Dampak Rokok Elektrik bagi Remaja, Ini Hasil Penelitiannya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Vaping dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dibandingkan merokok. Namun demikian, para peneliti sekarang memperingatkan bahwa penggunaan e-rokok secara rutin membawa risiko tersendiri, khususnya bagi remaja.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilansir dari Medical Daily, Kamis (2/5/2024), remaja yang sering vaping mungkin menghadapi peningkatan paparan logam berbahaya. Mulai dari timbal dan uranium, yang berpotensi memengaruhi perkembangan otak dan organ secara negatif, sebuah penelitian baru mengungkapkan.
Advertisement
BACA JUGA: Tak Cuma Paru-Paru, Peneliti Sebut Vape Juga Bisa Merusak Jantung
Berdasarkan temuan yang diterbitkan dalam jurnal Tobacco Control, para peneliti merekomendasikan penerapan regulasi dan inisiatif pencegahan yang ditujukan khusus untuk remaja.
Vaping umum di kalangan remaja, dengan sekitar 14 persen dari siswa sekolah menengah AS (sekitar 2,14 juta) dan lebih dari 3 persen dari siswa sekolah menengah pertama (sekitar 380.000) melaporkan melakukan vaping dalam sebulan terakhir tahun 2022.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa beberapa logam berbahaya ditemukan dalam aerosol dan cairan e-rokok, yang sangat berisiko selama tahap perkembangan, menyebabkan gangguan kognitif, masalah perilaku, masalah pernapasan, kanker, dan penyakit jantung pada anak-anak.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti memeriksa apakah frekuensi dan rasa vaping berkorelasi dengan tingkat logam beracun yang berpotensi. Mereka menggunakan data dari Gelombang 5 Studi Anak Muda PATH, menganalisis tanggapan dari 1607 remaja berusia 13 hingga 17 tahun.
Studi ini mencakup rasa vaping seperti mentol atau mint, buah, permen seperti cokelat atau makanan penutup, tembakau, cengkeh atau rempah-rempah, dan minuman beralkohol atau non-alkohol.
BACA JUGA: Ini Kata Pakar Kesehatan soal Vape Jadi Alat Berhenti Merokok
Di antara peserta, 200 remaja termasuk dalam analisis akhir sebagai vaper eksklusif. Sampel urin mereka diuji untuk keberadaan kadmium, timbal, dan uranium. Berdasarkan frekuensi vaping mereka, mereka dikategorikan sebagai vapers sesekali (1–5 hari/bulan), vapers intermiten (6–19 hari), dan vapers sering (20+ hari).
Ada 65 pengguna sesekali, 45 intermiten, dan 81 pengguna sering, dan informasi tentang frekuensi vaping hilang untuk 9 orang. Mengenai rasa, 33 persen dari vapers mengatakan mereka menggunakan rasa mentol/mint, sementara 50 persen lebih memilih rasa buah, sedikit lebih dari 15 persen memilih rasa manis, dan 2 persen menggunakan rasa lain.
"Analisis sampel urin menunjukkan bahwa tingkat timbal 40 persen lebih tinggi di antara vapers intermiten, dan 30 persen lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali. Tingkat uranium urin juga dua kali lebih tinggi di antara vapers sering daripada di antara vapers sesekali. Perbandingan jenis rasa menunjukkan tingkat uranium 90 persen lebih tinggi di antara vapers yang lebih memilih rasa manis daripada di antara mereka yang memilih mentol/mint," pernyataan pers menyatakan.
Karena studi ini bersifat observasional, kesimpulan definitif tidak dapat diambil tentang tingkat logam beracun dan frekuensi/rasa vaping. Selain itu, tingkat logam beracun dalam vape akan bervariasi menurut merek dan jenis vaporizer yang digunakan (tank, pod, mod).
"Penggunaan e-rokok selama masa remaja dapat meningkatkan kemungkinan paparan logam, yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan organ secara negatif. Temuan ini memerlukan penelitian lebih lanjut, regulasi vaping, dan intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan untuk mengurangi potensi bahaya penggunaan e-rokok, terutama di kalangan remaja," demikian kesimpulan para peneliti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Mantan Gubernur Maluku Utara AGK Kembali Diperiksa KPK soal Kepemilikan Asetnya
Advertisement
Menikmati Keindahan Teluk Triton Kaimana, Tempat Wisata Unggulan di Papua Barat
Advertisement
Berita Populer
- Nilai Produksi Perikanan Tangkap Gunungkidul Tembus Rp62,1 Miliar
- Data Geospasial Ternyata Bisa Dipakai untuk Penyaluran Bansos Agar Tepat Sasaran
- Kesbangpol Jogja Dorong Ormas Ikut Sukseskan Gelaran Pilkada 2024
- Ribuan APK di Bantul yang Melanggar Aturan Pemasangan Ditertibkan
- Manfaatkan Green House untuk Budi Daya Melon, Petani Sleman Meraup Untung Rp32 Juta Sekali Panen
Advertisement
Advertisement