Advertisement

Berbuka Puasa Jangan Diawali Makan Gorengan, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan

Newswire
Kamis, 06 Maret 2025 - 11:07 WIB
Ujang Hasanudin
Berbuka Puasa Jangan Diawali Makan Gorengan, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan Gorengan / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Setelah berpuasa selama seharian penuh tidak disarankan untuk langsung berbuka puasa dengan mengkonsumsi sesuatu yang kering dan tinggi lemak seperti gorengan. Sebaiknya diawali dengan minuman.

"Alangkah baiknya jika kita mulai dengan cairan. Karena tenggorokan yang sedang kering itu sangat membutuhkan hidrasi," ujar dPakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) DKI Jakarta dr. Ida Gunawansaat dihubungi di Jakarta, Kamis (6/3/2025) dikutip dari Antara.

Advertisement

Saat berpuasa, setelah tidak makan dan minum kira-kira hampir 14 jam, kondisi tenggorokan yang begitu kering. Karenanya, tak disarankan berbuka puasa dengan sesuatu yang kering dan tinggi lemak.

Kalaupun setelah minum, ingin menyantap gorengan, maka tak lebih dari satu porsi atau satu potong.

Ida mengatakan makanan yang digoreng banyak mengandung lemak trans. Lemak tersebut tak bagus bagi kesehatan tubuh.

BACA JUGA: Begini Cara Mengajarkan Anak Puasa Ramadan Sejak Dini, Jangan Dipaksa

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebutuhan atau penggunaan lemak trans hanya diizinkan kurang dari satu persen atau artinya harus sesedikit mungkin.

Jika seseorang mengonsumsi 2.000 kalori sehari maka lemak trans hanya diizinkan kira-kira 2,2-2,5 gram dalam sehari dan ini setara dengan setengah sendok teh.

"Anggaplah gorengan itu menggunakan setengah sendok teh, jadi kurang lebih diizinkan hanya satu potong atau satu porsi saja," ucap Ida yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah - Puri Indah itu.

Baca juga: Stok beras di Jakarta cukup untuk 6 bulan ke depan

Kementerian Kesehatan menyatakan konsumsi lemak trans secara signifikan dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan berkontribusi terhadap sekitar 500.000 kematian akibat penyakit jantung koroner secara global setiap tahunnya.

Kadar lemak trans yang tinggi terdapat pada produk makanan ringan yang populer dan banyak dikonsumsi, seperti biskuit, wafer, produk roti, dan jajanan kaki lima seperti martabak.

Konsentrasi lemak trans tertinggi terdapat pada campuran margarin dan mentega, yaitu 10 kali lebih tinggi dari batas yang direkomendasikan WHO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Limpahkan Perkara Hasto Kristiyanto ke JPU

News
| Kamis, 06 Maret 2025, 16:57 WIB

Advertisement

alt

Ramadan, The Phoenix Hotel, Grand Mercure & Ibis Yogyakarta Adisucipto Siapkan Menu Spesial

Wisata
| Jum'at, 28 Februari 2025, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement