Advertisement

Tak Pakai Masker, Pelanggar di Ekuador Bakal Diajak 'Joged Peti Mati'

Newswire
Senin, 27 Juli 2020 - 14:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Tak Pakai Masker, Pelanggar di Ekuador Bakal Diajak 'Joged Peti Mati' Coffin dance digunakan untuk menghukum warga Ekuador yang tidak mengenakan masker.YouTube - Video Tree via Suara.com]

Advertisement

Harianjogja.com, EKUADOR - Cara yang unik untuk menghukum para pelanggar protokol kesehatan Covid-19 tidak hanya dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia. Di Ekuador, orang-orang yang tidak mengenakan masker akan diajak  'menari' peti mati yang belakangan viral di media sosial.

Salah satunya terlihat dalam sebuah video yang diunggah di akun YouTube Video Tree.

Advertisement

"Pandemic-shaming di depan umum dengan maskot Covid-19 dan coffin dancer," tulis akun tersebut. Dalam video tersebut tampak seorang pria diangkat oleh para petugas yang berpakaian putih hitam, seperti pengangkat peti mati pada coffin dance.

Para petugas tersebut tampak mengayun-ayunkan pria yang tidak mengenakan masker dan seolah akan dimasukkan ke dalam peti mati.

Aksi tersebut juga ditemani seseorang yang mengenakan kostum yang menggambarkan virus corona dan menakut-nakuti pria yang tidak memakai masker tersebut.

Setelah pria yang tidak memakai masker 'dipermalukan' di depan umum, seorang polisi datang dan memberikannya sebuah masker. Melihat pria tersebut memakai masker, petugas kemudian menari dengan riang gembira.

Melihat aksi tersebut mengundang komentar dari warganet. "Saya bahkan tidak akan marah tentang hukuman tersebut," tulis salah satu warganet. "hahahahahahha itu sangat lucu," tulis warganet lainnya.

Ekuador merupakan salah satu negara yang cukup terpukul oleh gelombang virus corona. Di kawasan Guayas, Setidaknya 6.700 orang meninggal dunia di dua minggu pertama bulan April.

Kota tersebut juga merupakan area paling terdampak bukan hanya di Ekuador namun juga di seluruh Amerika Latin.

"Kami sudah melihat orang meninggal di mobil, di ambulans, di rumahnya, di jalanan," kata Katty Mejía, seorang pekerja di rumah duka di Guayaquil, ibu kota negara bagian dan kota terbesar di Ekuador dikutip dari BBC.

"Salah satu alasan mereka tidak dirawat di rumah sakit karena alasan kekurangan tempat tidur. Jika mereka ke klinik swasta, mereka harus membayar dan tidak semua orang punya uang," katanya.

Saking banyaknya korban akibat virus corona, rumah duka di kota dengan penduduk 2,5 juta tersebut sampai kewalahan.

Pihak keluarga banyak yang membiarkan mayat tergeletak di depan rumah, sebagian lainnya membiarkan di tempat tidur hingga berhari-hari.

Kota Guayaquil juga mulai kehabisan ruang untuk menguburkan mayat, memaksa sebagian orang untuk membawa jenazah ke kota tetangga untuk dimakamkan di sana.

Menurut data dari Worldometer hingga Senin (27/6/2020), Ekuador sudah mencatatkan 80.694 kasus dengan total kematian mecapai 5.515. Sebanyak 34.896 pasien sudah dinyatakan sembuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Viral Polisi Tembak dan Serang DC, APPI Jelaskan Duduk Permasalahannya

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement