Advertisement
Republik Chechnya Melarang Musik dengan Irama yang Terlalu Cepat atau Lambat
ilustrasi / Pixabay
Advertisement
Harianjogja.com, GROZNY—Republik Chechnya di Rusia baru-baru ini melarang musik dansa yang dianggap terlalu cepat atau terlalu lambat. Wilayah dengan mayoritas Muslim ini mengeluarkan larangan tersebut dalam upaya untuk menghilangkan pengaruh Barat yang dianggap “mencemari” wilayah itu.
Menteri Kebudayaan Chechnya, Musa Dadayev mengatakan bahwa semua karya musik, vokal, dan koreografi harus sesuai dengan tempo 80-116 ketukan per menit. Dengan begitu, semua musik disesuaikan dengan mentalitas dan ritme Chechnya.
Advertisement
BACA JUGA: Pria Amerika Pecahkan Rekor Setelah Lakukan 26 Ribu Squat Selama 24 Jam
“Meminjam budaya musik dari negara lain tidak dapat diterima,” kata Dadayev dikutip dari The Guardian, Rabu (17/4/2024). “Kita harus membawa kepada masyarakat dan masa depan anak-anak kita warisan budaya masyarakat Chechnya. Ini mencakup seluruh spektrum standar moral dan etika kehidupan orang Chechnya.”
Menurut laporan di media Rusia, Dadayev menetapkan batas waktu 1 Juni bagi seluruh seniman di wilayah tersebut untuk menulis ulang musik apa pun yang tidak sesuai dengan aturan.
BACA JUGA: Sheila On 7 Bakal Jumpai Penggemar di 5 Kota Ini
Undang-undang tersebut pada dasarnya mengkriminalisasi sebagian besar genre musik dansa modern yang biasanya dimainkan di klub-klub di seluruh dunia, seperti house, techno, dubstep, atau drum'n'bass. Beberapa musik hip-hop dan rap, yang biasanya dimainkan dengan kecepatan antara 60 dan 140 detak per menit, secara teori masih memenuhi syarat untuk “rasa ritme” tradisional Chechnya yang ingin dipertahankan oleh rezim pemimpin otoriter, Ramzan Kadyrov.
Langkah aneh ini berarti bahwa, jika diberlakukan, akan melarang banyak lagu Barat dari berbagai genre, termasuk pop, disko, dan rock. Aturan itu membuat masyarakat Chechnya secara umum hanya dapat menikmati genre musik tradisional setempat seperti khalkaran yish, yaitu lagu instrumental yang digunakan untuk mengiringi tarian, prosesi, dan pacuan kuda, serta balada epik heroik yang dikenal sebagai illi yish. Mereka dapat diiringi oleh dechig pondar, alat musik bersenar tiga yang mirip dengan balalaika Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : The Guardian
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gerebek Kampung Ambon, Petugas Temukan Narkoba hingga Senpi
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- DPRD Bantul Dorong Pemkab Kreatif Hadapi Efisiensi 2026
- Nelayan Pantai Baron Gunungkidul Berhenti Melaut Akibat Cuaca
- Penanaman Perdana Kelapa Genjah Digelar di Selopamioro Bantul
- Defisit, Pemkab Gunungkidul Pangkas Anggaran Rp10 Miliar di 2026
- Turki Berencana Dirikan Pusat Studi Kebudayaan di Jogja
Advertisement
Advertisement



