Advertisement

Kenali Beda Gondongan dengan Gondok Beserta Cara Mengatasinya

Choirul Anam
Minggu, 26 Mei 2024 - 22:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Kenali Beda Gondongan dengan Gondok Beserta Cara Mengatasinya Ilustrasi gondongan. Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, MALANG—Serupa tapi tak sama. Meski terdengar mirip gondongan dan gondok adalah dua hal yang berbeda. Kenali perbedaannya agar dapat mengatasi penyakit ini.

Gondongan adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan komplikasi yang dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau air liur yang keluar mulut atau hidung, serta media perantara. Namun, penyakit dapat dicegah dengan cara memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak, serta perlu segera diatasi dengan diperiksakan ke dokter jika muncul gejalanya.

Advertisement

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Pertiwi Febriana Chandrawati mengatakan gondongan atau dikenal juga sebagai parotitis atau mumps, adalah kondisi di mana kelenjar ludah di sisi wajah (kelenjar parotis) mengalami peradangan akibat infeksi virus. Gejalanya meliputi pembengkakan di sekitar telinga atau leher, baik di satu sisi maupun kedua sisi wajah. Penyakit ini menular dan umumnya menyerang anak-anak berusia 5 hingga 9 tahun.

Dia mengatakan gondongan berbeda dengan gondok. Meskipun memiliki nama yang mirip dengan ciri-ciri benjolan berada di area leher, tetapi keduanya berbeda.

“Gondongan ditandai dengan pembesaran kelenjar parotis atau pembengkakan di bawah telinga sehingga benjolan berada di sisi leher, bisa di kiri, kanan, atau keduanya dan ini disebabkan oleh infeksi. Sementara itu, gondok atau goiter disebabkan oleh pembesaran kelenjar tiroid atau pertumbuhan sel abnormal di kelenjar tersebut, dengan benjolan terletak di bagian tengah leher,” ujarnya, Sabtu (25/5/2024).

Dia menjelaskan gondongan disebabkan virus dari golongan paramyxovirus. Virus tersebut dapat dengan mudah menyebar ke orang lain melalui percikan ludah atau air liur yang keluar mulut atau hidung.

Penyebaran virus gondongan juga bisa terjadi secara tidak langsung, yaitu melalui media perantara. Misalnya, saat kamu menggunakan peralatan makan yang sama dengan pengidap gondongan. Selain itu, kata dia, apabila pengidap gondongan menyentuh mulut atau hidungnya, lalu tangan mereka yang telah terkontaminasi virus memegang meja makan, orang berikutnya yang berikutnya memegang meja makan tersebut juga berisiko tertular. Saat terinfeksi, virus gondongan akan masuk ke saluran pernapasan melalui hidung, mulut atau tenggorokan. Kemudian, virus bergerak menuju kelenjar parotis untuk menetap, berkembang biak, dan berinkubasi selama 2 hingga 3 minggu. Adapun, gejala yang muncul setelah terinfeksi virus ini, antara lain pipi bengkak bisa hanya satu sisi atau kedua sisi akibat pembengkakan kelenjar parotis, nyeri saat mengunyah atau menelan makanan, demam hingga 39°, mulut kering, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri perut, mudah lelah hingga hilang nafsu makan.

“Namun, gejala penderita gondongan dapat lebih ringan seperti menyerupai gejala pilek saja. Beberapa penderita bahkan tidak mengalami gejala apapun namun ternyata mereka terkena penyakit gondongan,” jelasnya.

Baca Juga

Ini Daftar Vaksinasi Wajib bagi Jemaah Calon Haji Sebelum ke Tanah Suci

Tingkat Pelaporan Kasus TBC dari Rumah Sakit Swasta di Gunungkidul Masih Rendah

Dinkes Gunungkidul Klaim Bebas Penyakit Frambusia Sejak 2021

Jika gondongan tidak segera diatasi maka akan banyak komplikasi yang akan terjadi. Jadi saat tubuh merasa muncul gejala awal seperti mata merah, leher terasa kaku, sakit kepala hebat,rasa kantuk yang sangat berat, kesadaran menurun atau pingsan dan muntah, segera periksa ke dokter adalah keharusan.

“Komplikasi yang bisa terjadi yaitu radang testis [orchitis], dapat mengakibatkan kemandulan saat dewasa, radang kelenjar payudara [mastitis], pembengkakan indung telur atau ovarium [ooforitis], radang selaput otak dan saraf tulang belakang [meningitis], radang otak [ensefalitis], pankreatitis akut. Pada beberapa penderita, gondongan juga dapat menyebabkan tuli, gangguan jantung, dan keguguran, tetapi komplikasi tersebut sangat jarang terjadi,” ucapnya.

Dosen yang akrab disapa Nana tersebut berbagi cara bagaimana cara mencegah penyakit ini, yaitu dengan cara memberikan imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) pada anak-anak. Vaksin MMR berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit campak, gondongan, dan rubella. Vaksin ini perlu diberikan pada anak sebanyak dua kali, yaitu saat anak berusia 15 bulan dan saat anak berusia 5–7 tahun. Namun, jika imunisasi pertama belum sempat dilakukan saat usia 15 bulan, vaksin pertama masih dapat diberikan hingga anak berusia 3 tahun.

“Jika belum pernah dilakukan pada masa kanak-kanak, vaksin MMR masih dapat diberikan pada usia dewasa. Pemberian vaksin MMR untuk dewasa disarankan bagi orang-orang yang berisiko tinggi terpapar virus penyebab gondongan,” katanya.

Sebagai pencegahan, Nana juga menyampaikan pentingnya menjaga kebersihan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penularan melalui droplet infection. Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita dan menerapkan etika batuk, seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk dan bersin juga perlu dilakukan. “Penderita gondongan juga dianjurkan untuk tetap berada di rumah paling tidak selama 5 hari setelah gejala pertama muncul. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan gondongan ke orang lain,” jelasnya.

Terakhir Nana menyampaikan jika sistem imun penderita baik, gondongan dapat pulih dengan sendirinya dalam waktu 1–2 minggu. Ada juga cara yang bisa dilakukan untuk meredakan keluhan dan gejala yang muncul saat menderita gondongan seperti mencukupkan waktu tidur dan istirahat, memperbanyak minum air putih, mengompres area yang bengkak dengan air hangat atau air dingin guna meredakan rasa sakit, mengonsumsi makanan lunak dan mengonsumsi obat untuk gejala gondongan, seperti ibuprofen dan paracetamol. “Perlu diingat pula, jangan berikan aspirin pada penderita gondongan karena justru dapat memicu penyakit sindrom reye, yaitu penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan gagal hati, pembengkakan otak, dan bahkan kematian,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ibadah Haji 2024, DPR Segera Bentuk Pansus untuk Evaluasi

News
| Senin, 17 Juni 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Mantap, Hidupkan Laguna Pengklik, Pemuda di Srigading Bikin Wisata Kano

Wisata
| Minggu, 16 Juni 2024, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement