Advertisement
Ini Dampaknya kalau Orang Suka Pamer

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA– Belakangan, istilah flexing menjadi tren di media sosial. Bahkan, flexing juga membuat mantan kepala bea cukai Yogyakarta dan petinggi dirjen pajak diperiksa KPK.
Di kalangan selebriti juga flexing menjadi hal yang seolah umum di tengah ramainya media sosial.
Advertisement
Flexing merupakan istilah slang yang memiliki arti pamer, seperti fisik, barang, atau hal lain yang dianggap diri sendiri lebih unggul daripada orang lain.
Flexing dilakukan untuk menunjukkan kebanggaan atau kesenangan dengan sesuatu yang orang lakukan atau miliki. Biasanya flexing cenderung dilakukan dengan cara yang membuat orang lain kesal.
Kebanyakan orang yang flexing tergantung pada lingkungan dan orang yang ingin dia pamerkan.
Secara psikologi, ada beberapa alasan mengapa orang melakukan flexing
1. Kegelisahan
Alasan ini merupakan alasan paling umum kenapa orang melakukan flexing. Orang melakukan pamer hanya saat diperlukan saja, yakni saat dia berpikir bahwa orang lain menganggapnya bukan apa-apa. Kegelisahan itu lah yang memicu perlakuan pamer untuk membuktikan diri.
2. Ada di dalam tekanan
Orang yang melakukan pamer terus menerus kemungkinan menunjukkan adanya masalah. Sebagai contoh, Anda sedang melakukan suatu proyek dan tidak berjalan dengan baik. Karena ingin percaya bahwa proyek tersebut berjalan baik padahal tidak, muncul lah konflik mental atau disonansi kognitif yang menyebabkan kemungkinan Anda membual tentang hal tersebut.
3. Pengalaman masa kecil
Pengalaman masa kecil kita membentuk perilaku di masa dewasa. Jika saat kecil diberi perhatian berlebih terus menerus, ia akan berusaha mencari dan mempertahankan perhatian tersebut. Sebagai orang dewasa, mencari perhatian mungkin bukan lah lagi dengan menangis dan merengek, tetapi meninggikan dirinya dengan pamer.
Adapun dampak yang didapat dari melakukan flexing sebagai berikut.
1. Mengganggu kepribadian dan kehidupan sehari-hari
Pamer yang terus menerus akan merayap ke dalam kehidupan sehari-hari kita secara halus. Oleh karena itu, orang yang melakukan pamer cenderung akan memikirkan apa hal-hal yang membuatnya lebih hebat, seperti apa yang harus dibeli, bagaimana membuat orang terkesan, dan lainnya. Hal ini bisa memicu inferiority complex atau rasa rendah diri.
2. Menaikkan popularitas
Menurut jurnal ‘The Influence of Social Media on Flexing Culture Phenomenon in Indonesian Society’, pamer yang dilakukan, khususnya di media sosial, bisa menaikkan popularitas. Hal ini dikarenakan adanya rasa penasaran oleh masyarakat mengenai hal yang dipamerkan oleh seseorang.
3. Sulit mencari teman
Stephen Garcia di Psychology Today menjelaskan bahwa beberapa orang tidak ingin berteman atau mencari teman yang memamerkan beberapa simbol statusnya, seperti kekayaan, kepintaran, dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Sertipikat Elektronik Diterapkan Bertahap, Sertipikat Tanah Lama Tetap Berlaku
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Serangan Hama Tikus Merusak 8 Hektare Sawah di Trirenggo Bantul
- Mulai Hari Ini! Pesan Tiket KA Jarak Jauh dan Lokal Bisa 30 Menit dan 10 Menit Sebelum Berangkat
- Pemanfaatan Tanah Kas Desa Tanpa Izin Terjadi di 3 Padukuhan Condongcatur, Diduga Gunakan Kekancingan Palsu
- Biaya Operasional Melaut Masih Tinggi, Pelabuhan Sadeng Gunungkidul Butuh SPBU Khusus Nelayan
- Jadi Palang Merah Tertua, Sejarah PMI Jogja Akan Dibukukan
Advertisement
Advertisement