Advertisement
Penyebab Kebotakan pada Rambut dan Cara Mencegahnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Risiko kebotakan rambut yang dapat dialami oleh pria maupun wanita. Namun demikian, ada cara meminimalkan kebotakan dan agar rambut tetap terawat dengan maksimal.
Dokter spesialis dermatologi lulusan Universitas Indonesia Arlene Rainamira mengatakan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki masalah kebotakan. "Kebotakan pada rambut itu memang ada yang diturunkan secara genetik," kata Arlene dikutip Minggu (28/7/2024).
Advertisement
BACA JUGA: 4 Hal Perlu Dihindari Agar Rambut Tidak Bercabang
Jika sudah memiliki genetik kebotakan, masalah tersebut sulit untuk dihindari. Masalah kebotakan biasanya terjadi pada pria saat memasuki usia 30-an tahun dan wanita di atas usia 30-40 tahun.
"Kalau alopesia atau kebotakan itu pattern-nya khusus, pattern-nya bisa dimulai di depan, tengah, lama-lama semakin tipis (hingga botak secara keseluruhan)," kata Arlene.
Meskipun mengalami kebotakan, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah.
"Rutinnya masih tetap sama untuk kebotakan, pakai sampo yang dipijat di kulit kepala dan jangan digosok-gosok," kata Arlene.
Selanjutnya, gunakan conditioner di bagian batang rambut dan gunakan masker rambut sesuai kebutuhan. Jangan lupa untuk mengeringkan rambut dengan handuk selama kurang lebih lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.
Saat kondisi kebotakan pada rambut sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar diberikan pengobatan yang sesuai. Mulai dari pemberian obat hingga transplantasi rambut.
"Jika kebotakannya sudah ekstrim, memang harus dikonsultasikan ke dokter untuk diberikan pengobatan khusus alopesia tersebut," kata Arlene.
"Terapinya bisa dari obat, obat oles atau obat minum, low level light terapy, suplemen, micro needling, PRP, dan yang paling akhir adalah transplant," sambungnya.
Arlene menyebut masing-masing perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu.
Misalnya, pemberian obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menimbulkan iritasi hingga kemerahan, atau transplantasi rambut yang dapat menimbulkan infeksi jika pasien tidak menjaga kebersihan diri dan area transplantasi rambut dengan baik.
BACA JUGA: Sayangi Rambutmu, Rawat Secara Rutin dengan Cara Ini...
Meski demikian, Arlene mengatakan risiko-risiko tersebut dapat dihindari selama pasien mematuhi saran yang diberikan dokter dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini dilakukan agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan untuk kebotakan yang telah dilakukan terhadap pasien.
"Biasanya ada tempat transplant, nanti akan dilihat lagi sebab kebotakannya," tutup Arlene.
Kebotakan Berpola
Sementara dokter spesialis dermatologi venereologi dan estetika Prof. Lili Legiawati, menjelaskan faktor penyebab kebotakan berpola memiliki kaitan erat dengan peranan hormon androgen. Menurutnya, kebotakan ini juga dapat disebabkan oleh faktor keturunan.
"Pada laki-laki yang memiliki background alopecia androgenetik pada ayahnya biasanya juga berpotensi untuk mengalami kebotakan yang sama," kata Lili.
Kebotakan berpola pada laki-laki umumnya terjadi di bagian depan dan puncak kepala. Apabila tidak segera ditangani, kata Lili, kebotakan di dua titik tersebut akan meluas dan menyatu hingga menyisakan rambut di bagian samping dan belakang kepala.
"Lama kelamaan seiring dengan berjalannya waktu kalau tidak diobati, kebotakan ini bisa makin meluas. Jadi menyatu antara kebotakan di daerah depan dan puncak kepala. Jadi kita lihat rambutnya tinggal sisa di sekitar telinga dan di daerah belakang," ujarnya.
Selain laki-laki, Lili menjelaskan kebotakan berpola juga bisa terjadi pada perempuan di mana umumnya terjadi penipisan rambut di bagian puncak kepala.
Menurut dokter anggota Kelompok Staf Medis (KSM) Departemen Dermatologi dan Venereologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu, kebotakan berpola dapat mengganggu kualitas hidup karena menyebabkan penurunan kepercayaan diri terutama pada individu yang masih berusia muda.
"Kalau pada usia muda mereka merasa jadi rendah diri karena dengan kondisi rambut yang makin menipis jadi keliatannya jadi lebih tua dari usianya jadi dia merasa tidak percaya diri," ujar Lili.
Lili mengimbau penanganan dini apabila sudah terjadi kebotakan berpola di area kepala agar pemulihan rambut menjadi lebih baik.
Dia menganjurkan bagi laki-laki untuk mengonsumsi finasteride sebanyak 1 miligram per hari atau mengoleskan minoxidil ke kulit kepala dengan konsentrasi 5 persen. Sementara untuk perempuan bisa menggunakan minoxidil dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu 2 persen.
Apabila kebotakan berpola sudah dalam kondisi yang sudah meluas, Lili merekomendasikan untuk melakukan terapi pengobatan dengan plasma darah kaya trombosit atau sekretom yang merupakan turunan sel punca untuk merangsang pemulihan rambut.
"Untuk pengobatan yang lain kita punya platelet-rich plasma atau plasma yang kaya akan trombosit ini bisa mengandung berbagai faktor-faktor pertumbuhan kemudian yang terbaru adalah sekretom yang merupakan turunan dari sel punca hasilnya cukup bagus," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement