Advertisement

Kabar Duka: Komika Babe Meninggal, Sebelumnya Sempat Sakit Anemia Aplastik

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 09 April 2024 - 09:57 WIB
Mediani Dyah Natalia
Kabar Duka: Komika Babe Meninggal, Sebelumnya Sempat Sakit Anemia Aplastik Unggahan Marshel Widianto mengenai Babe Cabita di akun Instagramnya. Instagram marshel_widianto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dunia hiburan tengah berduka. Komika Babe Cabita meninggal dunia pada Selasa (9/4/2024). Penyebab kematian hingga kini belum diketahui, tetapi sebelumnya Babe sempat mengalami anemia aplastik.

Kabar ini disampaikan salah satu rekan seprofesinya Marshel Widianto di akun Instagramnya. Marshel yang mengunggah foto bersama sahabatnya itu menuliskan caption "Rest in pride abang Babe ku sayang."

Advertisement

Bukan hanya Marshel, pencipta lagu Aan Story juga mengunggah kabar duka tersebut di akun instagramnya. Pagi ini, akun instagram Babe Cabita juga dipenuhi ucapan duka dari para kerabat sahabat dan juga warganet. Pemain film Agak Laen Oki Rengga juga mengunggah kabar duka tersebut. "Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji'un Telah meninggal Anak, Adik, Suami, Ayah Kami, Priya Prayogha Pratama Bin Irsyad Tanjung (Babe Cabita) Hari ini 9 April 2024 Pukul 06.38 WIB di RS Mayapada Lebak Bulus Jakarta Selatan," tulis Oki.

Priya Prayogha Pratama, dikenal sebagai Babe Cabiita (5 Juni 1989 – 9 April 2024) adalah seorang pelawak tunggal dan aktor berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal sebagai juara Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ketiga di tahun 2013. Babe menjuarai kompetisi tersebut setelah berhasil mengalahkan Fico Fachriza di grand final.

Ciri khas pembawaan komedinya adalah materi yang santai, lugas, gaya act out–nya yang berani, yang mampu membuat penonton tertawa. Tagline yang sering dilontarkannya adalah "ahh… sudahlah".

Anemia Aplastik

Sebelumnya, Babe dikabarkan pernah mengidap anemia aplastik. Lantas apa itu anemia aplastik? Dikutip dari laman data pusat hematologi, anemia aplastik adalah sebuah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan tubuh merasa lelah dan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi yang tidak terkontrol.

Anemia aplastik diketahui memengaruhi orang-orang pada segala usia, tetapi paling sering terjadi pada mereka yang berusia antara 10 hingga 20 tahun atau 60 hingga 65 tahun. Ini bisa terjadi tiba-tiba, atau bisa berkembang secara perlahan dan memburuk setelah beberapa waktu. Anemia aplastik bisa ringan atau berat.

Perawatan untuk anemia aplastik meliputi obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang yang juga disebut sebagai transplantasi sel induk. Penyebab paling umum dari anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang orang tersebut.

Baca Juga

Kabar Duka: Aktor Donny Kesuma Meninggal Dunia

Innalillahi, Kabar Duka, Istri Mbah Maridjan Tutup Usia

Kabar Duka, Mantan Menteri Ekonomi Era Gus Dur, Rizal Ramli Meninggal Dunia

Akibatnya, sel punca yang rusak ini tidak mampu memproduksi sel darah dengan baik dan menyebabkan sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau mengandung sel darah yang tidak mencukupi (hipoplastik).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi fungsi sumsum tulang dan meningkatkan risiko anemia aplastik meliputi:

Paparan bahan kimia beracun:

Paparan insektisida, pestisida, dan bahan dalam bensin yang disebut benzena telah dikaitkan dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.

Efek samping obat-obatan tertentu:

Beberapa antibiotik dan obat-obatan dapat menyebabkan anemia aplastik.

Kemoterapi dan radiasi:

Ini adalah perawatan kanker yang membantu membunuh sel kanker. Namun, terapi ini juga dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel sehat termasuk sel-sel induk di sumsum tulang yang mengakibatkan anemia aplastik. Efek samping ini bersifat sementara dan cenderung hilang setelah pengobatan kanker selesai.

Kehamilan:

Selama kehamilan, sistem kekebalan dapat menyerang sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memproduksi sel darah.

Infeksi virus:

Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang dapat memicu perkembangan anemia aplastik. Virus hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19 terkait dengan risiko anemia aplastik yang lebih tinggi.

Gangguan autoimun:

Gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel sehat dapat mempengaruhi sel induk yang menyebabkan anemia aplastik.

Kelainan langka:

Beberapa pasien dengan anemia aplastik memiliki kelainan langka yang disebut hemoglobinuria nokturnal paroksismal. Kondisi ini terjadi karena kerusakan dini sel darah merah yang mengakibatkan anemia aplastik.

Dalam beberapa kasus, anemia aplastik dapat terjadi pada pasien dengan penyakit bawaan langka yang disebut anemia Fanconi. Anak yang lahir dengan anemia Fanconi cenderung memiliki cacat bawaan seperti pertumbuhan abnormal dan anggota badan yang kurang berkembang. Faktor yang tidak diketahui: pada sebagian besar kasus, penyebab pasti anemia aplastik tidak dapat diidentifikasi (Anemia Aplastik Idiopatik).

Gejala Anemia Aplastik

  1. Seseorang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Jika ada gejala, maka gejalanya meliputi: Kelelahan, sesak napas, pusing, sakit kepala
  2. Detak jantung cepat dan tidak teratur
  3. Kulit pucat atau ruam kulit Infeksi yang sering atau menetap
  4. Demam
  5. Memar yang tidak dapat dijelaskan, mimisan, gusi berdarah atau pendarahan berlebihan dari luka kecil
  6. Anemia aplastik dapat bersifat sementara atau kronis. Jika tidak dikelola dengan baik maka kondisi dapat memburuk dan mengakibatkan komplikasi yang fatal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jakarta Tetap Ibu Kota Indonesia hingga Ada Penetapan Baru

News
| Senin, 29 April 2024, 23:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement