Advertisement
Tidur dengan Cahaya Terang Berisiko Diabetes Tipe 2, Ini Bukti Studinya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Sebuah penelitian melaporkan bahwa orang yang terpapar cahaya terang di malam hari berisiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.
Dilansir dari diabetes.org, temuan itu berdasarkan studi pada sekitar 85.000 orang tanpa diabetes mengenakan sensor pergelangan tangan selama seminggu untuk mengukur cahaya pada siang dan malam hari.
Advertisement
Para peneliti menindaklanjuti peserta selama sembilan tahun untuk melihat apakah mereka terkena diabetes tipe 2 dan menemukan bahwa paparan cahaya terang antara pukul 12:30 dini hari dan pukul 06.00 pagi membuat orang secara signifikan lebih mungkin terkena penyakit tersebut.
Para peneliti juga menemukan risiko tersebut bergantung pada jumlah paparan cahaya. Mereka yang terpapar lebih banyak cahaya di malam hari memiliki kemungkinan 28% hingga 67% lebih besar untuk terkena diabetes tipe 2.
Kabar baiknya adalah mengurangi cahaya di malam hari merupakan langkah mudah (dan hemat biaya) yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko.
Mengapa Cahaya di Malam Hari Meningkatkan Risiko Diabetes?
Ritme sirkadian adalah perubahan fisik, mental, dan perilaku yang dialami tubuh selama periode 24 jam. Tidur yang tidak teratur telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kondisi kronis. "Diperkirakan bahwa dampak kesehatan yang buruk ini terkait dengan terganggunya ritme sirkadian tubuh," kata penulis senior dari College of Medicine and Public Health di Flinders University, Andrew Phillips. "Irama jam sirkadian pusat, baik waktu maupun kekuatannya, diatur hampir seluruhnya oleh cahaya."
Gangguan ritme sirkadian dapat menyebabkan perubahan sekresi insulin dan metabolisme glukosa. Hal ini memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah yang dapat menyebabkan perkembangan diabetes tipe 2.
Bahkan setelah faktor-faktor lain seperti gaya hidup, pola tidur, pola makan, dan kesehatan mental diperhitungkan, para peneliti masih menemukan hubungan antara paparan cahaya malam hari dan diabetes tipe 2.
Chelsie Rohrscheib, seorang ahli saraf dan ahli tidur di Wesper, sebuah perusahaan pengujian tidur, mengatakan bahwa ia tidak terkejut dengan hasil penelitian tersebut. "Kualitas tidur yang buruk secara kronis dan berkurangnya waktu tidur menyebabkan resistensi insulin dan intoleransi glukosa, serta peningkatan kadar kortisol, nafsu makan, dan peradangan yang menjadi faktor kunci dalam perkembangan diabetes tipe 2," kata Rohrscheib.
Tips Mengurangi Cahaya di Malam Hari
Rohrscheib menyarankan sejumlah kiat untuk mengurangi paparan cahaya, seperti menggunakan lampu dengan cahaya lembut alih-alih lampu terang di atas kepala.
Penyumbang utama lain terhadap cahaya di malam hari adalah perangkat seperti televisi, ponsel, dan layar komputer. "Matikan semua perangkat elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur karena perangkat tersebut memancarkan spektrum cahaya gelombang biru, yang paling bermasalah untuk tidur," katanya. "Jika Anda tidak dapat berhenti menggunakan perangkat, turunkan kecerahan ke pengaturan terendah dan gunakan kacamata pemblokir cahaya biru."
Gunakan tirai penggelap untuk mengurangi cahaya luar. Bagi mereka yang membutuhkan cahaya untuk berkeliling di malam hari, pertimbangkan lampu kuning atau merah tingkat rendah, atau lampu LED murah dengan deteksi gerakan yang mati secara otomatis.
Gunakan peredup yang secara otomatis menurunkan kecerahan untuk membantu transisi ke waktu tidur. Jika Anda tergoda oleh perangkat elektronik, letakkan di ruangan lain sebelum tidur.
Gunakan jam alarm analog atau letakkan ponsel pintar Anda di pesawat terbang saat Anda tidur.
Selain peningkatan risiko diabetes tipe 2, tidur tidak teratur telah dikaitkan dengan kondisi kronis lainnya, seperti obesitas, depresi, dan gangguan jantung.
Dengan mengurangi cahaya malam dan mendapatkan tidur yang lebih baik, risiko ini berkurang sekaligus memberikan berbagai manfaat, seperti peningkatan daya ingat, penyembuhan, dan metabolisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

2 Hari, 3 Anggota PDIP Ditahan KPK karena Kasus Korupsi dan Suap
Advertisement
Menyelami Hubungan Manusia dengan Alam lewat Lukisan, Garrya Bianti Hadirkan Pameran Back to Nature
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY, Kamis 20 Februari 2025 di Kantor Kelurahan Condongcatur Sleman
- Jadwal Lengkap Kereta Bandara Jogja Hari Ini, Kamis 20 Februari 2025, Jangan Salah Pilih
- Cek Lokasi SIM Keliling di Gunungkidul Hari Ini, Kamis 20 Februari 2025
- Jadwal KA Prameks Jogja Kutoarjo Terbaru, Kamis 20 Februari 2025, Naik dari Stasiun Kutoarjo hingga Tugu Jogja
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Hari Ini, Kamis 20 Februari 2025
Advertisement
Advertisement