Advertisement

Obat Flu Bisa Membuat Positif Palsu Tes Narkoba, Begini Penjelasan Pakar UGM

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 04 Mei 2024 - 09:47 WIB
Lajeng Padmaratri
Obat Flu Bisa Membuat Positif Palsu Tes Narkoba, Begini Penjelasan Pakar UGM Ilustrasi obat/obatan. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Belum lama ini, ramai pemberitaan istri seorang komika Bintang Emon dinyatakan positif pada tes narkoba, padahal dia tidak menggunakan narkoba. Ia memang mengaku baru saja mengkonsumsi obat flu.

Warganet pun heboh apakah di dalam obat flu terkandung narkoba?

Advertisement

BACA JUGA: Menjaga Kesehatan Leher dengan Memperhatikan Posisi Tidur

Berdasarkan rilis dari laman Universitas Gadjah Mada (UGM), Guru Besar sekaligus pakar farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati menjelaskan persoalan ini. Menurutnya melakukan tes urin untuk mendeteksi narkoba hal penting untuk dilakukan.

Dengan melakukan tes ini, dia menjelaskan ada beberapa senyawa yang bisa diperiksa, di antaranya THC (Ganja), MET (Methaphetamine), AMP (Amphetamine), MOP (Morphine), BZO (Benzodiazepin), COC (Cocain), dan DOMA (Carisoprodol).

“Sekali lagi uji dengan kit imunokromatografi ini menjadi uji yang cepat, murah, mudah, dan relatif akurat. Dengan metode ini, dapat dilakukan deteksi zat narkoba atau metabolitnya. Tes immunoassay sebenarnya cukup sensitif dan spesifik untuk zat tertentu, namun bisa juga rentan terhadap hasil positif palsu karena dapat terjadi reaksi silang dengan zat lain yang mirip struktur kimianya,” ujar Zullies Ikawati dikutip dari laman UGM, Sabtu (4/5/2024).

Lebih lanjut, Zullies menjelaskan beberapa obat yang legal dan umum digunakan ternyata menyebabkan hasil positif palsu pada tes urin narkoba menggunakan metode immunoassay karena struktur kimia mereka yang mirip dengan zat terlarang. Pada beberapa pemberitaan kasus istri Bintang Emon, disebutkan bila obat yang dikonsumsi adalah obat flu yaitu Nalgestan dan Actifed.

Obat-obat flu ini mengandung obat pelega hidung tersumbat yaitu fenilpropanolamin dan pseudoefedrin, dan obat antialergi klorfeniramin maleat dan triprolidin, serta obat batuk dekstrometorfan. Obat-obat ini sebagian tergolong senyawa amin yang memiliki kemiripan struktur dengan beberapa obat golongan narkoba.

“Jadi tidak mengherankan jika menghasilkan positif palsu pada pemeriksaan narkoba,” katanya.

Berikut adalah beberapa contoh obat lain yang diketahui bisa mengakibatkan hasil positif palsu dalam situasi tertentu pada Obat Penghilang Rasa Sakit dan Anti-Inflamasi, Ibuprofen bisa menunjukkan hasil positif palsu untuk mariyuana/ganja (THC). Naproxen (Aleve) juga bisa menunjukkan hasil positif palsu untuk THC.

Pada obat Batuk dan Pilek, di antaranya adanya kandungan dextromethorphan, yang terdapat dalam banyak obat batuk bebas, bisa menunjukkan hasil positif palsu untuk opiat atau phencyclidine (PCP). Pseudoephedrine (ditemukan dalam dekongestan) dapat menunjukkan hasil positif palsu untuk amfetamin.

Zullies kembali menandaskan hasil positif palsu ini dapat terjadi karena reaksi silang kimia antara obat-obatan tersebut dengan antibodi yang digunakan dalam tes immunoassay untuk mendeteksi narkoba. Karenanya sangat penting untuk mengetahui bahwa kemungkinan hasil positif palsu ini tergantung pada spesifisitas dan sensitivitas kit immunoassay yang digunakan, serta kondisi tertentu lainnya selama pengujian.

“Jika hasil tes urin positif dalam skrining awal, biasanya disarankan untuk melakukan tes konfirmasi menggunakan metode seperti GC-MS (Gas chromatography-Mass Spectrometry) atau LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry) untuk memverifikasi hasil tersebut,” terangnya.

Lantas bagaimana untuk mencegah positif palsu sebagaimana yang terjadi pada istri Bintang Emon yang mengalami hasil pemeriksaan positif palsu terhadap tes narkoba? Zullies mengungkap semua bisa terjadi karena kekurang-tahuan atau ketidaksiapan dalam pemeriksaan.

Jika tes narkoba memang dilakukan dengan rencana, misalnya untuk syarat melamar sekolah atau pekerjaan, maka sebaiknya menghindari terlebih dahulu penggunaan obat-obatan lain sebelum tes narkoba. Namun jika test dilakukan secara mendadak, maka informasikan obat-obat apa saja yang sedang dikonsumsi untuk mengantisipasi jika terjadi positif palsu.

“Jika diperlukan, maka tes narkoba dapat diulang setelah diberi jeda beberapa hari agar obat-obat lain tersebut tereliminasi dari tubuh,” ucapnya.

BACA JUGA: Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Zullies menegaskan obat-obat yang memberikan hasil positif palsu tidak serta bisa dikatakan mengandung narkoba dan berbahaya. Tidak bisa disimpulkan obat-obat tersebut mengandung narkoba. Sedangkan untuk bahayanya juga tidak bisa digeneralisir sangat  tergantung dari macam obatnya.

“Yang pasti, obat-obat tersebut jika memang digunakan sesuai tujuannya, bukanlah obat berbahaya. Komponen pada obat flu misalnya, adalah obat yang dapat dibeli bebas dan tidak bersifat adiktif. Jadi tidak perlu khawatir. Gunakan obat secara legal dan tepat sesuai petunjuk dokter atau informasi dalam kemasan obat,” sarannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : UGM

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dituding Mutu Jalan Tol MBZ di Bawah Standar, Begini Respons Pengelola

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 15:07 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement