Advertisement

Promo Desember

PKT UGM Manfaatkan Kemajuan Teknologi dalam Upaya Eliminasi Tuberkulosis

Media Digital
Jum'at, 24 Maret 2023 - 12:57 WIB
Jumali
PKT UGM Manfaatkan Kemajuan Teknologi dalam Upaya Eliminasi Tuberkulosis Ilustrasi kampanye stop TBC. - JIBI

Advertisement

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Pada 2021 diperkirakan terdapat 969.000 kasus TBC (satu orang tiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Indonesia sendiri berada pada posisi kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India.

24 Maret diperingati sebagai hari tuberkulosis sedunia (HTBS). Tahun ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan tema global “Yes! We can End TB.” Sedangkan Kementerian Kesehatan RI mengadaptasi tersebut agar sesuai dengan situasi di Indonesia menjadi “Ayo Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa!” Pada momentum ini, Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM memaparkan kegiatan-kegiatannya yang berkaitan dengan TBC.

Advertisement

“Setidaknya ada tiga riset kami yang berkaitan dengan TBC,” papar dr. Riris Andono Ahmad, MPH Ph.D., Direktur PKT UGM.

Lebih lanjut dr. Donnie, begitu ia lebih sering disapa, menjelaskan bahwa terdapat kesamaan dari ketiga riset tersebut, yaitu pemanfaatan teknologi. Ketiga proyek itu sendiri merupakan tiga dari setidaknya 39 proyek riset yang dilaksanakan oleh para peneliti PKT UGM.

Riset pertama adalah Zero TB Yogyakarta. Proyek yang diluncurkan sejak 2019 ini menggunakan pendekatan search, treat and prevent (temukan, obati dan cegah). Pendekatan tersebut dilaksanakan secara inovatif, komprehensif dan massif. Salah satu kegiatan utamanya adalah penemuan kasus TBC secara aktif (active case finding - ACF) menggunakan rontgen dada.

Direktur Zero TB Yogyakarta, dr. Rina Triasih M.Med (Paed), Ph.D, Sp.A (K) menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dilakukan dengan mendatangkan mobil Rontgen ke tengah masyarakat. Mobil Rontgen menyasar populasi risiko tinggi TBC seperti perkampungan padat penduduk/kumuh, lapas/rutan, asrama, panti jompo, HIV, balita dan orang-orang yang kontak dengan penderita TBC.

“Kini kami telah memiliki alat rontgen portable,” lanjut dr. Rina. Sebelumnya, lanjut dr. Rina, pihaknya menggunakan foto rontgen di mobil yang disediakan oleh pihak ketiga. Selain itu, alat rontgen yang digunakan juga dilengkapi dengan teknologi artificial intelligence untuk membantu interpretasi hasil foto rontgen dada.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah investigasi kontak (IK) dan pemberian terapi pencegahan TBC (TPT). “IK ini seperti tracing dalam penanganan COVID-19,” jelas. Dr. Rina.

Inovasi yang dilakukan dalam IK adalah dengan melakukan pemeriksaan uji tuberkulin atau IGRA di rumah, merujuk orang yang kontak dengan pasien TBC ke lokasi ACF untuk dilakukan foto rontgen dada dan pengambilan dahak sesuai indikasi. IK yang dilakukan oleh petugas puskesmas atau kader TBC biasanya hanya pemeriksaan gejala saja yang jika indikasi maka pemeriksaan lanjutan dilakukan di fasilitas kesehatan.

Zero TB Yogyakarta juga menginisiasi pemberian TPT jangka pendek pada tahun 2020, di saat program TBC nasional belum memasukkannya ke program TPT.

Riset berikutnya berkaitan dengan pengobatan TBC resisten obat (RO), yaitu inovasi aplikasi mobile untuk mendukung keberhasilan penanganan TBC RO.

