Advertisement
Cegah Ular Masuk Permukiman, Ini Saran dari Pakar Reptil

Advertisement
Harianjogja, JAKARTA - Teror ular kobra terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Pakar reptil Dr Amir Hamidy mengungkapkan beberapa cara untuk mencegah agar ular kobra tidak memasuki lingkungan rumah, termasuk dengan cara sederhana yaitu rajin membersihkan rumah dan mengepel lantai.
"Pencegahannya adalah buat rumah setidak nyaman mungkin untuk ular. Yang harus dilakukan pertama yaitu rajin dipel, setiap pagi harus dipel, karena pembersih lantai itu ada wangi menyengat yang sangat tidak disukai oleh ular. Kapur barus juga tidak disukai oleh ular," kata peneliti herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Advertisement
Tindakan pencegahan kedua, menurut Amir, adalah harus menyingkirkan barang-barang tidak digunakan lagi yang membentuk tumpukan-tumpukan, seperti tumpukan kardus, kertas, batu dan genting, yang berada di sekitar rumah karena merupakan habitat yang disukai oleh ular untuk meletakkan telur-telurnya.
Langkah ketiga yang bisa diambil untuk mencegah ular untuk menjadikan rumah sebagai habitatnya adalah menyingkirkan sisa makanan yang ada di dapur setiap harinya. Hal itu perlu dilakukan karena sampah organik yang menumpuk akan mengundang tikus yang merupakan mangsa alami bagi ular kobra.
Menurut dia tindakan pencegahan tersebut perlu dilakukan karena kobra, yang bisa tinggal di habitat yang dekat dengan aktivitas manusia, adalah jenis ular berbisa yang dapat membahayakan bagi manusia.
Selain itu, kata doktor dari Universitas Kyoto di Jepang tersebut, ular kobra adalah jenis ular yang bisa menelurkan 10 sampai 20 telur dengan siklus penetasan 2-4 bulan.
Kemunculan ular kobra di beberapa tempat di Indonesia yang menghebohkan masyarakat, kata dia, bukanlah hal mengejutkan karena musim hujan merupakan waktu anakan ular menetas dan merupakan siklus tahunan.
Jadi wajar, kata Amir, jika populasi ular kobra meningkat saat musim hujan karena telur ular memerlukan suhu yang lembab untuk menetas dan jika suhu panas, telur akan mengering.
Hal itu diperparah karena di daerah dekat kemunculan kobra di dekat permukiman sudah tidak terdapat predator alami ular yang bisa membantu mengurangi populasinya.
"Dulu predator alaminya itu seperti elang yang merupakan predator alami ular. Kobra itu dimakan sama dia. Tapi kan hewan-hewan itu sudah kita tembak, buru," kata Amir Hamidy.
Sebelumnya beberapa daerah dikejutkan dengan kemunculan belasan hingga puluhan kobra yang berada di sekitar permukiman warga. Kejadian itu terjadi di Jember, Jawa Timur, Cakung di DKI Jakarta dan Citayam di Jawa Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Banjir di Kawasan Puncak Bogor, Satu Orang Meninggal Dunia dan 2 Masih Hilang
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara Jogja Terbaru Hari Ini, Minggu 6 Juli 2025
- Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini Cerah, Minggu 6 Juli 2025
- Cek Jalur Trans Jogja ke Lokasi Wisata di Jogja
- Bencana Kekeringan Melanda Bantul, Sumber Air Mengering, Warga Trimurti Andalkan Bantuan Droping Air Setiap Hari
- Jadwal DAMRI Jogja ke Semarang Hari Ini
Advertisement
Advertisement