Advertisement
57 Juta Orang Menonton Film Horor Sepanjang 2024
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kanal yang konsen tentang dunia film, Cinecrib, mencatat sepanjang 2024, terdapat 68 film bergenre horor yang tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Jumlah tersebut meningkat 30,7% dari tahun sebelumnya. Seluruh film horor tersebut berhasil menggaet 57 juta penonton, per 29 Desember 2024.
Dari sisi rumah produksi, MVP Picture menjadi yang terbanyak membuat film horor dengan lima film. Selanjutnya ada Star Vision dan Pichouse Films dengan empat film. Adapun tema film horor terbanyak berupa pesugihan dengan 33%. Di samping itu, tema horor lainnya yaitu balas dendam (31%), kerasukan (8%), cinta (6%), kutukan (3%), dan lainnya (19%).
Advertisement
Gender protagonis terbanyak dalam film horor Indonesia berupa perempuan, dengan besaran 68%. Sementara untuk protagonis laki-laki sebanyak 25% dan 6% multiple protagonis 6%. Beralih pada jenis hantu, sebanyak 62% film horor Indonesia di tahun 2024 mengangkat gender perempuan sebagai sosok hantu. Untuk hantu laki-laki sebanyak 11%, monster 6%, dan lainnya 21%.
Untuk sutradara dengan film horor terbanyak secara berurutan yaitu Rizal Mantovani (enam film), Bobby Prasetyo (empat film), Anggy Umbara (tiga film), dan Hadrah (tiga film). Penulis naskah horor terbanyak yaitu Lele Laila (delapan film), Alim Sudio (lima film), Evelyn Afnilia (tiga film), dan Riheam Junianti (tiga film). Film horor yang penontonnya di atas sejuta orang didapatkan oleh Agak Laen (9,1 juta), Vina: Sebelum 7 Hari (5,8 juta), Kang Mak (4,8 juta), badarawuhi di Desa Penari (4 juta), Siksa Kubur (4 juta), dan lainnya.
“Seperti dugaan di awal tahun lalu, jumlah film horor di 2024 meningkat pesat dari tahun 2023. Jumlah penontonnya pun bertambah banyak, kurang lebih 70 persen dari total tiket yang terjual di bioskop tanah air itu adalah tiket film horor Indonesia,” tulis dalam laporan Cinecrib.
CEO dan Pendiri MD Pictures, Manoj Punjabi, mengatakan cerita horor mudah diyakini kebenarannya oleh masyarakat Indonesia. Hal itu meski beberapa unsur cerita dalam film horor kadang kala sulit diterima akal sehat. “Horor is very relatable (bagi masyarakat masyarakat Indonesia). Mereka percaya kejadian ini. Mereka mungkin pernah melihat kesurupan, meski mereka percaya atau tidak percaya. Jadi gampang dicerna. Coba lihat film action, susah sekali menarik penonton di Indonesia,” katanya.
Mudahnya masyarakat Indonesia menerima film-film horor tidak lepas dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang cenderung percaya pada hal-hal mistis. Banyak orang Indonesia sejak kecil ‘dicekoki’ oleh cerita-cerita hantu atau makhluk halus seperti Ratu Pantai Selatan, genderuwo, kuntilanak, kalong wewe, tuyul, babi ngepet, dan lain-lain.
Sebelumnya, penonton bioskop film Indonesia dari berbagai genre, mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pada tahun 2024 (per September), ada lebih dari 60 juta penonton yang pergi ke bioskop di Indonesia. Menurut Direktur Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Mahendra Budaya, angka penonton tersebut merupakan yang tertinggi sejak 98 tahun lalu, atau pada 1926.
Dalam uraian data dari Kemendikbudristek, jumlah penonton film impor jauh di bawah jumlah tersebut, yakni sebesar 35 juta penonton. "Pertama kali dalam sejarah, film Indonesia tembus 60 juta penonton," kata Mahendra.
Cerita Sederhana dan Memicu Adrenalin
Pemasaran atau promosi masif menjadi faktor terbesar suatu film horor bisa menggaet banyak penonton. Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga (Unair), Igak Satrya Wibawa, mengatakan ada beberapa faktor lain yang membuat masyarakat senang menonton film horor.
"Sebagai contoh, film KKN Desa Penari yang ceritanya sudah viral dulu di media sosial. Bisa dibilang promosi yang masif juga memberikan efek positif, bahkan sebelum film itu dirilis," kata Igak, dikutip dari laman resmi Unair, beberapa waktu lalu.
Apabila melihat sisi narasi, film horor mampu diterima masyarakat karena memiliki jalan cerita yang relatif sederhana. Namun lantaran kerap menampilkan penampakkan hantu, film horor mampu mendorong adrenalin penontonnya. "Masyarakat cenderung ingin mencari sensasi kaget atau takut yang dialami saat menonton film horor," katanya.
Melihat beberapa waktu ke belakang, publik Indonesia menaruh banyaak perhatian pada film Vina: Sebelum 7 Hari. Viralnya film tersebut menjadi pemantik terbongkarnya kasus pembunuhan sosok Vina seorang warga Cirebon pada tahun 2016 silam. Tenggelam hampir 10 tahun, kasus Vina kembali ramai diperbincangkan lantaran pelaku utama belum berhasil tertangkap.
Perkembangan terbaru, pihak kepolisian menangkap terduga pelaku utama dan kini sudah ada di dalam bui. Terkait hal ini, Igak tegas menyatakan kurang setuju bila film dinilai bisa membantu mengusut kasus kriminal. "Selesai atau tidaknya sebuah kasus itu bukan peran film, tetapi kepolisian. Walaupun demikian, film 'Vina' bisa membantu mengangkat kembali isu kriminal yang belum terselesaikan," kata Igak.
Tidak hanya peran dari film semata, kasus pembunuhan yang melibatkan anggota geng motor itu bisa kembali dibicarakan karena budaya viral di Indonesia. Budaya viral merupakan kejadian ketika pemerintah cenderung bertindak kalau kasusnya ramai dibahas di media sosial. Tidak hanya film Vina: Sebelum 7 Hari yang mengangkat kasus kejahatan di Indonesia. Namun ada pula film Sum Kuning, Ari Hanggara, dan Marsinah.
Namun ketiga film dirilis saat penggunaan media sosial tidak semasif sekarang. Sehingga bisa dipastikan bila media sosial punya peran besar dalam membentuk antusiasme hingga perilaku masyarakat. "Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap cerita horor di media sosial mendorong rumah produksi untuk menjadikannya film. Ke depannya, viral culture akan menjadi kontributor yang signifikan untuk memproduksi film di Indonesia," katanya.
Menonton Sesuai Usia
Film horor tidak selalu cocok untuk segala usia, terutama anak-anak di bawah umur. Adanya unsur kejutan, darah, dan sadisme bisa berdampak pada perkembangan anak secara psikologis.
Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Fety Khosianah, mengatakan salah satu dampaknya bisa mengurangi kepekaan. Sebagai contoh, apabila ada tetangga yang berteriak atau menangis histeris, bisa jadi mereka tidak akan cepat tanggap untuk mencari tahu penyebabnya. Hal ini bisa dianggap biasa, karena sering melihat adegan tersebut dalam film horor.
“Dampak lain adalah melekat di ingatan. Menonton film horor, tanpa kita sadari membuat otak kita terpolusi. Menurut penelitian, bahwa apa pun yang kita lihat dan dengar serta rasakan terekam di alam bawah sadar,” kata Fety.
Anak-anak yang terlalu banyak menonton film horror, baik di bioskop maupun televisi, berpotensi menjadi lebih penakut dari sebelumnya. Contohnya seperti tidak berani tidur sendiri, bahkan tidak berani pergi ke toilet. Hal ini terjadi disebabkan anak-anak masih belum bisa membedakan antara dunia realita dan fiksi.
Sebuah studi oleh profesor seni komunikasi di University of Wisconsin, Joanne Cantor, dan rekannya, Kristen Harrison, seorang profesor studi komunikasi di University of Michigan, mencatat bahwa anak-anak paling berisiko mengalami ketakutan yang akan bertahan lama. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak menganggap bahwa sosok menyeramkan dalam film horor adalah nyata.
Potensi dampak lainnya berupa gangguan tidur. Banyak orang dewasa dan anak-anak yang mengalami kesulitan tidur setelah menonton film horor. “Hal ini dikarenakan adanya efek kemungkinan bayangan film horor yang masih membayangi, seperti suara-suara seram atau tampilan sosok menakutkan yang masih melekat dalam ingatan, bahkan sampai terbawa mimpi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
PMK Merebak, Guru Besar FKH UGM Bagikan Rekomendasi dan Solusi
Advertisement
Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Program MBG di Gunungkidul Terkendala, Belum Bisa Digelar Hari Ini
- Produksi Padi DIY Cukupi Kebutuhan Program MBG, Pelaksanaan Teknis Masih Tunggu Pemerintah Pusat
- Konservasi Penyu Terbukti Mampu Menarik Ribuan Wisatawan di Pantai Goa Cemara Bantul
- Rasionalisasi APBD Bantul 2025 Tidak Berdampak ke Program di DPUPKP
- Jaga Ekosistem Alam, Konservasi Dilakukan di Umbul Ngetuk Slangkrah Gunungkidul
Advertisement
Advertisement