Advertisement

Penyakit Gusi Sering Diabaikan, Bisa Picu Penyakit Metabolik

Newswire
Kamis, 18 Desember 2025 - 19:07 WIB
Maya Herawati
Penyakit Gusi Sering Diabaikan, Bisa Picu Penyakit Metabolik Foto ilustrasi gusi. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Penyakit gusi kerap tidak disadari masyarakat, padahal peradangan gusi dapat menjadi pintu masuk bakteri yang memicu infeksi hingga penyakit metabolik di seluruh tubuh.

Guru Besar Ilmu Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D mengatakan salah satu tanda peradangan gusi yang patut diwaspadai adalah keluar darah saat menyikat gigi.

Advertisement

“Pada saat abis sikat gigi kan kita buang ludah atau pasta giginya, itu kelihatan ada darah. Pada saat sikat gigi berdarah itu salah satu tanda bahwa gusi mengalami peradangan atau perdarahan, itu salah satu tanda. Jadi dari situ saja sudah bisa kita sadari, tapi kadang-kadang kita menganggap remeh,” kata Amaliya dalam diskusi dengan media dan pakar soal kesehatan gusi di Jakarta, Rabu (17/12/2025).

Dia mengatakan, kerusakan gusi yang dibiarkan bisa berakibat peradangan pada tulang penyangga gigi dan menyebabkan gigi lepas dan hal ini sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula.

Kerusakan penyangga gigi akan mengganggu aktivitas makan dan mengurangi produktivitas karena harus berobat dan berisiko muncul penyakit metabolik lainnya.

Ia menambahkan masyarakat juga belum memiliki edukasi yang memadai mengenai tanda penyakit gusi, yakni gusi berwarna merah, mudah berdarah, berbau, gusi terasa lebih lunak atau terlihat membesar dan terasa gatal.

Kerusakan gusi juga bisa disebabkan karena kebiasaan merokok yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit pendukung gigi.

“Karena dengan merokok aliran darah gusi itu menjadi menyempit, giginya jadi hitam-hitam, gusinya menjadi pucat, enggak ada darahnya. Sehingga nutrisi ke jaringan pendukung giginya berkurang. Mungkin kalau dicabut itu enggak ada darahnya, padahal itu nanti jadi kering, lukanya kering dan tidak mengalami penyembuhan yang benar,” katanya.

Amaliya mengatakan 90 persen masyarakat Indonesia tidak memeriksakan giginya ke dokter gigi setahun terakhir dan hanya 6,2 persen dari total penduduk Indonesia yang paham tentang waktu menyikat gigi yang tepat yakni setelah sarapan dan sebelum tidur.

Ia mengatakan pemeriksaan gigi setahun dua kali atau enam bulan sekali dapat membantu mengatasi risiko peradangan pada gusi dan juga menghindari penyakit metabolik yang dapat diperparah karena adanya kerusakan pembuluh darah pada gusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Apindo Minta Gubernur Tetapkan Upah Minimum 2026 Tanpa Politisasi

Apindo Minta Gubernur Tetapkan Upah Minimum 2026 Tanpa Politisasi

News
| Kamis, 18 Desember 2025, 17:47 WIB

Advertisement

8 Rekomendasi Wisata Batam Favorit Liburan Akhir Tahun

8 Rekomendasi Wisata Batam Favorit Liburan Akhir Tahun

Wisata
| Rabu, 17 Desember 2025, 23:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement