Advertisement
Kemenkes Kembali Ingatkan Orang Tua jika Bayi Baru Lahir Cukup Menerima ASI Eksklusif
Foto ilustrasi. - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Kesehatan kembali mengingatkan masyarakat jika bayi baru lahir hingga berusia enam bulan cukup diberikan air susu ibu (ASI) dan tidak boleh diberi makanan lain.
“Makanan terbaik bagi bayi baru lahir adalah ASI. WHO (World Hearth Organization) merekomendasikan sampai bayi berusia enam bulan, tidak diberikan makanan atau minuman lain, kecuali obat dan vitamin atau bayi dengan indikasi medis,” kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Lovely Daisy dalam pernyataan diterima di Jakarta, Jumat (31/5/2024).
Advertisement
Ia mengatakan pada usia ini, bayi tidak membutuhkan makanan lain, kecuali ASI. Jika pemberian selain ASI tetap dilakukan, katanya, dapat meningkatkan risiko terjadi sejumlah infeksi pada bayi.
Dia menyebut bayi itu dapat terkena diare dan meningitis. "Tak hanya itu saja, bayi lebih mungkin mengalami intoleransi, bahkan bisa juga mengakibatkan alergi, seperti eksim," ujarnya.
Dia menjelaskan pemberian makanan dan minuman lain pada bayi baru lahir juga dapat mengganggu proses menyusui.
Dia mengatakan makanan memberikan rasa kenyang pada bayi dan membuat bayi jarang menyusu sehingga akan mengganggu produksi ASI.
“Jadi, makanan dan suplemen prelaktal [makanan atau minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebelum menyusui dalam tiga hari pertama kehidupan] hanya boleh diberikan jika ada indikasi medis,” kata dia.
Baca Juga
Viral ASI Perah Jadi Bubuk, IDAI Sebut Ada Risiko Kontaminasi
dr. Hasto Sebut ASI yang Dibekukan Lebih baik Ketimbang ASI Bubuk
Unik! Seorang Ibu Bikin Sabun dari ASI, Pendapatannya Rp1,3 Milyar
Dia menilai banyak manfaat pemberian ASI bagi bayi. ASI makanan terbaik dengan gizi lengkap, mulai dari air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, zat antibodi, hingga enzim. Dia menilai tubuh ibu sudah disiapkan bisa memberikan ASI saat bayi lahir ke dunia.
Jika bayi tidak mendapatkan ASI, katanya, berisiko terserang penyakit-penyakit infeksi, misalnya diare dan infeksi saluran pernapasan atas. Bayi dapat mengalami masalah gizi dan berisiko mengalami alergi dan intoleransi laktosa.
Ia mengatakan menyusui salah satu rekomendasi global pemberian makan bayi dan anak, yang mana ASI merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) mulai usia enam bulan serta pemberian ASI yang dilanjutkan sampai usia dua tahun.
“Proses menyusui dimulai dari inisiasi menyusu dini, yaitu proses kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi segera setelah bayi lahir selama minimal satu jam. Proses ini memudahkan ibu untuk mulai menyusui dan menyusui eksklusif lebih lama,” kata Daisy.
Dia menjelaskan bayi berisiko lebih tinggi mengalami penyakit kronis, seperti obesitas dan diabetes saat dewasa, sedangkan bagi ibu yang terhambat menyusui secara langsung, salah satunya ibu pekerja, pemberian ASI dapat dilakukan dengan ASI Perah (ASIP).
Ia menyebut ASI yang diberikan bagi bayi, yang diperah hari itu atau hari sebelumnya, sebagai salah satu cara efektif bagi ibu menyusui yang memiliki kesibukan di luar rumah, karena kandungan gizi masih optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
IFP Capai 75 Persen Sekolah, Digitalisasi Belajar Dipercepat
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Lurah dan Carik Bohol Ditahan, Pemkab Percepat Penunjukan Plt
- KIM Sokokerep Raih Juara Stand Terbaik di Festival KIM 2025
- Trans Jogja ke Wonosari Masih Wacana, Dishub Gunungkidul Dukung
- Sejarah Baru! YIA Gelar Basket 3X3 di Area Terminal Bandara
- Larangan Maxride & Bentor Berlaku di Bantul, Penindakan Belum Jalan
Advertisement
Advertisement




