Advertisement
Laboartorium Obah #3 dan Cara Menjadi Manusia di Tengah Riuhnya Dunia

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dunia pertunjukan Jogja terus bergeliat. Salah satunya adalah pantomim.
Alih-alih mandek sepeninggal Sang Maestro Jemek Supardi empat tahun silam, pantomim di Jogja terus dipertunjukkan, dengan segala kreativitas dan inovasinya.
Advertisement
Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Sanggar Seni Asrita. Lewat pertunjukan Laboartorium Omah #3 bertajuk Berhenti Sejenak.
Dalam pementasan yang digelar di Auditorium IFI LIP, Sabtu (23/8) malam tersebut, Ari Dwianto selaku sutradara berupaya menampilkan realitas kemanusiaan lewat empat performer-nya.
Adapun keempat pantomimer yang tampil dalam pementasan tersebut, masing-masing adalah Asita Kaladewa, Ghani FM, Pupuh Hadi Mulya, dan Tiaswening Maharsi. "Seperti judul pementasannya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa kita sebagai manusia memerlukan waktu untuk berhenti sejenak, untuk kembali mengenali diri kita masing-masing," kata Ari Inyong, sapaan akrabnya saat ditemui seusai pementasan.
Memang, saat tampil, keempat pantomimer secara konsisten menampilkan gerakan yang menggambarkan kondisi tentang manusia saat ini yang seolah terkungkung oleh keriuhan dunia.
Teknologi, digitalisasi, media sosial, hingga perang seolah menjadi mozaik-mozaik fakta yang ditampilkan ulang di atas panggung lewat gerak tubuh keempat pantomimer.
BACA JUGA: Pantomim Jadi Cara Seniman Ini Selami Dunia Anak Difabel
Dari segala keriuhan itulah, lakon Berhenti Sejenak seolah mengingatkan penonton bahwa sudah seharusnya manusia kembali pada dirinya sendiri. Bukan untuk mencerabut dari semesta, tetapi menjadi manusia di tengah riuhnya dunia.
“Karena selama ini, kita tidak sadar telah terkungkung oleh banyak hal. Rutinitas, pekerjaan, ideologi, bahkan tradisi. Kita terjebak pada pilihan baik dan buruk yang standarnya ditentukan oleh orang lain,” kata Ari.
“Inilah saatnya, kita memberikan kesempatan pada diri kita untuk bebas menentukan standar dan ukuran sesuai dengan kapabilitas kita sendiri, tanpa harus mencerabutkan diri dari lingkungan sosial.”
Endapan Kegelisahan
Sementara itu, Pengelola Sanggar Seni Asrita, Asita Kaladewa yang juga menjadi salah satu pantomimer dalam pementasan Berhenti Sejenak, menjelaskan bahwa pementasan Berhenti Sejenak sejatinya merupakan hasil “endapan” dari pementasan Laborartorium Obah #2 yang digelar Februari 2025 lalu.
“Setelah pementasan itu, kami akhirnya mencoba mem-breakdown kembali. Kegelisahan apa yang masih tersisa. Setelah kami ‘endapkan’, maka muncullah ide menggelar Berhenti Sejenak ini,” kata Asita.
Dari segala “endapan kegelisahan” itu, kata dia, para performer sepakat untuk menjajal teknik-teknik lain dalam berpantomim.
“Pilihan kami jatuh pada teknik dan metode dari seniman Prancis, Etienne Decroux yang menjadikan gerak tubuh sebagai pusat,” ucap dia.
Itulah sebabnya, berbeda dengan pementasan yang digelar Sanggar Seni Asrita sebelumnya, Berhenti Sejenak lebih menampilkan pantomim modern, tanpa adegan akrobatik, humor dan juga riasan wajah mencolok.
“Kali ini kami menjadikan gerak tubuh sebagai alat bercerita. Bukan cuma mimik wajah.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Api Prameks Minggu 24 Agustus 2025
- Jadwal Bus Sinar Jaya Malioboro ke Pantai Baron Minggu 24 Agustus 2025
- Jadwal Bus DAMRI Minggu 24 Agustus 2025: Dari YIA ke Jogja
- Jadwal KA Bandara YIA Xpress Minggu 24 Agustus 2025, Stasiun Tugu, Wates dan YIA
- Jadwal Bus Sinar Jaya Malioboro ke Parangtritis Minggu 24 Agustus 2025
Advertisement
Advertisement