Perempuan Hamil dan Menyusui Disarankan Membatasi Penggunaan Make Up
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Perempuan hamil dan ibu menyusui mungkin perlu membatasi penggunaan produk riasan wajah atau make up dan memperhatikan bahan-bahannya.
Sebuah studi terbaru memperingatkan bahwa peningkatan penggunaan produk perawatan pribadi selama kehamilan dan menyusui terkait dengan tingkat bahan kimia berbahaya yang lebih tinggi.
Advertisement
Dikutip dari Medical Daily, Kamis, peneliti dari Universitas Brown mendeteksi kadar per- dan polifluoroalkil substansi (PFAS) yang lebih tinggi dalam plasma darah dan ASI individu yang menggunakan produk perawatan pribadi umum, seperti kutek, parfum, makeup, pewarna rambut, dan hairspray selama kehamilan atau menyusui.
"Meski PFAS ada di mana-mana di lingkungan, studi kami menunjukkan bahwa produk perawatan pribadi adalah sumber PFAS yang dapat diubah. Orang-orang yang khawatir tentang tingkat paparan mereka terhadap bahan kimia ini selama kehamilan atau saat menyusui mungkin akan mendapatkan manfaat dengan mengurangi penggunaan produk perawatan pribadi pada waktu tersebut," kata penulis studi, Amber Hall, seorang peneliti pascadoktoral di bidang epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Brown.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa PFAS terkait dengan efek kesehatan yang berbahaya, termasuk penyakit hati, masalah kardiometabolik dan kardiovaskular, serta berbagai jenis kanker.
BACA JUGA: Bantul Dapat DAK Rp13 Miliar untuk Atasi Penyediaan Air Minum Tahun Depan
Temuan terbaru ini penting karena paparan PFAS selama kehamilan dapat menyebabkan hasil kelahiran yang buruk, termasuk berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, gangguan perkembangan saraf, dan respons vaksin yang menurun pada anak-anak.
Peneliti memeriksa frekuensi penggunaan produk perawatan pribadi pada sekitar 2 ribu Perempuan hamil dari 10 kota di Kanada antara tahun 2008 hingga 2011.
Mereka fokus pada penggunaan makeup dalam delapan kategori produk selama trimester pertama dan ketiga, satu hingga dua hari setelah melahirkan, dan dua hingga sepuluh minggu setelah melahirkan.
Untuk memahami bagaimana penggunaan produk perawatan pribadi memengaruhi plasma darah dan ASI, tim peneliti menilai konsentrasi PFAS dalam plasma darah antara enam hingga 13 minggu kehamilan dan dalam ASI antara dua hingga sepuluh minggu pascapersalinan.
Dibandingkan dengan tidak menggunakan makeup, penggunaan makeup setiap hari selama trimester pertama dan ketiga terkait dengan peningkatan 14% kadar PFAS dalam plasma darah dan peningkatan 17 persen dalam ASI.
Selain itu, penggunaan pewarna permanen berwarna pada hari pertama dan kedua pascapersalinan terkait dengan peningkatan konsentrasi PFAS dalam ASI sebesar 16 persen hingga 18 persen dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan pewarna tersebut.
"Studi seperti ini tidak hanya membantu orang menilai bagaimana pilihan produk mereka dapat memengaruhi risiko pribadi mereka, tetapi juga dapat membantu kami menunjukkan bagaimana produk ini dapat memiliki efek pada tingkat populasi. Dan itu mendukung regulasi produk dan tindakan pemerintah, sehingga kita dapat mengurangi sebagian beban dari individu," kata Joseph Braun, seorang peneliti yang telah mempelajari efek kesehatan PFAS selama lebih dari satu dekade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Asyik! Jembatan Pandansimo Segera Terhubung dengan Jalur Lintas Selatan Jogja
- Penurunan Angka Stunting di Sleman Andalkan Tim PPS
- Musim Hujan, BPBD Bantul Masih Berlakukan Status Siaga Bencana Kekeringan
- Libur Nataru 2024, PHRI Bantul Tak Mematok Target Tinggi, Begini Alasannya
- Serapan Pupuk Urea di Gunungkidul Baru Mencapai 35 Persen
Advertisement
Advertisement