Advertisement
AI Ungguli Radiolog dalam Deteksi Dini Kanker Pankreas
Kanker Pangkreas - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebuah studi internasional menunjukkan teknologi AI mampu mendeteksi kanker pankreas lebih akurat daripada radiolog, membuka harapan baru bagi deteksi dini penyakit mematikan ini.
Penyakit ini jarang menunjukkan gejala nyata pada tahap awal; tanda-tanda yang muncul biasanya sangat umum, seperti rasa tidak nyaman di perut, nyeri ringan, hilangnya nafsu makan, atau penurunan berat badan tanpa penyebab jelas. Lokasi pankreas yang tersembunyi jauh di dalam tubuh juga mempersulit teknologi pemindaian konvensional seperti CT scan modern untuk melihat tumor kecil.
Advertisement
Sebuah studi observasional konfirmasi noninferioritas bertajuk "Pancreatic Cancer Diagnosis: Radiologists Meet AI (Panorama)" yang diterbitkan di Lancet Oncology, menemukan bahwa sistem AI secara signifikan mengungguli ahli radiologi dalam mendeteksi adenokarsinoma duktal pankreas (PDAC) pada pemindaian CT scan rutin.
Penelitian yang melibatkan (3.440 pasien 56% laki-laki, usia rata-rata 67 tahun) dari lima pusat partisipan di 12 negara ini secara eksplisit membandingkan kinerja algoritma AI dengan 68 ahli radiologi.
BACA JUGA
Data Kinerja Utama:
1. Grup Uji (1.130 Pasien): AI mencapai AUROC 0,92 (95% CI 0,90–0,93) dengan sensitivitas 85,7% dan spesifisitas 83,5%.
2. Subkelompok Perbandingan (391 Pasien): AI menunjukkan kinerja yang secara statistik tidak inferior ($P < 0,0001$) dan bahkan superior ($P = 0,001$) dibandingkan para radiolog.
- AI mencatat AUROC 0,92 (95% CI 0,89–0,94).
- Radiolog memiliki AUROC rata-rata 0,88 (95% CI 0,85–0,91).
*AUROC (area under the receiver operating characteristic curve) adalah metrik yang digunakan untuk mengukur performa model klasifikasi, di mana nilai yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan pembeda yang lebih baik.
Yang paling menarik, pada tingkat sensitivitas yang sebanding, penggunaan AI mengurangi jumlah positif palsu hingga 38% (85 dengan AI vs 138 oleh radiolog).
Natalia Alves, peneliti dari Radboud University Medical Center di Nijmegen, Belanda, dan rekan-rekannya, menekankan pentingnya temuan ini.
"Studi Panorama, sejauh pengetahuan kami, merupakan studi konfirmasi akurasi diagnostik internasional berpasangan pertama yang mengevaluasi kinerja ahli radiologi dan sistem AI mandiri untuk deteksi PDAC pada CT kontras, menggunakan tolok ukur FAIR (dapat ditemukan, diakses, dapat dioperasikan, dan dapat digunakan kembali)," ujar Alves dan tim, dikutip dari Medpagetoday, Senin (24/11/2025).
Mereka menambahkan bahwa model AI yang dilatih dengan dataset besar dan beragam mampu melampaui kinerja radiolog dalam pendeteksian PDAC.
Para peneliti menegaskan, hasil ini bukan berarti AI harus menggantikan dokter. Sebaliknya, AI dapat berfungsi sebagai "mata kedua" yang membantu ahli radiologi bekerja lebih teliti, mengurangi risiko kesalahan manusia, dan secara signifikan mengurangi beban kerja harian mereka.
Meskipun studi ini dilakukan dalam lingkungan daring yang terkendali (bukan dalam situasi klinis nyata), harapan besar diletakkan pada teknologi ini. Dengan tingkat keberhasilan pengobatan kanker pankreas yang rendah selama puluhan tahun, kemajuan AI ini diharapkan dapat mendeteksi tumor pada tahap yang jauh lebih awal, sehingga operasi dan perawatan dapat menjadi lebih efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Lebih dari 10 Ribu Warga Mengungsi, Banjir Terburuk Hantam Malaysia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




