Hanung Bramantyo Ungkap Pesan Penting di Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebuah film bertajuk Tuhan, Izinkan Aku Berdosa diputar di gelaran Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) XXI, Jumat (1/12/2023) malam. Sutradara Hanung Bramantyo siap menghadap kemungkinan adanya pro-kontra terhadap film yang diadaptasi dari novel kontroversial Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur (2003) karya Muhidin M. Dahlan.
Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa ini di produksi oleh MVP Pictures dan di Produseri oleh Raam Punjabi diperankan sejumlah artis, mulai dari Aghniny Haque (kiran) Djenar Maesa Ayu (Ami), Doni Damara (Tomo), Nugietrilogy (Alim Suganda), Andri Mashadi (Da'rul) dan Samo Rafael (Hudan).
Advertisement
BACA JUGA : Sinopsis The Three Musketeers: D'Artagnan, Mulai Tayang di Bioskop
Di sela-sela menghadiri pemutaran film tersebut di JAFF, Hanung Bramantyo mengungkap alasannya nekat mengadaptasi novel kontroversial tersebut menjadi film layar lebar. Tak bermaksud membuat cerita itu kian kontroversial, Hanung justru berusaha menyuguhkan berbagai pesan dan kritik terhadap situasi yang selama ini terjadi di negeri ini.
“Selain persoalan konflik politik, ada beberapa hal yang mendasari bahwa film ini bisa menjadi kritik terhadap kondisi saat ini. Misalnya ada berita oknum ustaz melakukan pencabulan. Ini kita anggap tempat suci namun terjadi pelecehan. Saya tidak melihat secara langsung, tetapi saya bertemu dengan aktivis melakukan pendampingan terhadap korbannya,” kata Hanung kepada wartawan.
Ia menuturkan film tersebut seakan mencoba mengarahkan kemarahan itu kepada Tuhan namun tidak bisa terealisasikan. Karena semua jawabannya tetap kembali ke Tuhan, pada akhirnya menjadi pesan dan introspeksi pada diri setiap orang, bahwa seluruhnya harus saling menghormati, menghargai antarsesama.
Hanung tak menampik bahwa film tersebut ada potensi kritik maupun protes dari masyarakat. Ia pun siap dengan berbagai hal tersebut karena memang ada pesan penting yang perlu disampaikan terutama berkaitan dengan kepedulian terhadap pencegahan kekerasan perempuan.
“Ini sebuah ujung kemarahan kepada Tuhan tetapi kita tidak bisa merealisasikan kemarahan itu. Kembali, apakah saya siap? Saya tidak pernah membayangkan membuat film masuk pengadilan, seperti saat film Soekarno [2013], saya sendirian, tidak asosiasi yang membela. Berhadapan dengan warganet, sampai pengadilan,” ujarnya.
Bukan hanya memiliki keyakinan kuat terhadap Tuhan, Kiran juga seorang mahasiswi yang pintar. Kekritisannya bercampur dengan niat berdakwah sembari berbakti kepada orang tua. Saat ayahnya sakit keras, Kiran merasa tidak tega dikirimkan uang bulanan. Hingga akhirnya ia dibantu seorang pelacur paruh baya bernama Ami. Hal itulah yang menjadi awal dia terjerumus ke prostitusi.
BACA JUGA : Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Segera Tayang, Ini Sinopsisnya
Aghniy mengaku antusias ketika mendapatkan tawaran bermain di film tersebut. Namun ia sempat galau ketika berusaha memerankan film yang dari sisi pertanyaan sudah menimbulkan pertanyaan. “Karena aku tidak pernah protes ke Tuhan, sempat berfikir yang saya perankan sudah mirip Kiran belum, beberapa kali saya konsultasi soal ini,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
- Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
- Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya
- Kemiskinan Sleman Turun Tipis, BPS Sebut Daya Beli dan Inflasi Jadi Biang
Advertisement
Advertisement