Advertisement
Ilmuwan: Mengombinasikan Vaksin Covid-19 yang Berbeda Bisa Berbahaya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Soumya Swaminathan menyarankan agar orang tidak mencampur dan mencocokkan vaksin Covid-19 dari berbagai produsen berbeda karena bisa membahayakan.
Dia menyebutnya sebagai "tren berbahaya" karena hanya ada sedikit data yang tersedia tentang dampak kesehatannya.
Advertisement
"Ini tren yang berbahaya karena sejauh ini belum ada bukti dalam mencampur dan mencocokkan. Ini juga akan menjadi situasi kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga dan keempat." paparnya dilansir dari Strait Times.
Dilansir dari Global News, disebutkan Kanada adalah salah satu negara yang telah mencampur dan mencocokkan vaksin yang disetujui Health Canada sejak Juni.
Pada saat itu, Komite Penasihat Nasional untuk Imunisasi (NACI) mengatakan orang yang menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca harus mendapatkan vaksin mRNA Pfizer-BioNTech atau Moderna untuk dosis kedua mereka, kecuali dikontraindikasikan. Vaksin dapat dicampur dan dicocokkan dengan aman, kata mereka.
Pakar Kanada sebagian besar berpihak pada badan nasional, mengakui praktik itu aman.
NACI juga mempromosikan campuran vaksin mRNA, dengan mengatakan bahwa vaksin tersebut dapat dipertukarkan jika produk yang sama tidak tersedia untuk dosis kedua.
NACI merekomendasikan Pfizer atau Moderna untuk orang yang menerima AstraZeneca sebagai suntikan vaksin COVID-19 pertama 17 Jun 2021
Strategi itu digunakan pada akhir Juni di Ontario, ketika para pejabat mempromosikan penggunaan vaksin Moderna untuk dosis kedua karena kekurangan Pfizer-BioNTech di provinsi tersebut. Provinsi lain juga menerima rekomendasi tersebut.
Rekomendasi yang tidak mengikat didasarkan pada berbagai faktor mulai dari masalah keamanan hingga pasokan vaksin, kata Theresa Tam, kepala petugas kesehatan masyarakat Kanada, selama konferensi pers pada 1 Juni.
“Pertukaran vaksin berarti Anda dapat menerima satu produk vaksin untuk dosis pertama Anda dan kemudian dengan aman menerima vaksin yang berbeda untuk dosis kedua Anda untuk menyelesaikan seri vaksin dua dosis Anda untuk perlindungan optimal dari COVID-19,” kata Tam.
Hasil awal dari studi Universitas Oxford yang diterbitkan pada 12 Mei menemukan bahwa pencampuran vaksin Pfizer-BioNtech dan AstraZeneca COVID-19 dapat meningkatkan frekuensi efek samping ringan hingga sedang.
Tetapi gejala-gejala ini berlangsung singkat tidak lebih dari beberapa hari dan tidak ada rawat inap atau masalah keamanan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Ade Armando Minta Maaf Soal Komentar Politik Dinasti di Jogja, Nitizen Ingin PSI Klarifikasi
- Bawaslu DIY Sosialisasikan JDIH ke Civitas Akademika
- Ade Armando Singgung Politik Dinasti Jogja, Ini Komentar Sultan HB X
- Ade Armando Singgung Politik Dinasti Jogja, Ini Respons PSI DIY
- Ade Armando Singgung Politik Dinasti di Jogja, Ini Sejarah Keistimewaan DIY Penting untuk Diketahui
Advertisement
Advertisement