Advertisement

Deteksi Dini Kanker Payudara, Yuk Pahami Sinyal-sinyal dalam Tubuh

Newswire
Senin, 30 Desember 2024 - 10:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Deteksi Dini Kanker Payudara, Yuk Pahami Sinyal-sinyal dalam Tubuh Ilustrasi penyintas kanker - Reuters - Jim Bourg

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Salah satu upaya untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan memahami sinyal-sinyal di tubuh. Hal itu diungkap konsultan bedah onkologi dan ahli bedah onkoplastik payudara Dr. Bhavisha Ghughare.

Dia menyampaikan bahwa fluktuasi hormon merupakan bagian dari kehidupan perempuan, yang terjadi pada masa pubertas, menstruasi, kehamilan, maupun menopause. Demikian dikutip dalam siaran Hindustan Times pada Minggu (30/12/2024).

Advertisement

BACA JUGA: Orang Kaya Lebih Berisiko Terkena Kanker, Ini Kata Pakar

"Beberapa perubahan ini dapat menandakan tanda-tanda awal kanker payudara, sehingga penting untuk memerhatikannya. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini dapat menyelamatkan nyawa," kata dokter Ghughare dari HCG Cancer Center di Borivali, Mumbai, India.

Dia menjelaskan bahwa kanker payudara terjadi ketika pertumbuhan sel yang tidak terkendali di payudara menyebabkan pembentukan tumor, yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Menurut dia, hormon estrogen dan progesteron berperan sangat penting selama proses ini. Keduanya mengatur perkembangan dan pembentukan jaringan payudara.

"Namun, ketika keseimbangan ini terganggu, atau hormon diproduksi dalam jumlah yang sangat besar, hal itu menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak teratur, sehingga seseorang berisiko lebih besar terkena kanker payudara," katanya.

Ia mengatakan, kisaran normal kadar estrogen di dalam tubuh perempuan tidak boleh lebih dari 30 hingga 400 pikogram per mililiter (pg/mL) setelah menstruasi dimulai, dan 0 hingga 30 pg/mL setelah menopause.

Sementara kadar hormon progesteron, menurut dia, berfluktuasi sepanjang siklus menstruasi dan bahkan selama kehamilan. Kadar progesteron 2 hingga 25 nanogram/mililiter (ng/ml) pada tahap luteal siklus menstruasi dan 10 hingga 290 ng/mL pada berbagai tahap kehamilan dianggap normal.

Hormon testosteron di dalam tubuh kadarnya tidak boleh melebihi 15-70 nanogram per desiliter (ng/dL) atau 0,5-2,4 nanomoles per liter (nmol/L).

Dokter Ghughare menjelaskan bahwa tubuh perempuan berevolusi secara terus-menerus, dan hormon seperti estrogen, progesteron, dan testosteron merupakan pendorong utama perubahan tersebut.

Perubahan hormon diperlukan untuk mendukung fungsi tubuh manusia. Namun, kalau terjadi terus menerus dan berlebihan, perubahan hormon dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara.

Selama kehamilan tubuh perempuan perlu mengeluarkan progesteron dan estrogen dalam kadar tinggi untuk mendukung penyediaan nutrisi bagi janin.

Namun, paparan hormon-hormon tersebut dalam jumlah besar dan dalam jangka panjang dapat memicu proliferasi sel-sel payudara, yang sering berubah menjadi ganas.

Tubuh perempuan memproduksi hormon steroid seperti estrogen selama siklus menstruasi dan ini secara langsung memengaruhi perkembangan dan fungsi payudara.

Paparan terhadap estrogen meningkat ketika seorang perempuan mengalami menstruasi lebih awal atau mengalami menopause terlambat.

Paparan hormon yang berkepanjangan semacam ini bisa meningkatkan kemungkinan terbentuknya sel-sel atipikal di payudara dan meningkatkan risiko kanker payudara.

Saat perempuan mendekati masa menopause dan tubuh mereka tidak mampu memproduksi cukup hormon reproduksi, mereka mungkin perlu menjalani terapi penggantian hormon.

Terapi tersebut mencakup injeksi hormon sintetis ke dalam tubuh, yang selanjutnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan progesteron dan estrogen.

"Ketidakseimbangan hormon merupakan bagian tak terelakkan dari kehidupan, tetapi dengan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, perempuan dapat meminimalkan kemungkinan kena kanker payudara," kata dokter Ghughare.

Menurut dia, penting bagi perempuan untuk mempelajari bagaimana perubahan hormon dapat memengaruhi kondisi tubuh serta cara untuk mencapai keseimbangan hormon.

"Dengan memahami bagaimana hormon berpengaruh pada risiko kanker payudara, perempuan dapat mengendalikan pilihan kesehatan mereka," katanya.

Ia menjelaskan bahwa cara alami untuk menjaga keseimbangan hormon di dalam tubuh antara lain dengan menerapkan gaya hidup sehat. Misalnya, rutin latihan fisik, memastikan kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi, menjaga berat badan optimal, serta menghindari alkohol dan rokok.

​​​​​​​Dokter Ghughare juga menyampaikan pentingnya penjadwalan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan payudara sendiri secara berkala untuk mendeteksi dini kanker payudara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Mahkamah Agung Sebut Keringanan Hukuman karena Sikap Sopan Perlu Dihapus

News
| Kamis, 02 Januari 2025, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Asyiknya Camping di Pantai, Ini 2 Pantai yang Jadi Lokasi Favorit Camping Saat Malam Tahun Baru di Gunungkidul

Wisata
| Kamis, 02 Januari 2025, 15:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement