Advertisement
Jangan Sepenuhnya Percaya! Ini Dia Mitos-Mitos tentang Obat Antibiotik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Antibiotik merupakan salah satu jenis obat yang kerap dipakai oleh masyarakat untuk melawan bakteri dalam tubuh. Cara kerja yang dihasilkan dari antibiotik adalah untuk melawan dan menghambat pertumbuhan bakteri.
Penggunaan dari obat antibiotik tidak dapat diberikan secara cuma-cuma, melihat dosis dan efek yang berdampak bagi efektivitas tubuh manusia. Obat tersebut diberikan untuk penanganan penyakit menular seperti influenza, batuk, TBC, dan penyakit peradangan lainnya.
Advertisement
Mungkin sebagian dari Anda pernah mendengar berbagai mitos dari penggunaan antibiotik yang berdampak buruk bagi kesehatan. Hal tersebut mengacu pada manfaat dan penggunaannya yang disebut sebagai obat universal.
Melalui postingan akun Instagram resmi @farmalkes dan asap.nebraskamed.com, berikut delapan mitos penggunaan antibiotik:
Mengonsumsi dalam dosis tinggi lebih efektif Atasi infeksi
Pernyataan tersebut merupakan mitos yang salah, karena faktanya penggunaan dosis antibiotik harus diberikan sesuai dengan takaran dokter. Obat antibiotik diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kesehatan dari masing-masing pasien.
Jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, akan menimbulkan risiko resistensi antibiotik.
Tidak harus dihabiskan
Mitos tersebut merupakan salah satu hal yang paling banyak didengar oleh masyarakat. Fakta yang sebenarnya adalah penggunaan antibiotik harus dihabiskan sesuai dengan anjuran dokter.
Jika rasa sakit sudah menurun, konsumsi antibiotik tidak boleh diberhentikan supaya semua bakteri jahat yang terdapat di dalam tubuh dapat menghilang.
Linezolid harus dihindari pasien dengan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
Linezolid merupakan jenis antibiotik yang digunakan untuk infeksi gram positif yang resisten terhadap obat. Obat tersebut merupakan inhibitor nonselektif monoamine oxidase yang mampu mengurangi proses pemecahan serotonin.
Proses tersebut mengacu pada potensi peningkatan risiko sindrom serotonin pada pasien serotogenik. Akan tetapi sebuah studi mengatakan lebih dari 4.000 pasien menggunakan agen serotogenik untuk menemukan insiden keseluruhan secara rendah, dan tidak ditemukan adanya peningkatan frekuensi pada pasien yang menggunakan linezolid.
Penggunaan cefazolin harus dihindari
Beberapa referensi medis menyatakan bahwa penggunaan cefazolin tidak diperbolehkan untuk penderita meningitis. Hal tersebut lantaran tidak mencukupi tingkat konsentrasi dalam cairan serebrospinal, untuk infeksi sistem saraf.
BACA JUGA: Kapan Waktu yang Tepat Minum Antibiotik? Ini Penjelasan Pakar
Namun, studi menemukan fakta bahwa pemberian dosis 2 gram dari cefazolin, lebih tinggi daripada konsentrasi nafcillin. Hal tersebut membuktikan bahwa konsentrasi cefazolin yang mencapai kadar cairan serebrospinal dapat digunakan secara efektif dalam menangani meningitis.
Dapat dikonsumsi kembali
Mitos tersebut merupakan salah satu hal yang fatal bagi kesehatan manusia. Sisa dari penggunaan antibiotik tidak boleh dikonsumsi dan diberikan kepada orang lain.
Hal tersebut mengacu pada teknis pengobatan yang diberikan, serta pemberian dosis yang berbeda antarindividu.
Tidak memiliki efek samping
Mitos tersebut tidak dapat dibenarkan karena setiap penggunaan obat yang diberikan, memiliki efek samping bagi tubuh. Seluruh penggunaan obat yang dikonsumsi berlebihan akan berdampak buruk bagi penurunan kesehatan manusia.
Efek samping yang diberikan oleh antibiotik adalah gangguan pada pencernaan, alergi, dan resistensi.
Bisa menyembuhkan semua jenis penyakit
Mitos tersebut sering terjadi di masyarakat dengan prinsip, penyakit apapun dapat disembuhkan dengan antibiotik. Fakta yang sebenarnya terjadi adalah, penggunaan antibiotik hanya berlaku untuk mengatasi dan mengusir virus dalam tubuh.
Bagi penanganan penyakit berat dan tertentu, harus melakukan konsultasi kepada dokter terkait dengan jenis obat-obatan yang harus dikonsumsi.
Antibiotik bikin tubuh menjadi kebal
Fungsi dan peran dari antibiotik adalah untuk melawan virus dan bakteri jahat pada tubuh. Tetapi bukan berarti tubuh manusia menjadi lebih kebal dan tahan akan virus-virus yang akan menyerang.
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan bakteri dalam tubuh dapat menularkan resistensi satu sama lain. Jadi, meskipun Anda sudah mengkonsumsi antibiotik, pertumbuhan bakteri akan selalu berkembang. Betapapun, tugas antibiotik adalah melawan dan menghambat cara kerja virus di dalam tubuh.
Kedelapan mitos tersebut harus dihindari dan dipertegas melalui edukasi kepada masyarakat. Tujuannya adalah supaya masyarakat dapat mengetahui cara penggunaan antibiotik sesuai dengan fungsi dan peran yang tepat. Supaya masyarakat dapat hidup lebih sehat dan bijak dalam mengonsumsi obat-obatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Hadiri Pembukaan Olimpiade Paris 2024, Prabowo Dijamu Presiden Emmanuel Macron
Advertisement
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Harga Cabai Bisa 4 Kali Naik dalam Sepekan, Pemda DIY Akui Kesulitan Kendalikan Fluktuasi
- Dianggarkan Rp5,2 Miliar, Perbaikan Museum Gunung Merapi Berlanjut di Tahun Ini
- Polisi Didesak Tangkap Pembawa Sajam yang Sebabkan Mahasiswa Unisa Jatuh dan Meninggal Dunia
- Dua Tahun Tutup, Museum Gunung Merapi Bakal Buka Lagi Akhir Tahun Ini
- Ini Bentuk-Bentuk Kerawanan Pilkada Bantul versi KPU
Advertisement
Advertisement