Advertisement
Penyakit Gusi Sering Diabaikan, Bisa Picu Penyakit Metabolik
Foto ilustrasi gusi. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Penyakit gusi kerap tidak disadari masyarakat, padahal peradangan gusi dapat menjadi pintu masuk bakteri yang memicu infeksi hingga penyakit metabolik di seluruh tubuh.
Guru Besar Ilmu Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D mengatakan salah satu tanda peradangan gusi yang patut diwaspadai adalah keluar darah saat menyikat gigi.
Advertisement
“Pada saat abis sikat gigi kan kita buang ludah atau pasta giginya, itu kelihatan ada darah. Pada saat sikat gigi berdarah itu salah satu tanda bahwa gusi mengalami peradangan atau perdarahan, itu salah satu tanda. Jadi dari situ saja sudah bisa kita sadari, tapi kadang-kadang kita menganggap remeh,” kata Amaliya dalam diskusi dengan media dan pakar soal kesehatan gusi di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Dia mengatakan, kerusakan gusi yang dibiarkan bisa berakibat peradangan pada tulang penyangga gigi dan menyebabkan gigi lepas dan hal ini sudah tidak bisa dikembalikan seperti semula.
BACA JUGA
Kerusakan penyangga gigi akan mengganggu aktivitas makan dan mengurangi produktivitas karena harus berobat dan berisiko muncul penyakit metabolik lainnya.
Ia menambahkan masyarakat juga belum memiliki edukasi yang memadai mengenai tanda penyakit gusi, yakni gusi berwarna merah, mudah berdarah, berbau, gusi terasa lebih lunak atau terlihat membesar dan terasa gatal.
Kerusakan gusi juga bisa disebabkan karena kebiasaan merokok yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit pendukung gigi.
“Karena dengan merokok aliran darah gusi itu menjadi menyempit, giginya jadi hitam-hitam, gusinya menjadi pucat, enggak ada darahnya. Sehingga nutrisi ke jaringan pendukung giginya berkurang. Mungkin kalau dicabut itu enggak ada darahnya, padahal itu nanti jadi kering, lukanya kering dan tidak mengalami penyembuhan yang benar,” katanya.
Amaliya mengatakan 90 persen masyarakat Indonesia tidak memeriksakan giginya ke dokter gigi setahun terakhir dan hanya 6,2 persen dari total penduduk Indonesia yang paham tentang waktu menyikat gigi yang tepat yakni setelah sarapan dan sebelum tidur.
Ia mengatakan pemeriksaan gigi setahun dua kali atau enam bulan sekali dapat membantu mengatasi risiko peradangan pada gusi dan juga menghindari penyakit metabolik yang dapat diperparah karena adanya kerusakan pembuluh darah pada gusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Apindo Minta Gubernur Tetapkan Upah Minimum 2026 Tanpa Politisasi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




