Advertisement

Rasa Kesepian Hingga Faktor Ekonomi Picu "Godoksa" Merebak di Korea Selatan

Widya Islamiati
Kamis, 20 Oktober 2022 - 04:27 WIB
Lajeng Padmaratri
Rasa Kesepian Hingga Faktor Ekonomi Picu Ilustrasi depresi. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Fenomena bunuh diri di Korea Selatan marak terjadi. Bahkan, hal ini memiliki istilahnya sendiri, yaitu godoksa atau lonely death.

Latar belakangnya biasanya karena faktor ekonomi, depresi, hingga orang yang kesepian karena tinggal sendiri.

Advertisement

Dikutip dari Bisnis.com yang melansir laman KoreajoongAngdaily, bulan April 2022 lalu, seorang perempuan berusia sekitar 80 tahun dan pria berusia 50 tahun ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di sebuah rumah Distrik Jongno, pusat kota Seoul.

Polisi menemukan kemungkinan mayat sudah meninggal selama sebulan lebih. Banyak orang yang tidak menyadari hal ini, sebab kedua orang tersebut diketahui punyai mobilitas yang rendah dan jarang berinteraksi dengan orang lain.

Namun, seorang pembaca meteran air menemukan kejanggalan ini. Ia kemudian melaporkan hal tersebut.

Hasil penyelidikan polisi menemukan, kedua orang tersebut punya masalah keuangan. Perempuan 80 tahun memiliki masalah dan pria 50 tahun yang memiliki penyakit kronis sehingga tidak dapat bekerja.

KoreajoongAngdaily juga menyebut, fenomena godoksa ini sering terjadi pada usia lanjut. Meskipun demikian, sumber lain menyebut usia muda juga bisa melakukan hal ini.

Seorang peneliti dari Institut Teknologi Seoul, Choi Soo-beom menemukan kasus kematian akibat godoksa ini meningkat pada tahun 2021. Dari jumlah kasus 51 pada tahun 2020 menjadi 76 pada tahun 2021.

Dari data tersebut, Choi Soo-beom menyebut, 76,4% diantaranya merupakan seorang pria yang hidup sebatang kara dan berusia antara 50 hingga 60 tahun.

Masalah ekonomi disebut menjadi motif utama godoksa. Seorang peneliti senior di Seoul Welfare Foundation, Song In-joo menemukan 978 orang berisiko meninggal sendirian di Seoul, 65,8% atau 644 orang di antaranya adalah pria dan 34,2% atau 334 orang di antaranya wanita. Dari data tersebut, Song In-joo menyebut, sekitar 95,4% di antaranya merupakan pengangguran.

"Laki-laki paruh baya yang meninggal sendirian telah dipaksa ke penggusuran, mengalami kondisi kerja yang buruk dan mengalami pensiun mendadak, yang menyebabkan [perubahan] mendadak dalam kehidupan sehari-hari mereka. dan menjadi kelompok berisiko untuk kematian yang kesepian," kata Song.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Bidik LHKPN 2 Pejabat Pemilik Kripto Miliaran Rupiah

News
| Rabu, 24 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement