak, atau ruang bonding dalam keluarga, sehingga komunikasi anak dengan orangtua berjalan baik," ucapnya.
Ringgo menilai film ini membawa pesan positif bagi anak dan orangtua. Sehingga layak untuk ditonton. Seringkali terjadi konflik yang tanpa disadari antara anak khususnya remaja dengan orangtua terutama ayah. Di satu sisi anak memang harus patuh pada orangtua, namun orangtua memang perlu melihat kondisi anak dan melihatnya dalam perspektif lebih modern.
"Nah ketika terjadi seperti ini, maka ibu hadir yang kadang bisa mencairkan suasana. Kalau ada ibu kan suasannya jadi senang, mau makan tinggal minta gitu kan. Tetapi bapak juga sebenarnya tidak bisa lepas dalam sebuah keluarga, sehingga saling melengkapi," ucapnya.
Sutradara Esok Tanpa Ibu Wi Ding Ho mengatakan film ini menceritakan tentang proses kerinduan dan luka antara anak dengan orangtua khususnya ibu. Anak dan ibu kemudian dipisahkan oleh takdir yang membuatnya harus berjuang tanpa ibu, namun ia menemukan teknologi sebagai solusi.
"Jadi ada keterlibatan teknologi. Tetapi ini seperti pedang bermata dua, karena anak lebih asyik dengan teknologi, bahkan berterima kasih kepada orangtua saja susah dilakukan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Indonesia Dapat Dukungan Liga Muslim Dunia untuk Bangun Kampung Haji
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



