Advertisement

Unik! Komunitas Motor Ini Rutin Riding Bareng ke Masjid untuk Salat Subuh Berjemaah

Sirojul Khafid
Jum'at, 22 Maret 2024 - 17:47 WIB
Arief Junianto
Unik! Komunitas Motor Ini Rutin Riding Bareng ke Masjid untuk Salat Subuh Berjemaah Beberapa anggota BSJ berdoa bersama sebelum riding. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dakwah tidak selalu berada di atas mimbar atau ruang-ruang ceramah. Dakwah bisa dilakukan lewat hobi. Itulah yang dilakukan komunitas Bikers Subuhan Jogja (BSJ).

Para anggota komunitas BSJ bisa berangkat dari rumah mereka masing-masing sekitar pukul 02.00 dini hari. Bahkan bisa lebih pagi lagi, apabila jarak dari rumah menuju titik kumpul semakin jauh.

Advertisement

Bahkan ada anggota dari Purbalingga yang berangkat dari rumahnya sejak Jumat malam, untuk bisa ikut Salah Subuh berjemaah di Sabtu paginya.

Dalam agenda yang mereka gelar pada 16 Maret 2024 misalnya, waktu berkumpul di Titik Nol Kilometer Jogja pukul 03.00 WIB.

Setelah berkumpul, mereka akan berangkat pukul 03.15 WIB ke Masjid Tunas Muslim, Kasihan, Bantul.

Di perjalanan, puluhan bikers berkendara dengan tertib. Semua jenis motor ada, dari bebek, matik, motor sport, sampai vespa. Komunitas BSJ memang pada prinsipnya menerima semua jenis dan merek sepeda motor.

Biasanya, jemaah dalam sekali riding dan Salat Subuh sekitar 60 motor. Itu lebih sedikit daripada sebelum pandemi Covid-19.

Saat sebelum pandemi, agenda rutin sepekan sekali ini bisa mengumpulkan antara 125 sampai 150 bikers.

Keseruan itu berawal ketika 2017 silam, saat para penghobi motor di Lampung merasa perlu membentuk komunitas yang lebih positif kegiatannya. Mereka juga ingin memberikan alternatif image club motor, agar tidak selalu terkesan negatif. Setelah Lampung, komunitas serupa menjalar ke Jakarta dan Jogja.

BACA JUGA: Komunitas Motor Tua: Bukan Zamannya Lagi Arogan di Jalan Raya

Pelaksana Tugas Ketua BSJ, Mohamad Anis Fauzi mengatakan pendiri BSJ yang biasa disebut awwalun terdiri dari lima orang.

BSJ kali pertama Salah Subuh bareng di Masjid Pathok Negara Plosokuning, Sleman, pada 29 Juli 2017. 

Arah Tawaf

Pola pemilihan masjid, kata dia, sesuai arah tawaf, misal dari Jogja bagian Barat, ke Selatan, Timur, Utara, kemudian ke tengah Kota Jogja. Setelah lima kali putaran, terkadang mereka touring ke kota terdekat seperti Klaten, Solo, Magelang, atau Purworejo.

“Berawal dari kegelisahan teman-teman tentang image [negatif] klub motor, beberapa orang berpikir masak hidup kami mau begini terus, kemudian pengin punya kegiatan yang mengajak positif teman-teman biker,” kata Anis saat ditemui di rumahnya, Sleman, Senin (18/3).

“Anggota awal BSJ dari berbagai klub motor, yang misal nanti kembali ke komunitas masing-masing, siapa tahu jadi penggerak salat, siapa tahu yang lihat jadi tergerak. Misalpun enggak, yang penting udah ajak dakwah kecil-kecilan.”

Salat Subuh menjadi pilihan karena pelaksanaannya paling berat dibanding waktu salat lainnya.

Dengan beramai-ramai Salat Subuh dan diselingi hobi naik sepeda motor, harapannya anggota semakin semangat ibadah.

Semisal Salat Subuh yang berat saja sudah bisa berjemaah, maka salat yang lain akan lebih ringan dilaksanakan. Meski hanya sepekan sekali, namun para anggota bisa melanjutkannya di lingkungan masing-masing. 

Merangkul Semua Aliran

Saat para biker sudah sampai di masjid, mereka akan salat Subuh berjemaah dengan takmir dan warga setempat. Acara berlanjut ke sambutan takmir, sambutan perwakilan BSJ, tausiah, dan ramah tamah.

Selama Ramadan, ada tambahan agenda, yakni sahur bersama. Sementara di luar Ramadan, akan ada sarapan bersama.

Sebelum meninggalkan masjid, BSJ akan memberikan tanda kasih berupa Al-Qur’an, sajadah, sampai sandal. Semua barang itu berasal dari iuran sukarela para anggota BSJ.

Dalam salat maupun tausiah, BSJ berusaha menghormati keempat mazhab dalam Islam. “Mazhab saja kami hormati, apalagi organisasi ke-Islam-an yang ada di Indonesia, yang penting Salat Subuhnya dua rakaat. Salat Subuh dengan kunut atau tidak, kami sesuaikan dengan masjid yang menjadi tuan rumah,” kata laki-laki berusia 47 tahun ini.

Meski berusaha toleransi dan berada di tengah-tengah dari semua golongan, tetap saja ada yang mencurigai komunitas ini.

Biasanya anggota BSJ menggunakan kaos hitam dengan jaket atau aksesori yang bertuliskan nama komunitas. Ada yang menganggap itu beraliansi dengan organisasi keagamaan yang sudah dibubarkan.

Pernah juga ingin melobi ke masjid di tengah perkampungan, tetapi ditolak. Takmir khawatir bisingnya suara motor dianggap mengganggu warga sekitar, dan dituduh aliran macam-macam.

Apabila ada sinyal penolakan, BSJ memilih pindah ke masjid lain, mereka tidak ingin niat beribadah justru menjadi potensi konflik.

Berkumpul dan riding di dini hari, pernah suatu kali BSJ berpapasan dengan anak-anak klitih. Dalam perjalanan ke suatu masjid, mereka melihat lima motor yang sedang mengejar satu motor. Sadar itu bisa saja klitih, anggota BSJ berusaha membantu.

Melihat jumlah BSJ lebih banyak, anak-anak yang diduga klitih itu kemudian menjauh. “Pernah mendapat apresiasi dari Polda DIY, [kegiatan BSJ bisa menjadi] sarana meredam adanya penyakit kamtibmas, anak-anak muda yang dini hari masih menongkrong kami ajak Subuhan bareng,” kata Anis.

Sekarang kegiatan BSJ sudah masuk pekan ke-265, yang juga bisa berarti jumlah masjid yang mereka kunjungi sekitar itu.

Targetnya, mereka bisa mengunjungi semua masjid di DIY yang jumlahnya ribuan. “Berangkat dari hobi motoran, tapi kemudian mencintai masjid dengan cara yang berbeda, kita ramaikan masjid di kala waktu Subuh,” katanya. “Karena dakwah tidak harus di atas mimbar, tapi bisa di atas motor.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Perhatikan! Per 1 Mei 2024 Pengajuan Berkas Kasasi dan PK di MA Wajib Daring

News
| Minggu, 28 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement