Kecubung, Buah Bermanfaat yang Sering Disalahgunakan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Meski buah kecubung memiliki banyak manfaat bagi tubuh, namun tidak jarang juga orang-orang menggunakannya untuk mendapatkan efek mabuk. Terakhir, puluhan orang dirawat dan dua meninggal dunia akibat mengonsumsi cubung tanpa aturan.
Kejadiannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) pada awal Juli 2024 ini. Setidaknya 47 orang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum. Sementara dua orang di antaranya meninggal dunia. Semua orang tersebut diduga mengonsumsi buah kecubung untuk tujuan mabuk atau berhalusinasi.
Advertisement
Kasi Humas dan Informasi RSJ Sambang Lihum, Budi Harmanto, mengatakan pasien yang semula berjumlah 44 orang bertambah menjadi 47. Mereka mulai masuk ke rumah sakit pada Jumat (5/7). Budi mengatakan sembilan pasien menjalani rawat jalan, sementara lainnya rawat inap.
BACA JUGA : Orang Keracunan Kecubung Sering Berhalusinasi
Para pasien yang dirawat mengalami halusinasi hebat sehingga dokter yang menangani perlu memberikan obat penenang. Dosis yang mereka konsumsi beragam, ada yang sampai tidak sadarkan diri dan adapula yang meninggal. Ada pasien yang masih sadar tapi meracau atau berbicara sendiri.
Polisi belum memberikan keterangan detail jenis dan takaran kecubung yang para pasien konsumsi. Namun ada dugaan para pasien sebelumnya mengoplos kecubung dengan obat-obatan hingga minuman keras. "Informasi dari dokter, memang ada unsur kimia, tapi untuk lebih lanjut masih dianalisis pihak berwenang," katanya.
Peneliti Surabaya Academia Forum and wakil ketua 1 Lembaga Lingkungan Hidup PDM Surabaya, Nurhidayatullah Romadon, mengatakan buah kecubung (datura metel) telah lama dikenal di Indonesia dan negara lain sebagai tanaman yang memiliki sifat psikoaktif. Di samping memiliki beberapa manfaat dalam pengobatan tradisional, penyalahgunaan buah kecubung sebagai bahan mabuk sudah cukup marak.
Tanaman ini bersifat psikoaktif, yang mengandung alkaloid tropane seperti atropin, skopolamin, dan hiosiamin. Kandungan tersebut memiliki efek halusinogen dan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, yang bisa memunculkan sensasi euforia dan halusinasi.
“Maraknya penyalahgunaan buah kecubung terjadi akibat mudahnya mendapatkan tanaman ini, dan kurangnya informasi tentang bahaya tanaman tersebut,” kata Romadon.
Dampak buruk mengonsumsi kecubung bagi tubuh manusia mulai dari keracunan, meliputi mulut kering, pupil melebar, detak jantung cepat, demam, halusinasi, dan dalam kasus yang parah, koma atau kematian. Efek halusinogen dari kecubung juga dapat menyebabkan gangguan mental jangka panjang seperti paranoia, kebingungan, dan gangguan kecemasan. Penggunaan yang berulang dapat meningkatkan risiko gangguan psikotik.
Selain itu, penyalahgunaan buah kecubung juga berdampak pada aspek sosial. “Orang yang kecanduan sering kali mengalami penurunan produktivitas, masalah dalam hubungan interpersonal, dan konflik hukum. Sehingga secara tidak langsung pengguna buah kecubung akan gagal beradaptasi dengan lingkungannya,” katanya.
Edukasi dan Regulasi
Banyak upaya yang bisa dilakukan bersama agar masyarakat terhindar dari bahaya penyalahgunaan buah kecubung. Dua di antaranya berupa edukasi dan regulasi. Masyarakat dan kelompok atau lembaga terkait perlu mengedukasi di ranahnya masing-masing.
“Edukasi yang intensif tentang bahaya dan risiko kesehatan terkait dengan kecubung perlu diberikan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda di sekolah-sekolah,” kata Romadon.
Di samping edukasi, perlu juga regulasi penjualan yang lebih ketat. Regulasi bisa bermula dari pendataan penjualan dan distribusi kecubung. Hal ini bisa didukung dengan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran.
BACA JUGA : Kandungan Formalin pada Ikan Masih Ditemukan di Kulonprogo, Ini Kata DKP
Langkah lainnya, penting juga untuk memperkuat layanan rehabilitasi bagi orang-orang yang telah terjerumus dalam penyalahgunaan kecubung. Semua upaya ini bisa melibatkan komunitas dalam upaya pencegahan dan monitoring secara aktif.
“Semua ini harus didukung dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dari bahaya penyalahgunaan kecubung,” katanya.
Terlebih masalah pemakaian kecubung sebagai bahan tambahan untuk mabuk bukanlah hal yang baru, termasuk di Kalimantan. Meskipun kecubung memiliki sejarah penggunaan dalam konteks ritual atau pengobatan tradisional, penyalahgunaannya untuk tujuan mabuk-mabukan membawa dampak negatif yang signifikan bagi individu dan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
Advertisement
Advertisement