Hindari Stunting, Jangan Lupa Bawa Bayi ke Posyandu Setidaknya 2 Kali dalam Setahun
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Plt. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Marianus Mau Kuru mengingatkan orang tua harus rutin bawa bayi ke Posyandu setidaknya setahun dua kali untuk mendeteksi risiko stunting pada anak.
“Jadikan Posyandu sebagai tempat pelayanan terdekat masyarakat jadi kerahkan semua anak balita di wilayah Posyandu untuk datang dan timbang pada Februari dan Agustus setiap tahun dua kali,” kata Marianus dalam diskusi tentang kampanye pentingnya ASI di Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Advertisement
Marianus mengatakan anak berusia 0-2 tahun pertumbuhan otaknya sangat pesat hingga 80 persen, sedangkan pada usia 2 tahun ke atas menurun hanya 20 persen.
Jika stunting tidak ditangani pada bayi di rentang usia sampai 2 tahun, maka perkembangan otaknya akan menurun dan memengaruhi perkembangan kognitifnya.
Penimbangan anak di posyandu atau fasilitas kesehatan juga harus dengan standar yang baik agar akurat. Standarnya pertama harus menggunakan alat timbang antropometri, tenaga kesehatan yang mengukur harus terlatih sehingga paham berat badan berisiko stunting hingga sasaran bayi di bawah usia 2 tahun sampai lima tahun.
“Kalau stunting sudah di usia itu kita perbaiki itu susah, jadi merupakan perbuatan yang sulit, faktor penyebab stunting lainnya berat badan bayi lahir rendah, minimal 2500 gr,” katanya
Untuk memastikan anak stunting atau tidak juga bisa dilihat dari perkembangannya saat masa kandungan ketika USG, tetapi dipastikan lagi saat pengukuran secara fisik dan dengan syarat anak tidak bergerak agar dapat terukur dengan akurat.
Pemerintah masih terus menekan angka stunting untuk mencapai target tahun ini yaitu 14%.
Marianus mengatakan intervensi harus dilakukan dari hulu mulai dari persiapan 6 bulan sebelum menikah, masa kehamilan sampai pasca melahirkan.
BACA JUGA: Cegah Stunting Bahkan Sebelum Hamil
BKKBN juga menekan risiko stunting dari pemetaan keluarga 4T yaitu Terlalu muda, Terlalu tua (35-40 tahun), Terlalu dekat, dan Terlalu banyak, yang menyumbang pengaruh meningkatnya angka stunting sampai 70%.
“Ada risiko keluarga melahirkan anak stunting juga karena tidak memiliki sanitasi bagus, air bersih, rumah tidak layak huni, lantai tanah, dan pendidikan ibu di bawah SMP juga menjadi pengaruh anak lahir stunting,” tambahnya.
Bagi calon pengantin yang memiliki permasalahan kesehatan yang belum memungkinkan untuk hamil disarankan untuk menggunakan kontrasepsi sampai kesehatannya memenuhi syarat untuk hamil sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Kamis 21 November 2024
- Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jogja dan Sekitarnya, BMKG: Masih Didera Hujan
- Jelang Pilkada Sleman, Harda-Danang Gelar Silaturahmi dengan Ponpes Wahid Hasyim
- Jadwal dan Lokasi Bus SIM Keliling Kota Jogja Kamis 21 November 2024
- Jalur Trans Jogja ke Sejumlah Mall dan Kampus di Jogja
Advertisement
Advertisement