Advertisement

Perempuan Jangan Diet Sebelum Nikah, Ini Penjelasannya

MG Noviarizal Fernandez
Senin, 04 April 2022 - 22:47 WIB
Bhekti Suryani
Perempuan Jangan Diet Sebelum Nikah, Ini Penjelasannya Ilustrasi pasangan yang sudah siap untuk menikah - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Untuk tampil dengan busana yang indah, tidak sedikit perempuan yang hendak menikah mengalami anemia atau kurang darah karena melakukan program diet.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan berdasarkan laporan, sedikitnya 37 persen perempuan yang hendak menikah mengalami anemia karena melakukan diet ketat.

Advertisement

“Padahal setiap bulan perempuan mengalami pendarahan akibat menstruasi. Kalau ditambah dengan diet ketat, asupan gizi berkurang, menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini berbahaya bagi kesehatan kelak ketika hamil. Jadi kalau mau menikah, jangan diet,” ujarnya dalam acara dialog penanganan stunting Forum Merdeka Barat 9, Senin (4/4/2022).

BACA JUGA: Disebut Perceraiannya Hanya Setingan, Doddy Sudrajat Siap Diiris Kupingnya

Dia melanjutkan, mayoritas pula pasangan yang hendak menikah tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang asupan gizi. Mereka justru lebih fokus ke hal-hal yang menurut Hasto tidak penting seperti foto pre wedding, persiapan resepsi dan sebagainya.

“Ini ironis ya. Karena itu harus ada perubahan mindset atau pola pikir,” ucapnya.

Erna Mulati, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan mengungkapkan ada berbagai langkah yang sudah dilakukan oleh jajarannya seperti melakukan intervensi edukasi kesehatan bagi remaja agar mengkonsumsi makanan bergizi.

Pihaknya mengharapkan agar semua remaja putri berusia 12-17 tahun mengkonsumsi tablet penambah darah sekali sepekan sehingga tidak mengalami anemia. Selain itu, pihaknya juga melakukan pemantauan para remaja tersebut untuk mendeteksi siapa yang mengalami anemia dan ditelusuri hingga ke faktor penyebabnya.

“Ada pelayanan antenatal seperti pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis. Kalau kurang energi kronis, bisa melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah dan ini menjadi faktor stunting,” ujarnya.

Setelah melahirkan, intervensi yang dilakukan adalah mendorong penggunaan air susu ibu eksklusif selama 6 bulan. Selain itu pihaknya juga meningkatkan jumlah konselor menyusui sehingga pada 2023 kelak, di setiap kecamatan minimal terdapat 1 konselor menyusui.

“Kami juga memantau tumbuh kembang balita melalui kegiatan posyandu,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya

News
| Kamis, 18 April 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement