Advertisement
Obituarium Jane Goodall, Sang Legenda Ahli Primata

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Jane Goodall seorang pakar simpanse terkenal meninggal dunia pada usia 91 tahun di Los Angeles pada 1 Oktober 2025. Saat itu dia sedang melakukan tur pidato yang berfokus pada konservasi dan lingkungan.
Sejak usia 26 tahun ia mulai mempelajari simpanse di Cagar Alam Simpanse Gombe Stream di wilayah yang sekarang disebut Tanzania pada 1960. Dalam penelitiannya selama beberapa dekade ia membuktikan bahwa simpanse menunjukkan perilaku yang mirip dengan manusia, memiliki perasaan serta kepribadian yang berbeda.
Advertisement
Jane Goodall mengatakan perilaku mereka, dengan gestur mereka, berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, dan menepuk punggung. Fakta bahwa mereka bisa bersikap kasar dan brutal semacam perang, tetapi juga penuh kasih sayang dan altruistik.
Di tahun 1977 Jane mendirikan Jane Goodall Institute untuk mendukung penelitiannya tentang primata dan satwa liar lain. Meski penelitiannya sudah diakhiri pada 1980-an, ia terus berkeliling dunia dan menyuarakan tentang kesejahteraan hewan dan lingkungan hingga tutup usia.
BACA JUGA
Ketertarikannya pada perilaku hewan dimulai sejak kanak-kanak. Saat waktu luang dia mengamati burung dan hewan asli, membuat catatan hingga sketsa yang ekstensif, serta membaca literatur zoologi dan etologi. Sejak kecil ia punya mimpi bisa ke Afrika untuk mengamati hewan-hewan eksotis di habitat aslinya.
Goodall kecil mengenyam pendidikan di sekolah swasta Uplands, menerima ijazah pada 1950 dan ijazah yang lebih tinggi pada 1952, kemudian bekerja sebagai sekretaris di Universitas Oxford. Di sela waktu luang ia bekerja di sebuah perusahaan film dokumenter berbasis di London, guna membiayai perjalanan ke Afrika.
Pada Juli 1960, ditemani ibunya dan seorang juru masak Afrika, Goodall tiba di tepi Danau Tanganyika di Cagar Alam Gombe Stream, Tanzania, Afrika untuk mempelajari simpanse. Upaya pertamanya mengamati hewan-hewan tersebut dari dekat gagal, ia hanya dapat mendekati 500 yard sebelum simpanse-simpanse itu melarikan diri.
Kemudian setelah menemukan kelompok lain yang lebih cocok, ia menerapkan pola pengamatan yang tidak mengancam. Simpanse-simpanse tersebut segera menoleransi kehadirannya, dalam setahun simpanse membiarkannya bergerak sedekat 9 meter ke area makan mereka. Setelah melihatnya setiap hari selama dua tahun simpanse tidak menunjukkan rasa takut.
Agar bisa diterima Goodall menggunakan metode yang dia sebut klub pisang, memberi makan sistematis harian untuk mendapatkan kepercayaan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku simpanse sehari-hari. Lewat metode ini dia jadi akrab dengan sebagian besar simpanse di cagar alam tersebut.
Salah satu kutipannya adalah "Simpanse telah hidup selama ratusan ribu tahun di hutan, mereka tidak pernah mengalami kelebihan populasi, tidak pernah merusak hutan. Saya akan mengatakan bahwa mereka jauh lebih sukses daripada kita dalam hal keselarasan dengan lingkungan."
"Bahaya terbesar bagi masa depan kita adalah apatis. Semakin kita mempelajari hakikat sejati hewan nonmanusia, semakin banyak pula kekhawatiran etis yang muncul terkait pemanfaatannya untuk melayani manusia."
Film Hingga Buku Jane Goodall
Karya Jane Goodall salah satunya dikenalkan melalui film Miss Goodall and the Wild Chimpanzees. Pertama kali disiarkan di televisi Amerika 22 Desember 1965. Difilmkan oleh suami pertamanya dan dinarasikan oleh Orson Welles.
Film ini menggambarkan sosok perempuan muda Inggris yang pemalu namun gigih, dengan sabar mengamati hewan-hewan ini di habitat aslinya. Simpanse menjadi tayangan utama di televisi publik Amerika dan Inggris. Lewat program-program ini Goodall menantang para ilmuwan untuk mendefinisikan ulang 'perbedaan' yang sudah lama ada antara manusia dengan primata lainnya.
Kemudian di 2017, ada rekaman tambahan sebuah film dokumenter berisi wawancara terbaru, menciptakan narasi yang lebih komprehensif tentang pengalamannya dengan simpanse.
Penelitiannya di lapangan melahirkan banyak karya seni dalam bentuk artikel dan buku. In the Shadow of Man menjadi karya besar pertamanya, terbit pada tahun 1971. Buku ini berisi studi lapangan tentang simpanse, secara efektif menjembatani kesenjangan antara risalah ilmiah dan hiburan populer.
Goodall menguraikan dilema moral memelihara simpanse dalam penangkaran dalam bukunya yang terbit tahun 1990, Through a Window.
Semakin kita mempelajari hakikat sejati hewan nonmanusia, terutama mereka yang memiliki otak kompleks dan perilaku sosial kompleks pula, semakin besar pula kekhawatiran etis yang muncul terkait pemanfaatannya bagi manusia, baik sebagai hiburan, sebagai 'hewan peliharaan', sebagai makanan, di laboratorium penelitian, atau penggunaan lain yang kita lakukan terhadap mereka," tulisnya.
Kekhawatiran ini semakin tajam ketika penggunaan yang dimaksud menyebabkan penderitaan fisik atau mental yang intens seperti yang sering terjadi pada kasus viviseksi.
Selain itu, dia juga menulis karya khusus anak-anak. Terbit pada tahun 1989, The Chimpanzee Family Book. Lewat buku ini dia ingin menyampaikan pandangan yang lebih manusiawi tentang satwa liar.
Buku tersebut menerima Penghargaan Buku Anak Terbaik Tahun 1989 dari UNICEF/UNESCO. Goodall menggunakan hadiah uang tersebut untuk menerjemahkan teksnya ke dalam bahasa Swahili dan Prancis, serta mendistribusikannya ke seluruh Tanzania, Uganda, dan Burundi.
Jane Goodall menerima berbagai penghargaan dan penghormatan sepanjang hidupnya, termasuk Medali Emas Konservasi dari San Diego Zoological Society tahun 1974, Penghargaan Konservasi Satwa Liar J. Paul Getty pada tahun 1984, Medali Schweitzer dari Animal Welfare Institute pada tahun 1987, Penghargaan Centennial dari National Geographic Society pada tahun 1988, dan Penghargaan Kyoto dalam Ilmu Pengetahuan Dasar pada tahun 1990.
Ia dinobatkan sebagai Utusan Perdamaian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2002 dan gelar Dame of the British Empire oleh Ratu Elizabeth II dari Inggris pada tahun 2003.
Perang Antar Kelompok Simpanse
Tidak hanya terjadi di antara sesama manusia, perang berkepanjangan juga terjadi antara dua faksi simpanse yang didokumentasikan di Taman Nasional Gombe Tanzania oleh Jane Goodall pada tahun 1974 dan 1978. Konflik ini dikenal sebagai Perang Simpanse Gombe atau Perang Empat Tahun.
Jane Goodall berpandangan konflik ini sangat berbeda dengan kekerasan yang umum terjadi pada simpanse. Punya struktur dan karakter yang sangat mirip dengan perang homo sapiens. Diwarnai dengan perebutan kekuasaan, persaingan sumber daya secara politik, mengingatkan pada peperangan manusia yang terorganisir.
Pada tahun 1960-an, komunitas simpanse Kasakela relatif bersatu dengan sebagian besar pejantan. Mereka berbaur dengan sedikit konflik. Kemudian pada 1971 mulai tampak perpecahan saat komunitas ini terbagi dalam dua faksi, yakni kelompok Kasakela utara dan kelompok Kahama selatan.
Waktu bersosialisasi antar dua faksi ini semakin menurun dan terpecah dalam dua wilayah. Keadaan semakin buruk dengan adanya kematian seekor simpanse jantan senior. Seekor simpanse bernama Humphrey menjadi pejantan alfa Kasakela, namun ia menghadapi persaingan dengan dua saudaranya dari kelompok Kahama selatan, Hugh dan Charlie.
Simpanse lainnya terpecah sebagian memihak Humphrey atau Hugh dan Charlie sehingga memunculkan konflik. Konflik pertama terjadi pada 7 Januari 1974, ketika enam simpanse jantan Kasekela menyergap seekor simpanse jantan Kahama ketika makan sendirian.
Empat tahun selanjutnya terjadi serangkaian serangan brutal dan terkoordinasi oleh kelompok Kasakela, mengakibatkan pembunuhan sistematis terhadap semua anggota jantan dan beberapa betina dari kelompok Kahama. Setelah membasmi Kahama ada kemungkinan Kasakela memperluas wilayah dan menguasai individu yang tersisa.
Agresi bukanlah hal yang asing bagi kera besar. Penelitian menunjukkan bahwa simpanse pada dasarnya memiliki sifat kekerasan dan keterampilan mereka dalam menggunakan kekuatan mematikan merupakan faktor keberhasilan evolusi mereka.
"Rasanya seperti perang saudara, sungguh. Mereka memperlakukan sesama mereka dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya, memperlakukan individu dari komunitas mereka sendiri," kata Goodall.
Konflik antarsimpanse menimbulkan pertanyaan tentang apakah peperangan memiliki sejarah evolusi yang mendalam? Atau ini merupakan produk sampingan yang tidak menyenangkan dari masyarakat yang kompleks.
Sejak perang pecah di tahun 1970-an, konflik sejenisnya sudah dicatat. Film dokumenter Netflix Chimp Empire menunjukkan konflik kompleks yang meletus di antara simpanse di hutan hujan Ngogo Uganda.
Sebagian ahli memuji film ini, meski sebagian lain berpendapat ada sedikit kebebasan artistik yang digunakan untuk membuat pertunjukan menjadi lebih dramatis. Para ahli juga memperingatkan untuk menahan diri tidak mencap simpanse sebagai hewan yang tidak bermoral.
Mereka berpendapat narasi film bisa berisiko mengabaikan fakta, meski simpanse mampu melakukan kekerasan, mereka adalah hewan kompleks dengan kecerdasan emosional, cinta, dan kecerdikan yang luar biasa. Seperti manusia, ada yang suka melakukan kekerasan dan ada juga yang memilih menunjukkan kasih dan cinta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Keluarga Besar UII Gelar Aksi Simbolis Tabur Bunga, Tuntut Pembebasan Paul
- Jadwal KA Bandara YIA Reguler dan YIA Xpress, 7 Oktober 2025
- Jadwal Layanan SIM Keliling di Pantai dan Alun-alun Wonosari Gunungkidul
- Jadwal KRL Solo Jogja Keberangkatan Hari Ini, Selasa 7 Oktober 2025
- Jadwal Lengkap KA Prameks Kutoarjo Jogja dan Jogja Kutoarjo, 7 Oktober 2025
Advertisement
Advertisement