Advertisement
Di Suku Ini, Ada Tradisi Pengantin Wanita Wajib Menangis Jelang Menikah
Advertisement
Harianjogja.com, SICHUAN—Tahukah Anda bahwa di sebuah suku terpencil di China, perempuan melaksanakan tradisi menangis jelang menikah? Jika tidak, orang-orang akan memandang aneh ketika calon pengantin wanitanya tidak menangis saat hendak melangsungkan pernikahan.
Pada dasarnya, siapapun yang menangis saat menikah dipengaruhi oleh luapan emosi dan pemikiran akan berpisah dengan orang tua atau keluarga untuk tinggal bersama pengantin pria usai pernikahan.
Advertisement
BACA JUGA: Kopi Susu dengan Campuran Daun Bawang Jadi Minuman Populer di China
Namun, bagi beberapa orang, luapan emosi itu tidak sampai membuat mereka menangis. Kendati demikian, di suku ini, pengantin terutama perempuan diharuskan untuk menangis.
Hal ini banyak dilakukan oleh suku Tujia di Tiongkok. Orang-orang suku Tujia telah tinggal selama ribuan tahun di provinsi Sichuan, barat daya China. Mereka mengikuti ritual aneh di mana wanita harus akan menangis selama pernikahan mereka.
Dilansir dari News18, menurut para sesepuh di suku tersebut, setiap pengantin diharuskan menangis sepanjang pesta pernikahan. Jika tidak, tetangga mempelai wanita akan menganggapnya sebagai gadis yang tidak berpendidikan, meremehkannya, dan mengolok-oloknya. Dalam beberapa kasus, ibu mempelai wanita bahkan dikabarkan memukuli wanita tersebut karena tidak menangis saat upacara pernikahan.
BACA JUGA: Gegara Sulam Alis, 2 Perempuan Alami Penyakit Autoimun Paru-Paru Serius
Menurut para ahli, tradisi ini dimulai antara tahun 475 SM hingga 221 SM ketika putri Negara Zao menikah di Negara Bagian Yan. Saat dia meninggalkan negaranya untuk pergi ke negara lain, baik ratu maupun putri menangis dengan sedihnya dan karena hal itu dilakukan oleh keluarga kerajaan, yang lain mengikuti dan itu menjadi tradisi. Tangisan tersebut seringkali berbentuk lagu yang kemudian disebut 'lagu pernikahan menangis'.
Menurut laporan situs web Oddity Central, tradisi ini mencapai puncaknya pada abad ke-17 dan berlanjut hingga Kekaisaran Qing pada tahun 1911. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik ini menjadi semakin berkurang, meski belum benar-benar punah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : News18.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Perahu Nelayan di Gunungkidul Hilang Kontak sejak Jumat, hingga Sabtu Malam Belum Diketahui Keberadaannya
- Prevalensi Stunting di Bantul Masih Tinggi, Dinkes Bantul Siapkan Kebijakan Ini
- Gelar Kirab, GKJ Wonosari Dukung Pelestarian Kebudayaan
- Cari Bibit Muda Esport, Ratusan Tim Ikuti Kompetisi Free Fire di Jogja
Advertisement
Advertisement