Advertisement
Pameran Seni Imersif Pipilaka Calling Ingatkan Publik untuk Lebih Peduli Lingkungan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Lewat patung-patung terakota yang bisa berbicara, pameran seni imersif Pipilaka Calling mengingatkan publik untuk lebih peduli lingkungan yang disibukkan dengan masalah pembangunan besar-besaran dan sampah.
Hal itu dipaparkan seniman Wahyadi Liem dalam pembukaan pameran Pipilaka Calling di JNM Bloc, Rabu (26/6/2024). Pameran ini akan berlangung sampai 28 Agustus 2024 dengan konsep segala pemasukan yang didapat lewat charity pass bakal disumbangkan ke Yayasan sosial, budaya ataupun seni.
Advertisement
Wahyadi memaparkan Pipilaka Calling merupakan sikap kolektif Pipilaka Foundation yang dia gagas. Pandemi dianggap mengajarkan satu hal, yakni kolaboratif antarkolektif, komunitas dan disiplin ilmu, yang mampu menghasilkan kekuatan luar biasa untuk menghadapi laju zaman dan perubahan sosial serta budaya di dalamnya.
“Dengan segala orang yang diajak untuk berkolaborasi, pameran imersif ini dirancang bisa dinikmati segala lapisan usia, dari anak sampai tua. Tujuan utamanya agar pesan untuk peduli lingkungan lebih sampai ke segala tingkatan usia,” ujarnya, Rabu.
Digarap sejak Maret 2024, pameran interaktif ini menampilkan patung terakota karya Wahyadi. Berbeda dari umumnya sebuah pameran patung, Pipilaka Calling menggabungkan teknologi mutakhir 3D video mapping 360, hologram, dan lanskap suara demi menciptakan lingkungan bercerita yang ajaib karena patung menjadi hidup.
Saat menjadi hidup, patung-patung itu akan menyuarakan keresahan mereka terhadap kondisi Bumi yang menghadapi sejumlah masalah, seperti sampah. Ketika sadar tak bisa meninggalkan Bumi, mereka memutuskan untuk bergerak memulihkan kondisi Bumi.
Wahyadi menuturkan saat patung menjadi hidup, sejumlah selebritas digandeng untuk menjadi pengisi suara. Ada Ringgo Agus, Soimah, Dwi Sasono, Heruwa, Cinta Laura dan Nirina Zubir.
Penulis kenamaan Nia Dinata dan Jean Pascal Elbaz digandeng untuk menjadi penulis cerita. Selain itu, kolaborator audio visual 3D mapping digarap tim Does University, sekolah bakat garapan Erix Soekamti serta Hanafi K. Sidharta, Balance Putra dan Valentinus Rommy Iskandar Tanubrata.
Hanafi mengaku pameran seni imersif sebenarnya sudah cukup populer di luar negeri tetapi di Indonesia masih menjadi hal yang baru. Karena itu, Pipilaka Calling diharapkan menjadi suguhan tersendiri bagi penikmat seni di Tanah Air.
“Harapan lainnya, Pipilaka Calling bisa disajikan di kota-kota lain agar masyarakat Indonesia bisa menikmati sajian pameran ini. Tentunya juga ajakan untuk peduli lingkungan bisa lebih masif,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Temui Sekjen PKS Aboe Bakar Al-Habsyi, Ini yang Dibicarakan Diah Warih Anjari
- Pameran Patung Surakusuma di Mangkunegaran Solo, Tampilkan Karya 11 Seniman
- 5 Bakal Cabup-Cawabup PKS Sragen Jalani Fit and Proper Test, Ini Pertanyaannya
- 35 Tahun Dinanti, Jembatan Penghubung Soropaten-Gempol Klaten Akhirnya Dibangun
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Mau Main Biliar Tetapi Tak Mau Keganggu Asap Rokok dan Vape, Coba ke Mille Billiards Saja
Advertisement
Berita Populer
- Yang Ditunggu, Yogya Dining Club Membership Program Grand Diamond Hotel Yogyakarta Akhirnya Diluncurkan
- Forpi Sebut Zonasi Padukuhan pada PPDB 2024 di Bantul Banyak Dikeluhkan
- Pembagian dan Minum Susu Terbanyak di UGM Pecahkan Rekor Muri
- Tegas! Dishub Bantul Larang Bus Pariwisata Lewati Jalur Turun dari Dlingo ke Imogiri
- Lahan Pasir Selatan Bantul Disebut Dapat Sejahterakan Petani
Advertisement
Advertisement