Advertisement

Bukannya untuk Anak-anak, Para Dukuh Ini juga Dijatah Uang Fitrah

Newswire
Senin, 24 April 2023 - 06:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Bukannya untuk Anak-anak, Para Dukuh Ini juga Dijatah Uang Fitrah Ilustrasi angpao lebaran Idul Fitri - Istockphoto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Momen Lebaran selalu dimeriahkan dengan tradisi bagi-bagi fitrah atau uang kepada anak-anak. Namun ada yang unik di Wonogiri. 

Selain memberi uang kepada anak-anak, warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Sukses juga memberi fitrah kepada kepala dusun (kadus) atau dukuh.

Advertisement

Tradisi itu sebagai bentuk penghormatan kepada kadus yang menjadi tokoh masyarakat itu. Proses pemberian fitrah kepada kadus pun ada mekanismenya tersendiri. Tradisi unik ini bukan sekadar proses menyerahkan uang, tetapi memiliki makna.

Penasaran bagaimana tradisi ini dijalankan di Wonogiri? Berikut ulasannya dilansir dari Solopos.com-jaringan Harianjogja.com. 

Salah satu desa yang masih melestarikan tradisi memberi fitrah kepada kadus adalah Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono.

Baca juga: Lebaran Lewat, Arus Mudik di Terminal Giwangan Masih Berlangsung

Warga Desa Tanggulangin, Nandar Suyadi, mengatakan warga desanya masih melakukan tradisi fitrah Jawa atau memberikan fitrah kepada kadus setempat saat Lebaran.

Tradisi itu sudah berlangsung lama sejak zaman dulu. Pemberian fitrah itu dilakukan sebagai ungkapan terima kasih kepada kadus yang telah memimpin warganya dengan baik.

“Kalau di sini, setiap keluarga memberikan fitrah senilai Rp20.000 kepada kadus. Saya tanya di beberapa wilayah lain juga nilainya segitu per keluarga,” kata Yadi saat dihubungi Solopos.com, Minggu (23/4/2023).

Tidak diketahui pasti bagaimana awal mula tradisi itu ada. Sepengetahuan dia, kadus zaman dulu seperti lurah. Kadus memiliki pengaruh cukup besar di wilayah yang dipimpinnya sehingga dihormati warga.

Pemberian fitrah dilakukan oleh para kepala keluarga di rumah kades secara bersamaan melalui proses tertentu. Selepas proses pemberian fitrah itu biasanya dilanjutkan acara halalabihalal atau maaf-maafan.

Tradisi itu juga untuk memupuk kebersamaan warga dusun. Meski nilai uang yang diberikan kepada kadus tak seberapa, tetapi bagi warga yang lebih utama adalah kerukunanannya.

Cuci Alat Pertanian

Pada zaman dahulu, tradisi ini didahului proses mencuci alat pertanian yang dilakukan warga. Proses itu sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki melalui hasil pertanian.

Selain itu sebagai bentuk terima kasih kepada alat pertanian yang membantu para petani mengolah sawah hingga akhirnya bisa memanen hasil pertanian.

Namun, sekarang proses itu sudah jarang dilakukan. Warga yang melakukan tradisi itu tinggal orang-orang tertentu.

“Biasanya, fitrah Jawa itu didahului dengan proses mencuci peralatan pertanian dulu di rumah masing-masing. Dulu tradisi itu masih banyak yang melakukan, sekarang sudah berkurang, tinggal beberapa orang tua yang bertani saja,” ujar dia.

Warga Desa Tanggulangin yang masih melakukan pencucian alat pertanian saat Lebaran yaitu Siman Nurhadi. “Biasanya dilakukan di depan rumah. Ada yang mencuci pakai kembang juga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Setelah Lima Hari, 2 Wisatawan yang Berenang di Zona Hahaya Pangandaran Ditemukan Tewas

News
| Rabu, 24 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement