Advertisement

Jangan Malu dan Takut Berobat Jika Depresi, Ini Kata Psikiater

Newswire
Jum'at, 11 Juli 2025 - 17:57 WIB
Maya Herawati
Jangan Malu dan Takut Berobat Jika Depresi, Ini Kata Psikiater Ilustrasi murung atau sedih / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA–Mengalami depresi bukanlah aib. Psikiater lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ-K menekankan bahwa jangan takut untuk berobat. 

"Kita harus memberikan edukasi kepada dia bahwa orang depresi itu bukan aib bukan hal yang tabu. Depresi itu ada di mana-mana, itu wajar," kata Adhi dalam diskusi kesehatan mental di Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Advertisement

Adhi menyampaikan bahwa orang terdekat berperan penting dalam mendukung penderita depresi, seperti mengingatkan untuk tidak melukai diri dan segera mencari pertolongan medis.

Menurut dia, pengobatan gangguan jiwa tidak perlu dikhawatirkan secara finansial, karena kini bisa melalui BPJS Kesehatan.

"Kalau gak punya uang, pakai BPJS. Pemerintah sudah meng-cover ini, mulai dari obat-obatan anti-depresi, anti-cemas. Jadi, gak ada alasan orang sakit jiwa, itu tidak berobat," ujar dia.

BACA JUGA: SPMB 2025, Banyak SMP Negeri di Bantul Kekurangan Siswa, Ternyata Sebagian karena ke Pondok Pesantren

Depresi dinilai sebagai penyakit kronis sehingga harus ditangani dengan tepat.

Dijelaskan olehnya, depresi memiliki trias sebagai kriteria, mencakup hilang minat dan kesenangan, mudah lelah baik fisik maupun mental, hingga murung seperti sedih, sering nangis kosong hampa dalam hidup. Terdapat gejala tambahan mengalami depresi, mencakup gangguan tidur, gangguan seksual hingga gangguan makan tidak mau makan atau makan terus.

"Kalau itu berlangsung lebih dari 2 minggu insyaAllah depresi, rumusnya itu aja trias depresi lebih dari 2 minggu," imbuh dia.

Lebih lanjut, ia menandaskan bahwa depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).

"Masalahnya kalau orang TRD itu lamanya itu lebih lama dibanding depresi biasa 3 kali lipat, relapsnya itu lebih tinggi untuk kembali masuk dalam depresi, hingga risiko bunuh dirinya 7 kali lipat lebih banyak dibanding depresi biasa," ungkap dokter yang juga dosen di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KEK Batang Harus Jadi Jantung Ekonomi Nasional

News
| Jum'at, 11 Juli 2025, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025

Wisata
| Rabu, 09 Juli 2025, 14:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement