Advertisement
Mengirimkan Tulisan Via WhatsApp, Pengungsi Iran Menangi Penghargaan Sastra Prestisius Australia

Advertisement
Solopos.com, SYDNEY – Pengungsi Iran yang ditahan selama bertahun-tahun oleh Pemerintah Australia meraih penghargaan sastra bergengsi di Negeri Kanguru.
Behrouz Boochani mendapat penghargaan tersebut berkat buku No Friend But the Mountains: Writing from Manus Prison (Tak Ada Teman, kecuali Gunung: Kisah dari Penjara Manus).
Advertisement
Dikutip dari The Sydney Morning Herald, Sabtu (2/2/2019), buku yang ditulis dari balik penjata itu diterbitkan pada 31 Juli 2018. Kisah di buku itulah yang membuat Behrouz Boochani meraih penghargaan sastra tertinggi di Australia, Victorian Prize for Literature.
Dewan juri Victorian Prize for Literature menilai buku karya Behrouz Boochani memiliki analisis kritis dan detail. Dia mampu menggambarkan sesuatu dengan jelas dan sederhana, tetapi tetap indah.
Dia berhasil memadukan tradisi sastra dengan ciri khas Kurdi. Pengumuman kemenangan tersebut disampaikan Kamis (31/1/2019).
Penghargaan Victorian Prize for Literature biasa diberikan kepada penulis atau penduduk tetap Australia. Namun, kali ini juri membuat pengecualian untuk Behrouz Boochani. Kemenangan itu membuatnya mendapat hadiah sekitar Rp1,02 miliar.
"Saya tidak ingin merayakan prestasi ini saat melihat masih banyak orang tak bersalah menderita di sekitarku," kata Behrouz Boochani seperti dikabarkan Reuters.
Behrouz Boochani menulis bukunya dengan ponsel dan mengirimnya per bab melalui aplikasi pesan online, Whatsapp. Dia menulis buku tersebut dalam bahasa Persia dan mengirimkan kepada penerjemah di Australia, Omid Tofighian.
Behrouz Boochani ditahan di penjara khusus yang dikelola pemerintah Australia di Papua Nugini, Matus. Dia ditahan sesaat setelah ditarik dari kapal pengungsi dalam perjalanan ke Asutralia pada 2013 silam. Dia pergi dari Iran karena bermasalah dengan pemerintah terkait karya jurnalistiknya.
Dikutip dari BBC, selama dikurung, Behrouz Boochani terus menulis. Dia sering mengkritik sistem penahanan di lepas pantai Australia. Dia juga rutin menulis untuk koran Inggris, Guardian. Dia juga mengunggah cuitan ke Twitter tentang kehidupan di Manus.
Behrouz Boochani sengaja tidak mau menulis di kertas karena penjaga penjara sering melakukan penggeledahan. Dia bahkan membuat video dokumenter bertajuk Chauka, Please Tell Us the Time yang direkam dengan smartphone. Meski demikian, dia seringkali merasa khawatir jika ponselnya disita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Terbukti Terima Suap, 3 Eks Pejabat DJKA Divonis Bui dan Uang Pengganti Total Rp2,5 Miliar
Advertisement

Cari Tempat Seru untuk Berkemah? Ini Rekomendasi Spot Camping di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Ada Pemeliharaan Jaringan, Sejumlah Wilayah di Sleman Hari Ini Mati Lampu
- Jadwal KRL Jogja Solo 11 Desember 2023, dari Stasiun Tugu hingga Klaten
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo Hari Ini, 11 Desember 2023
- Jadwal KRL Solo Jogja dari Stasiun Palur Karanganyar Hari Ini, 11 Desember 2023
- Daftar Jalur Trans Jogja Melewati Kampus, Sekolah, dan Pasar
Advertisement
Advertisement