“Kami menyebutnya TOMO,” jelas dr. Donnie yang memimpin langsung proyek ini. Inovasi ini bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam mendampingi pasien menuntaskan pengobatan yang durasi cukup lama, bahkan bisa sampai 24 bulan.

Perlu diketahui bahwa TBC RO (kebal obat) adalah suatu keadaan seseorang terinfeksi oleh jenis kuman/bakteri TBC yang sama namun sudah kebal terhadap obat TBC lini 1. Sehingga TBC RO tidak bisa diobati dengan obat TBC biasa, tetapi menggunakan kombinasi obat yang disebut OAT lini 2.

Aplikasi TOMO ada dua jenis, yaitu TOMO untuk pasien beserta keluarganya, dan TOMO CM untuk tenaga kesehatan yang terdiri dari case manager rumah sakit, tim ahli klinis rumah sakit dan petugas TBC Puskesmas. TOMO untuk pasien menitikberatkan fitur mengirimkan informasi telah meminum obat, pengingat otomatis, menyampaikan keluhan yang dialami serta dilengkapi informasi edukatif untuk pasien.
Sedangkan TOMO CM mempermudah tenaga kesehatan untuk merespon keluhan pasien, mengatur jadwal kunjungan dan memvalidasi informasi minum obat pasien setiap harinya.

Sejak 2021, aplikasi TOMO telah diimplementasikan di tiga rumah sakit, yaitu RSUD dr. Moewardi, RSUP Surakarta, dan RS Paru Respira. Di Jawa Tengah terdapat 53 pasien dan 26 Puskesmas dari delapan kabupaten menjadi pengguna aktif aplikasi TOMO. Respon yang didapatkan dari pasien/keluarga pasien dan tenaga kesehatan sangatlah positif. Tingkat kepuasan pengguna hampir sempurna (95,5%) dan sebagian besar dari pengguna (68,2%) menyatakan akan merekomendasikan TOMO ke orang lain.

Sedangkan proyek ketiga yang berkaitan dengan TBC adalah tes pernapasan dengan perangkat electronic nose (e-nose) sebagai alat skrining TBC. Perangkat ini ideal digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dahak. Selain berbiaya produksi rendah, perangkat ini juga mudah dibawa karena instrumen yang portable dan membutuhkan sedikit daya listrik, sehingga ideal untuk digunakan di daerah terpencil.

“Saat ini masih dalam tahap penelitian,” ungkap dr. Donnie yang juga terlibat langsung dalam proyek penelitian ini. Tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki sensitivitas dan spesifitas e-nose untuk skrining TBC. Selain itu juga untuk mengetahui waktu dan biaya penggunaan algoritma skrining e-nose untuk mendeteksi satu kasus TBC.

Penelitian kini telah sampai di fase validasi yang dilakukan di Papua (Timika), Yogyakarta (Rumah Sakit Respira dan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo), dan Jawa Tengah (Balkesmas Klaten dan RSUP Surakarta). Daerah-daerah tersebut memiliki prevalensi TBC yang tinggi dan/atau daerah terpencil dengan akses kesehatan yang terbatas.

Pemerintah telah menetapkan eliminasi TBC pada 2030. Perlu keterlibatan multipihak dalam upaya mewujudkannya, tidak hanya mengandalkan sektor kesehatan saja. Ketiga proyek di atas merupakan sumbangsih sektor akademis yang diharapkan berkontribusi dalam upaya tersebut, utamanya dalam hal menemukan dan mengobati kasus TBC. Kedua hal ini merupakan unsur terpenting dalam konteks pengendalian TBC di Indonesia, sesuai dengan slogan Kementerian Kesehatan RI, yaitu TOSS TB (Temukan, Obati, Sampai Sembuh).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ribuan Eks-Jamaah Islamiyah Kembali ke NKRI, Kapolri Apresiasi BNPT

News
| Minggu, 22 Desember 2024, 09:17 WIB

Advertisement

alt

Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup

Wisata
| Sabtu, 21 Desember 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement