Advertisement
Rio Dewanto dan Barry Prima Main Film Kuyank
Film Kuyank yang dibintangi Barry Prima mengangkat cerita rakyat Kalimantan dan dijadwalkan tayang Januari 2026. - Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Aktor Rio Dewanto dan aktor laga senior Barry Prima dipertemukan dalam film bertema cerita rakyat berjudul Kuyank yang dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 29 Januari 2026.
Film produksi DHF Entertainment ini mengangkat kisah rumah tangga berlatar legenda urban Kalimantan dengan dialog bahasa Banjar. Sutradara Johansyah Jumberan mengatakan cerita dikembangkan dari cerita rakyat dengan penekanan pada emosi manusia serta tekanan keluarga dalam menentukan pilihan hidup.
Advertisement
“Kami menjadikan cerita rakyat sebagai dasar cerita dengan fokus utama pada emosi manusia serta tekanan keluarga dalam mempengaruhi keputusan seseorang,” ujar Johansyah di Jakarta, Selasa.
Kisah berpusat pada pasangan suami istri Rusmiati (Putri Intan Kasela) dan Badri (Rio Dewanto) yang nekat menikah meski dihantui ramalan adat bahwa persatuan mereka akan membawa kesialan. Tekanan keluarga semakin besar ketika mereka didesak untuk segera memiliki keturunan sebagai upaya mematahkan ramalan tersebut.
BACA JUGA
Cerita Kuyank mengambil latar waktu tujuh tahun sebelum peristiwa dalam Saranjana Universe. Himpitan keadaan memaksa tokoh utama mengambil keputusan sulit demi mempertahankan martabat dan keutuhan rumah tangga, namun justru memicu rangkaian peristiwa misterius yang mengancam keselamatan warga sekitar.
Aktris Putri Intan Kasela menilai perannya merepresentasikan keputusasaan perempuan yang berada dalam posisi terpojok oleh tekanan sosial dan keluarga. Film ini juga diperkuat akting Dayu Wijanto, Ochi Rosdiana, Jolene Marie, Ananda George, dan Betari Ayu.
Barry Prima memerankan tokoh Utuh Ampong sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya Banjar kepada penonton. Film berdurasi 98 menit ini telah mengantongi klasifikasi usia 13+ dari Lembaga Sensor Film (LSF).
Selain mengangkat konflik rumah tangga, Kuyank juga menghadirkan unsur misteri dan budaya lokal Kalimantan yang jarang diangkat dalam film arus utama Indonesia.
DHF Entertainment berharap film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga membuka ruang refleksi tentang tekanan adat, keluarga, serta posisi perempuan dalam masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Skandal Pangeran Palsu Saudi, Elite Politik Lebanon Tertipu
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement



