Advertisement

KONSER MUSIK : Berbeda Tak Selalu Harus Baru

Arief Junianto
Jum'at, 27 Februari 2015 - 21:40 WIB
Mediani Dyah Natalia
KONSER MUSIK : Berbeda Tak Selalu Harus Baru Duo asal Jogja, Wangi Hujan saat tampil di acara Something New 3: Dia-Lo-Gue yang digelar di Legend Cafe, Rabu (25/2/2015) malam. (JIBI/Harian Jogja - Arief Junianto)

Advertisement

Konser musik dari band-band indie asal Jogja mampu menarik perhatian khalayak dengan permainan musik yang berbeda.

Harianjogja.com, JOGJA-Puluhan orang yang memadati beberapa meja di Legend Cafe, Rabu (25/2/2015) malam itu sontak terhenyak ketika duo asal Jogja, Wangi Hujan menyebut kalimat Senja di Pelabuhan Kecil sebagai judul lagu yang akan mereka bawakan.

Advertisement

Seperti diketahui, 'Senja di Pelabuhan Kecil' adalah judul salah satu puisi karya Chairil Anwar yang cukup populer. Ternyata benar, duo yang beranggotakan Luise Najib dan Erwin Zubiyan itu membawakan puisi itu dalam aransemen lagu mereka.

Dengan iringan gitar yang atraktif Erwin Zubiyan dan suara merdu Luise Najib, puisi yang menceritakan kisah cinta dari sisi yang lain itu mereka bawakan. Irama serta nada folk yang dimainkan keduanya membuat puisi itu seolah tampil dalam bentuk yang sama sekali lain. Tak pelak, usai membawakan lagu itu, keduanya mendapat aplause yang sangat meriah dari puluhan penonton.

Selain lagu 'Senja di Pelabuhan Kecil', duo yang memang mengusung musik folk sebagai karya bermusiknya itu membawakan 6 lagu karya mereka lainnya. Termasuk salah satunya adalah lagu keroncong karya Ismail Marzuki yang juga mereka gubah menjadi lagu folk.

Tak hanya Wangi Hujan, kedua band Jogja lainnya, yakni Afapika yang mengusung genre world music dan Black Stocking yang beraliran triphop juga mampu menyedot perhatian pengunjung. Tentu saja, animo pengunjung yang tinggi itu lantaran kedua band tersebut tampil dengan karakter mereka yang sangat kuat. Tak hanya itu,
dibandingkan dengann band-band yang ada saat ini, genre serta karakter musik mereka pun terbilang tidak mainstream.

Betapa tidak, membuka acara, Afapika sudah menghentak dengan lagu 'Govinda' yang pernah dipopulerkan oleh Kula Shaker. Warna musik tablo yang mereka mainkan secara elektrik dipadukan dengan distoris gitar serta gebukan drum membuat penampilan mereka terlihat unik.

Sementara Black Stocking, dengan lagu beraransemen shoegaze pop juga mampu menyuguhkan penampilan yang unik. Aliran yang merupakan gabungan dari post- rock dan dream pop dari band yang pernah menjadi finalis LA Indiefest 2010 ini jelas memberikan warna baru di musik Jogja.

Karakter dan warna musik yang tidak mainstream itulah yang kemudian menjadi alasan mengapa tagline 'Something New' disematkan dalam acara tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Project Officer Something New #3, Adhi Wicaksono, acara tersebut merupakan rangkaian ketiga acara Something New.

Diakuinya, konsep Something New memang didasarkan pada dinamika pergerakan musik di Jogja yang cenderung tinggi. Ia menilai, musisi Jogja seperti tak pernah kehabisan kreativitas untuk berkarya.

Oleh karena itulah, sebagai bentuk apresiasi, pihaknya pun memberikan ruang tampil untuk para musisi tersebut. Hanya saja, tak ingin menyediakan ruang seperti pada umumnya, ia pun mengonsep Something New menjadi sebuah acara yang beda dengan acara-acara pada umumnya.

"Salah satunya yang membedakan adalah, di Something New, kami tak memakai pembawa acara [MC]," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara.

Begitu juga dengan tata panggung. Jika di acara musik pada umumnya, tata lampu panggung dipusatkan kepada talent, untuk Something New pihaknya mencoba melakukan eksperimen. Tata lampu tak hanya ia pusatkan pada talent saja, melainkan juga pada ruang yang ada sekitarnya, seperti misalnya pada lantai, dinding, dan
sebagainya. Dengan begitu, tata pencahayaan panggung pun terlihat berbeda.

Adapun terkait dengan tajuk acara 'Dia-Lo-Gue' yang dipakaianya dalam Something New #3 kali ini, ia menjelaskan bukan tanpa maksud. Melalui 'Dia-Lo-Gue', pihaknya ingin menonjolkan sisi keragaman warna musik yang ditampilkannya dalam acara itu. Ia ingin menunjukkan kepada publik bahwa musik yang tidak mainstream pun bisa
saling berdialog dan memunculkan benang merah tersendiri.

"Nah, dialog itulah yang kami tonjolkan di sini. Intinya, tampil beda itu tak selalu harus menampilkan sesuatu yang baru," tutupnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hamas: Tujuan Israel di Perang Gaza Tak akan Tercapai

News
| Sabtu, 02 Desember 2023, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya

Wisata
| Jum'at, 01 Desember 2023, 19:12 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement