Advertisement

Promo November

Jepang Punya Festival Kematian, Pengunjung Bisa Menjajal Tidur di Peti Mati

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 06 Juli 2024 - 14:27 WIB
Lajeng Padmaratri
Jepang Punya Festival Kematian, Pengunjung Bisa Menjajal Tidur di Peti Mati Jepang punya festival unik untuk mengingatkan warganya tentang kematian. - SCMP

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jepang punya festival unik untuk mengingatkan warganya tentang kematian. Di Festival Kematian, pengunjung bisa menjajal pengalaman berbaring di tepi mati dan merefleksikan hidup.

Dilansir dari South China Morning Post, festival ini terselenggara di Shibuya selama sepekan pada April lalu. Acara ini diadakan untuk memperingati ‘Hari Kematian’ pada tanggal 14 April, yang ditetapkan oleh pencipta festival tersebut.

Advertisement

Festival itu memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi ‘akhirat’ menggunakan kacamata realitas virtual, menyusun daftar keinginan, berbaring di peti mati, dan merasakan seperti apa pemakaman mereka sendiri.

BACA JUGA: Seekor Kucing Dianugerahi Gelar Doktor dari Universitas

Selama acara tersebut, pengunjung dapat membayar 1.100 yen (Rp110 ribu) untuk menghabiskan tiga menit berbaring di peti mati. Di akhir waktu, staf membuka tutup peti mati dan berkata, “Selamat datang kembali ke dunia.”

Sebenarnya, apa yang mendorong minat warga Jepang menyelenggarakan kegiatan ini?

Pada tahun 2023, sekitar 1,6 juta orang meninggal di Jepang, suatu periode yang oleh media nasional dijuluki sebagai “era kematian tinggi”.

Jepang adalah negara dengan angka kematian tinggi, angka kelahiran sangat rendah, dan populasi yang menua.

Para pendiri festival mengatakan tujuan mereka adalah untuk membantu orang memikirkan kembali cara hidup di masa sekarang dengan mengalami kematian.

BACA JUGA: Seekor Kucing American Shorthair Cetak Rekor Dunia Main Skateboard Tercepat

“Jika Anda mulai merenungkan kehidupan dari saat-saat terakhirnya, Anda akan melihat dunia yang benar-benar baru,” kata Nozomi Ichikawa, salah satu pendiri.

Tujuan festival ini adalah untuk mengubah sikap masyarakat, mendorong orang untuk menghadapi kematian, dan terlibat dengan yang hidup.

Sebuah buklet untuk acara tersebut berbunyi: “Pada intinya, tema kematian menyoroti aspek-aspek kehidupan seperti cinta, rasa syukur, dan hubungan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : SCMP

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina

News
| Jum'at, 22 November 2024, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement