Advertisement

Orang Kaya Lebih Berisiko Terkena Kanker, Ini Kata Pakar

Sirojul Khafid
Rabu, 09 Oktober 2024 - 08:17 WIB
Sunartono
Orang Kaya Lebih Berisiko Terkena Kanker, Ini Kata Pakar Ilustrasi - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Status sosial ekonomi berpengaruh pada jenis penyakit yang berpotensi mengidapnya. Orang dengan status sosial ekonomi tinggi, cenderung rentan terhadap semua jenis penyakit kanker.

Penelitian terbaru tahun 2024 ini dilakukan oleh Institute for Molecular Medicine Finland (FIMM), dengan menggunakan data biobank dan register nasional. Para peneliti dari Finlandia menemukan bahwa orang dengan status sosial ekonomi (prestasi pendidikan dan pekerjaan) yang lebih rendah memiliki kerentanan genetik yang lebih besar. Terutam untuk mengembangkan banyak penyakit kompleks seperti rheumatoid arthritis, kanker paru-paru, depresi, gangguan penggunaan alkohol, serta diabetes tipe 2.

Advertisement

Sedangkan masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi lebih berisiko terkena kanker payudara, prostat, dan semua jenis kanker. Peneliti Postdoctoral dari FIMM, Universitas Helsinki, Finlandia, Fiona Hagenbeek, mengatakan hasil ini menjadi awal yang menjanjikan. Ada kemungkinan besar skor risiko poligenik, yang mengukur risiko seseorang terhadap penyakit tertentu berdasarkan informasi genetik, dapat ditambahkan ke dalam protokol skrining untuk berbagai penyakit di beberapa negara.

“Memahami bahwa dampak skor poligenik terhadap risiko penyakit bergantung pada konteks dapat mengarah pada protokol skrining yang lebih bertingkat,” katanya, dikutip dari New York Post. “Misalnya, di masa depan, protokol skrining untuk kanker payudara dapat diadaptasi sehingga perempuan dengan risiko genetik tinggi dan berpendidikan tinggi, menerima skrining lebih awal atau lebih sering, dibandingkan perempuan dengan risiko genetik lebih rendah atau pendidikan rendah.”

Para peneliti menggunakan genomik, status sosial ekonomi, dan data kesehatan dari sekitar 280.000 orang Finlandia. Para peserta berusia 35 – 80 tahun pada saat masuk ke dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menilai secara sistematis bukti interaksi gen-lingkungan (GxE) melalui perbedaan kerentanan genetik terhadap penyakit pada kelompok sosial ekonomi yang beragam.

Meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya perbedaan risiko, penelitian ini merupakan yang pertama secara sistematis menilai GxE untuk status sosial ekonomi pada 19 penyakit kompleks, yang mempunyai beban tinggi di negara-negara berpendapatan tinggi.

Sampel yang berbeda bisa menghasilkan temuan alternatif. Penelitian Institute for Molecular Medicine Finland (FIMM) menggunakan sampel dari orang-orang berkebangsaan Eropa.

Keterkaitan

Peneliti Pascadoktoral FIMM, Universitas Helsinki, Finlandia, Fiona Hagenbeek, mengatakan masing-masing hasil bisa memberikan informasi unik, mengenai keterkaitan antara status sosio-ekonomi dan genetika terhadap risiko penyakit. Memperluas daftar indeks sosio-ekonomi yang akan dipelajari, dapat memberikan wawasan baru tentang aspek-aspek yang tumpang tindih dari lingkungan sosio-ekonomi seseorang.

“Penelitian kami hanya berfokus pada individu keturunan Eropa, dan di masa depan juga penting untuk melihat apakah pengamatan kami mengenai interaksi status sosial ekonomi dan genetika terhadap risiko penyakit, direplikasi pada orang-orang dari berbagai keturunan di negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah," kata Hagenbeek.

Tujuan keseluruhan dari memasukkan informasi genetik ke dalam layanan kesehatan untuk memfasilitasi pengobatan yang dipersonalisasi. Masyarakat tidak boleh memperlakukan informasi genetik sebagai 'satu ukuran untuk semua'. Sebaliknya, perlu menyelidiki dan memasukkan keadaan yang mengubah risiko genetik ketika melakukan prediksi penyakit.

"Untuk benar-benar beralih ke kesehatan yang dipersonalisasi, penting untuk mengukur risiko genetik dan lingkungan. Kita harus memuji upaya rekan-rekan dari Finlandia atas peran mereka dalam mempelopori upaya ini," kata Profesor Alexandre Reymond, dari Pusat Genomik Integratif, Universitas Lausanne, Lausanne, Swiss.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Dugaan Penganiayaan Libatkan Ketum Parpol Dicabut, Polisi: Sudah Berakhir Damai

News
| Rabu, 09 Oktober 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Bikin Seru Staycation Anda di Oktofest Super Sale Hotel Grand Rohan Jogja

Wisata
| Senin, 07 Oktober 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement