Advertisement
Kolaborasi Apik Ketoprak, Wayang, dan Seni dalam Sahoyi Mustika Pungging

Advertisement
JOGJA—Mandira Baruga Yogyakarta menghadirkan kwari Sahoyi Mustika Pungging: Korban Perdagangan Perempuan. Pentas kwari, atau kolaborasi ketoprak, wayang, dan tari ini berlangsung di Purawisata Amphitheater, Mergangsan, Kota Jogja, Kamis (24/7/2025). Ratusan orang yang memadati area pertunjukkan menikmati kesenian tradisi ini sejak pukul 19.45 WIB.
Aksi wayang membuka Pentas Sahoyi Mustika Pungging. Percakapan antar wayang menyentil kondisi negara. Mereka membicarakan para pemimpin negara yang tidak selalu bisa berproses secara matang.
Advertisement
Beberapa saat kemudian, para pemain ketoprak bermunculan dari berbagai sisi. Para pemain juga muncul dari bangku penonton, membuat suasana menjadi meriah. Saat para pemain sudah sampai di panggung, kini giliran pembaca puisi menunjukkan aksinya. Beragam jenis kesenian ini saling berpadu padan selama pertunjukkan.
Rangkaian ketoprak, wayang, dan tari terpintal dalam satu cerita. Di suatu desa, para petani kesulitan mengolah lahannya. Kekeringan membuat hasil pertanian jauh dari harapan. Mereka terpikir untuk berpindah ke kota, dengan segala janji kemakmurannya.
Para warga desa, yang juga terdiri dari banyak perempuan, belum mengenal medan. Mereka akan bertemu dengan pemimpin kota yang culas, yang suka memanfaatkan perempuan. Satu di antaranya ada Sahoyi, gadis desa yang lugu dan naif.
Pertemuan dengan pemimpin kota membawanya pada petaka. Sahoyi dan perempuan lain terperangkap dalam perdagangan manusia. Kini mereka harus mencari cara agar bisa selamat.
Penulis Sahoyi Mustika Pungging, Joko Santoso, menyebut pentas ini sebagai ketoprak modern. Di dalamnya, dia bisa berbicara banyak hal, dari geopolitik hingga bonus demografi. Kali ini, Joko menulis cerita tentang Sahoyi yang bertransformasi dari gadis lugu menjadi pendekar.
"Di sini ada semacam kesan, bahwa kebaikan itu akan hilang kalau tidak ada keburukan. Jadi dalam setiap waktu tentu ada kebaikan dan keburukan. Kalau hanya kebaikan saja yang hidup, kehidupan akan jomplang. Dalam kwari ini, penonton akan bertanya-tanya tentang nasib dari keburukan," katanya.
Sutradara Sahoyi Mustika Pungging, Nano Asmorodono, mengatakan tantangan dari pentas ini berupa menjahit dan mengemas banyak jenis seni. "Wayang, tari, ketoprak, sastra, pantomim, semua bidang saya tampilkan. Kami berproses selama dua bulan," katanya. "Semoga seni budaya tradisi yang baru kami kembangkan ini bisa menjadi tontonan yang sebagai tuntunan."
Dalam penyelenggaraannya, Mandira Baruga Yogyakarta bekerja sama dengan beragam pihak, termasuk BRI dan Jogkem. Adapun beberapa bintang tamu dalam Sahoyi Mustika Pungging yaitu Dalijo Angkring, Yani Saptohoedoyo, dan Yati Pesek. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penembak Charlie Kirk Ditangkap, Begini Tampang dan Dugaan Motifnya
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
- Alokasi Pendidikan di RAPBD Kulonprogo 2026 Mencapai Rp353 Miliar
- Berlangsung Cuma 7 Hari, Pasar Kangen TBY Start Mulai 18 September
- Ditahan Kejati DIY, Mantan Dukuh Candirejo Sleman Rugikan Negara Rp733 Juta
- DPRD DIY Dukung Usulan Sultan Soal BUKP Gunungkidul Jadi Perseroda
- Pendapatan Pemkab Gunungkidul Diproyeksi Rp1,9 Triliun pada 2026
Advertisement
Advertisement