Advertisement
Gangguan Kejiwaan Halusinasi Tak Bisa Dianggap Remeh, Simak Kata Dokter

Advertisement
Harianjogja.com, SAMARINDA—Gangguan kejiwaan halusinasi tidak boleh diremehkan. Dokter Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Atma Husada Mahakam Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) Astuti menyebut penting untuk mengenali pemicu dan jenis halusinasi.
"Halusinasi yang sering disalahpahami sebagai khayalan, merupakan gangguan persepsi serius yang perlu diwaspadai," katanya di Samarinda, Sabtu (5/7/2025).
Advertisement
Astuti menjelaskan bahwa halusinasi adalah kondisi ketika seseorang merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, tanpa adanya rangsangan eksternal.
"Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang tidak berdasarkan pada stimulus nyata, tetapi dirasakan nyata oleh individu yang mengalaminya," ujar Astuti.
Ia menambahkan bahwa halusinasi termasuk dalam kategori gangguan jiwa, sebuah kondisi kompleks yang memengaruhi cara berpikir, emosi, dan perilaku seseorang.
Ia memaparkan halusinasi memiliki beragam jenis, bergantung pada indera yang terpengaruh. Ini meliputi halusinasi auditorik (pendengaran), dimana individu mendengar suara atau bunyi tanpa sumber nyata. Selain itu, halusinasi visual (penglihatan), yaitu ketika seseorang melihat objek atau bayangan yang tidak ada. Kemudian, halusinasi olfaktorik (penciuman), yang melibatkan penciuman bau tidak nyata.
Selanjutnya, halusinasi taktil (peraba), dimana individu merasakan sentuhan atau sensasi pada kulit tanpa adanya kontak fisik dan halusinasi gustatorik (pengecap), yakni merasakan rasa aneh di mulut tanpa ada makanan atau minuman.
Dokter Astuti menguraikan beberapa faktor utama yang dapat memicu halusinasi. Gangguan jiwa murni menjadi penyebab umum, dimana halusinasi sering terjadi pada penderita skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi.
Selain itu, penyalahgunaan zat psikoaktif, seperti narkoba dan alkohol juga dapat memicu halusinasi. Kondisi medis tertentu, seperti dimensia, epilepsi, dan tumor otak juga bisa menjadi penyebab. Tidak hanya itu, beberapa jenis obat memiliki efek samping yang berpotensi menimbulkan halusinasi.
Faktor fisik dan psikologis juga turut berperan, seperti kurang tidur, kelelahan fisik ekstrem, stres, dan trauma.
Astuti menekankan bahwa angan-angan biasa pada orang normal berbeda dengan halusinasi. "Angan-angan adalah hal yang wajar bagi setiap orang. Namun, jika halusinasi sudah mengganggu dan parah, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan medis untuk penanganan lebih lanjut," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Keberangkatan 29 Calon Pekerja Migran Ilegal Hendak ke Timur Tengah Digagalkan di Bandara Kertajati
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Jalur Afirmasi Bermasalah, Pemda DIY akan Evaluasi SPMB SMA-SMK
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Naik dari Stasiun Palur sampai Stasiun Tugu Jogja, Sabtu 5 Juli 2025
- Jadwal SIM Keliling di Gunungkidul Hari Ini, Sabtu 5 Juli 2025, Cek Lokasinya di Sini
- Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini dari Stasiun Tugu Jogja sampai Stasiun Palur, Sabtu 5 Juli 2025
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Hari Ini, Sabtu 5 Juli 2025
Advertisement
Advertisement