Advertisement

Penderita Sakit Punggung Diprediksi Capai 843 Juta Orang di 2050

Sirojul Khafid
Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:07 WIB
Sunartono
Penderita Sakit Punggung Diprediksi Capai 843 Juta Orang di 2050 Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Penderita sakit punggung bawah diprediksi mencapai 843 orang pada tahun 2050. Angka ini meningkat 36 persen dari penderita sakit punggung pada 2020.

Dalam kajian The Lancet Rheumatology terbaru, penyebab tingginya kasus ini karena populasi yang meningkat dan penuaan penduduk. Pada tahun 2017, jumlah penderita sakit punggung bawah mencapai lebih dari setengah miliar orang. Meningkat lagi pada 2020 dengan jumlah kasus pada 619 juta orang.

Advertisement

Setidaknya sepertiga dari beban kecacatan yang terkait dengan sakit punggung disebabkan faktor pekerjaan, merokok, dan kelebihan berat badan. Kesalahpahaman yang tersebar luas adalah bahwa nyeri pinggang sebagian besar diderita orang dewasa usia kerja. Namun dalam penelitian ini, nyeri pinggang lebih sering terjadi pada orang tua. Kasus nyeri punggung bawah juga lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

BACA JUGA : Canggih! RSA UGM Buka Layanan GOC, Bisa Operasi Ganti Lutut dengan Sayatan Kecil

Kurangnya pendekatan yang konsisten pada perawatan nyeri punggung, dan pilihan perawatan yang terbatas membuat para peneliti khawatir bahwa prediksi ini akan menyebabkan krisis perawatan kesehatan. Terlebih nyeri punggung bawah adalah penyebab utama kecacatan di dunia.

“Analisis kami melukiskan gambaran meningkatnya kasus nyeri punggung bawah secara global, memberi tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan. Kita perlu membangun pendekatan nasional yang konsisten untuk mengelola nyeri punggung bawah yang diinformasikan oleh penelitian,” kata peneliti utama, Profesor Manuela Ferreira dari Sydney Musculoskeletal Health, University of Sydney. “Saat ini, cara kami merespons sakit punggung bersifat reaktif.”

Co-chair dari Aliansi Global untuk Kesehatan Muskuloskeletal Australia, Profesor Anthony Woolf, mengatakan perlu adanya sistem kesehatan yang tepat untuk menanggapi beban perawatan nyeri pinggang yang sangat besar dan terus meningkat ini. Pemerintah suatu wilayah perlu memastikan akses dan efektifitas perawatan.

“Kementerian Kesehatan tidak bisa terus mengabaikan tingginya prevalensi kondisi muskuloskeletal termasuk nyeri punggung bawah. Kondisi ini memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang penting, terutama mengingat biaya perawatan. Sekarang waktunya untuk belajar tentang strategi yang efektif untuk mengatasi beban berat dan untuk bertindak,” kata Alarcos Cieza, dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Sebagai informasi, prediksi jumlah penyakit sakit punggung bawah ini hasil kajian The Lancet Rheumatology dari tahun 1990 sampai 2020. Studi ini menganalisis Global Burden of Disease (GBD) atau gambaran kematian dan kecacatan yang paling komprehensif di seluruh negara, waktu, usia, dan jenis kelamin. Analisis data berlangsung sejak 2021 dan hasilnya dipublikasikan pada Juni 2023. Kajian ini mencakup 204 negara dan wilayah untuk memetakan lanskap kasus nyeri punggung dari waktu ke waktu.

Kelamaan Duduk

Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rakhmad Rosadi, mengatakan penyakit yang sudah mulai dirasakan anak muda bisa berpengaruh besar saat tua nantinya.

Beberapa faktor yang menyebabkannya, mulai dari penerapan gaya hidup yang kurang sehat, posisi mengangkat beban yang salah, hingga posisi duduk yang terlalu lama. “Apalagi bagi mereka yang pekerjaannya banyak duduk di kursi dan meja. Biasanya dialami oleh pekerja kantoran yang bekerja selama tujuh hingga delapan jam sehari. Kemudian juga cara mengangkat beban berat dengan posisi yang salah seperti membungkuk. Hal ini diperparah dengan minimnya olahraga yang dilakukan oleh masyarakat,” kata Rosadi, dikutip dari Bisnis.

Jika nyeri punggung yang dialami tidak segera ditangani, besar kemungkinan akan berdampak pada penurunan produktivitas seseorang. Banyak orang yang menyepelekan nyeri punggung. Padahal akan berdampak signifikan dalam hidupnya. Melakukan hal sederhana yang biasanya mudah, kini akan kesusahan dan kerepotan. Muaranya tentu pada penurunan produktivitas.

Rosadi memberikan tips untuk terhindar dari nyeri punggung bagian bawah dan mengurangi rasa sakitnya, yakni menerapkan pola hidup yang sehat, termasuk rajin berolahraga serta melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki tiap hari.

“Nyeri punggung bagian bawah itu bisa dicegah dan diatasi. Bisa memulai dengan hal sederhana seperti stretching ringan pasca 30 menit duduk. Lebih bagus lagi jika disempatkan berolahraga 150 menit setiap pekan. Kalau dibagi sepekan lima kali, jadi sekitar 30 menit tiap hari,” katanya.

BACA JUGA : Tas Jinjing Buatan Mahasiswa Ini Bisa Cegah Nyeri Pinggang

Dia juga menyarankan, agar seluruh masyarakat lebih memperhatikan posisi duduk. Meski terlihat remeh, tapi nyatanya bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Begitupun dengan posisi tubuh saat mengangkat beban. Membungkuk dapat meningkatkan risiko nyeri punggung. Posisi terbaik untuk mengangkat beban berat adalah dengan jongkok. 

“Kita ambil contoh saat kita mengangkat beban galon air yang penuh. Beratnya paling tidak 18-20 kilogram. Sebaiknya gunakan posisi jongkok saat mengangkat. Jangan biasakan mengambil posisi membungkuk karena itu berbahaya,” kata Rosadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kisah Bayi Tertukar di Bogor Kini Dikembalikan ke Orang Tua Kandung, Proses Hukum Jalan Terus

News
| Jum'at, 29 September 2023, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Di Coober Pedy, Penduduk Tinggal dan Beribadah di Bawah Tanah

Wisata
| Kamis, 28 September 2023, 20:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement