Advertisement

Jogja International Art Fair Digelar Perdana di JEC, Catat Tanggalnya

Abdul Hamied Razak
Jum'at, 17 Oktober 2025 - 07:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Jogja International Art Fair Digelar Perdana di JEC, Catat Tanggalnya Ilustrasi pameran seni rupa - Harian Jogja

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jogja kembali melakukan terobosan baru dengan menghadirkan Jogja International Art Fair (JIAF) 2025. Event berskala internasional ini untuk pertama kalinya digelar pada 31 Desember 2025 hingga 2 Januari 2026 di Jogja Expo Center (JEC).

Direktur NR Management, Novita Riatno, menyatakan bahwa JIAF bukan hanya pameran seni tetapi sebagai penegasan dari Jogja kepada dunia. Penegasan bahwa kota Jogja tidak hanya sebagai jantung seni Indonesia, tetapi juga menjadi batu loncatan bagi seniman menuju panggung internasional.

Advertisement

“Kami bangga menggunakan kata Jogja dalam event ini karena Jogja adalah rumah bagi ratusan bahkan ribuan seniman aktif. JIAF mengusung semangat kolaborasi dan akan menjadi ruang lintas batas yang inklusif dan terbuka bagi para seniman yang selama ini terlalu eksklusif," katanya, Kamis (16/10/2025).

Dia menegaskan, penyelenggaraan JIAF juga menunjukkan komitmen untuk merangkul semua pihak secara profesional. Tidak hanya seniman dan galeri, tetapi juga komunitas seni yang lebih luas, termasuk sanggar-sanggar dan kelompok seni yang menjadi ciri khas kekuatan kolektif seni rupa di Jogja.

"JIAF diharapkan menjadi solusi atas keterbatasan ruang bagi seniman lokal, sekaligus menjadi panggung baru yang memperlihatkan kekayaan seni rupa Jogja kepada dunia," katanya.

Melalui JIAF, Jogja tidak hanya menunjukkan kekayaan seni rupanya, tetapi juga keberanian untuk membangun ekosistem seni yang lebih terbuka, dinamis, dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar pameran, tetapi sebuah langkah strategis untuk memperkuat distribusi, konsumsi, dan apresiasi seni rupa Indonesia di mata dunia.

JIAF juga menargetkan kehadiran kolektor seni, dengan harapan mereka dapat melihat karya-karya luar biasa yang biasanya hanya tampil di ruang eksklusif. “Kami buka selebar-lebarnya agar semua seniman bisa tampil dan dilihat," katanya.

Dipilihnya akhir tahun sebagai waktu pelaksanaan bukan tanpa alasan. Jogja pada periode tersebut menerima jutaan pengunjung, dan JIAF hadir sebagai solusi untuk memecah kepadatan serta memperkaya pengalaman wisata budaya. “Kami ingin membuat orang betah di Jogja, bukan hanya lewat destinasi, tapi juga lewat seni,” kata Novita.

Kurator JIAF 2025 Nadiyah Tunnikmah menjelaskan tema “Encounters Layers” yang diusung JIAF akan mempertemukan seniman dari Jogja, Jakarta, berbagai kota di Indonesia, hingga komunitas internasional dalam satu ekosistem seni yang saling terhubung.

"Tema ini merepresentasikan pertemuan berbagai lapisan budaya, ekspresi, dan perjalanan karier seniman. JIAF tidak hanya mengandalkan kurasi berbasis visual, melainkan menggunakan pendekatan berbasis karier," paparnya.

Seniman dikategorikan berdasarkan tahapan profesional mereka—dari yang baru memulai hingga yang telah mencapai status ikonik. Kurasi dilakukan berdasarkan CV, dengan batasan jumlah pameran yang pernah diikuti, namun tetap mempertimbangkan fleksibilitas dan realitas dunia seni di Jogja yang dinamis.

Model artist direct yang diusung JIAF memungkinkan seniman berpartisipasi tanpa harus diwakili oleh galeri, sebuah pendekatan yang berbeda dari art fair konvensional di Indonesia. Hal ini membuka ruang bagi seniman pemula, seniman transisi, hingga yang sudah mapan untuk tampil dalam satu ruang yang sama, saling belajar, berkolaborasi, dan memperkuat ekosistem seni rupa Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, JIAF juga membuka peluang partisipasi internasional. Nadiyah menyarankan agar dimulai dengan pendekatan sederhana, seperti menghadirkan karya dari beberapa negara dalam bentuk “island”—misalnya dua lukisan dari Jepang, dua dari Korea, dan seterusnya. Langkah ini diharapkan menjadi awal dari keterlibatan komunitas seni global dalam ekosistem seni Jogja.

Art Director JIAF Samuel Indratma merancang layout pameran menyerupai galeri besar yang nyaman dan interaktif. Tiga hall di JEC akan diisi dengan lebih dari 1.000 panel dan 2.000 wall panel, menciptakan ruang diskusi, kolaborasi, dan apresiasi yang luas. “Kami ingin seniman saling menonton, saling belajar, dan saling terhubung,” ujarnya.

Penasihat JIAF, Tasbir Abdulah mengapresiasi keberanian menggunakan kata “internasional” dalam nama acara. “Saya sudah 15 tahun di pariwisata, dan ini langkah penting. Kita pernah punya Jogja International Heritage Walk, dan sekarang JIAF adalah kelanjutannya,” ujarnya.

Dia mengaku bahwa strategi untuk menghadirkan partisipan asing pun telah disiapkan, mulai dari komunitas seni luar negeri hingga karya-karya yang mewakili negara masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

BPKN Akan Panggil Produsen Air Minum Kemasan, Ambil dari Sumur Bor

BPKN Akan Panggil Produsen Air Minum Kemasan, Ambil dari Sumur Bor

News
| Kamis, 23 Oktober 2025, 13:27 WIB

Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia

Wisata
| Minggu, 19 Oktober 2025, 23:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement